Para Haji Pernah Melakukan Pemberontakan Pada Kolonial Belanda Jauh Sebelum Kemerdekaan Indonesia

- 17 Agustus 2022, 08:30 WIB
Para Haji Pernah Melakukan Pemberontakan Pada Kolonial Belanda Jauh Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Para Haji Pernah Melakukan Pemberontakan Pada Kolonial Belanda Jauh Sebelum Kemerdekaan Indonesia /Dok Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jawa Barat / alampriangan

PORTAL MAJALENGKA - Pengaruh seorang haji di masa kolonial sangat kuat dari segi politik dan sosial, kala itu, para haji diawasi dan dibatasi karena pengaruhnya sangat besar bagi rakyat Indonesia.

Pada Juli 1888, Indonesia kala itu dilanda huru-hara, Di mana para Haji, guru agama, dan petani menyerang pegawai pemerintah kolonial.

Dalam sejarah, para petani di Banten tercatat beberapa kali memberontak terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Yakni pada 1850, 1888, dan 1926.

Baca Juga: Bagaimana Jika Indonesia Dijajah Inggris, Apakah Indonesia Akan Jadi Seperti Singapura?

Pemberontakan paling besar tercatat terjadi pada 9 Juli 1888, peristiwa itu disebut sebagai pemberontakan petani Banten 1888, namun pemberontakan ini disertai dengan para Haji dan telah menewaskan puluhan orang serta menimbulkan dendam bagi orang-orang Belanda.

Peristiwa ini di dasari atas perintah Asisten Residen Johan Hendrik Hubert Goebels kala itu untuk meruntuhkan menara musala yang bertempat di Jombang Tengah.

Goebels menganggap menara yang dipakai untuk mengumandangkan azan itu mengganggu ketenagan masyarakat sekitar.

Baca Juga: Habib Hamid AL Kadrie Sultan Hamid II Sang Pencipta Lambang Negara Indonesia

Karena kondisi tersebut, para ulama dari Serang, Cilegon, hingga Tangerang mulai bertemu.

Pemberontakan yang dilakukan oleh para haji itu dipelopori oleh Haji Marjuki, Haji Tubagus Ismail Haji Sa'is, Haji Sapiuddin, Haji Asnagari, Haji Halim, Haji Iskak, Haji Muhammad Arsad, Haji Wasid, Haji Tubagus Kusen, Haji Mahmud, Haji Iskak, dan Haji Madani.

Setelah 11 orang pemberontak yang ditangkap dihukum gantung, maka pemberontakan pun berakhir, sedangkan yang lainnya dibuang oleh tentara kolonial ke berbagai tempat.

Baca Juga: Humor Gus Dur yang Bikin Presiden Kuba Fidel Castro Tertawa Terbahak-bahak

Selepas peristiwa itu, Belanda merasa trauma, sehingga pandangan terhadap haji dan guru agama menjadi berbeda.

Pemerintah kolonial pun bersikap keras terhadap ekspresi keagamaan para Haji dan tokoh agama, mereka menangkapi orang-orang yang diduga berpotensi menggerakkan massa seperti di Cilegon.

Orang-orang itu lalu dibuang atau diasingkan, tak hanya pemerintah kolonial, pegawai pribumi pun ikut memanfaatkan keresahan ini.

Baca Juga: Keunikan Tiang Bendera Sang Saka Merah Putih Saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan 1945

Mereka mengupayakan penangkapan terhadap orang-orang yang tidak mereka senangi Bahkan tak hanya di Cilegon.

Pasca peristiwa pemberontakan, banyak penangkapan dan pembuangan terhadap guru agama di beberapa tempat di Jawa.

Lebih parahnya sebagian besar penangkapan dan pembuangan itu tidak mempunyai dasar yang kuat atau tidak diketahui akar masalahnya.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube MONDAY TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah