Vaksinasi Anak, Cegah Anak Jadi Sumber Penularan

- 26 Desember 2021, 10:00 WIB
Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Purworejo Jawa Tengah. Vaksinasi Anak, Cegah Anak Jadi Sumber Penularan
Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Purworejo Jawa Tengah. Vaksinasi Anak, Cegah Anak Jadi Sumber Penularan /IniPurworejo/HansWb/

PORTAL MAJALENGKA – Program vaksinasi bagi anak usia 6-11 tahun telah berjalan secara bertahap.

Selain melindungi anak itu sendiri, vaksinasi anak juga turut mencegah penularan kepada anggota keluarga.

Namun lebih dari itu, cakupan vaksinasi anak akan mendorong terciptanya herd immunity yang diharapkan bisa membentengi masyarakat dari transmisi virus dan akibat yang lebih buruk.

Baca Juga: MENEGANGKAN Timnas Indonesia Lolos Final Kalahkan Singapura dengan Agregat 5-3

Dokter spesialis anak sekaligus anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia KOMDA KIPI, Mei Neni Sitaresmi mengatakan, anak-anak perlu mendapatkan vaksinasi karena sampai saat ini tercatat 10-12 persen populasi yang terkena COVID-19 di rentang usia ini. Angka tersebut artinya, lebih dari setengah juta anak terinfeksi.

“Dan kalau kita lihat jumlah kematiannya, sampai saat ini mencapai lebih dari 1.000. Itu bukan jumlah yang sedikit,” tegas Mei, Sabtu 25 Desember 2021.

Masuknya varian Omicron yang sangat mudah menular di Indonesia, kata Mei, menjadikan semua pihak harus lebih berhati-hati. “Kita sangat khawatir karena anak-anak lebih rentan terhadap varian ini,” imbuhnya.

Baca Juga: Nadeo Berhasil Tepis Hukuman Penalti Oleh Singapura, Netizen : Terimakasih Nadeo

Mei juga mengingatkan, perlunya orang tua selalu mendampingi, karena hal ini bukan hanya masalah kesehatan fisik, namun juga dapat menimbulkan trauma bagi anak.

Anak dikatakan Mei harus mendapatkan perlindungan, karena mereka memiliki hak untuk hidup dan bertumbuh kembang.

Selain melindungi anak, vaksin tersebut juga memberikan perlindungan bagi orang-orang di sekitarnya.

Baca Juga: Ini Ucapan Ibunda Nadeo Argawinata Sebelum Pertandingan Melawan Singapura

“Gejala pada anak memang ringan, tapi harus diingat bahwa mereka bisa menjadi sumber penularan bagi sekitarnya, terutama ya karena suatu sebab belum bisa divaksinasi,” tutur Mei.

Sebagai contoh, katanya, balita dan lansia dengan komorbid tidak stabil. Karena anak-anak lebih mudah dijangkau, ujarnya, diharapkan cakupan vaksinasinya dapat mendorong segera tercapainya herd immunity dan pencegahan penularan lebih optimal.

“Cakupan vaksin yang tinggi juga akan menunda terjadinya mutasi pada virus,” tambah Mei.

Baca Juga: SEPERTI SUPERMAN Gaya Nadeo Selamatkan Gawang Indonesia dari Algojo Singapura di Semifinal Piala AFF 2020

Terkait dimulainya PTM, Mei mengingatkan, bila diselenggarakan tanpa vaksinasi, dikhawatirkan akan terjadi klister di sekolah dan hal ini harus dicegah.

Berbeda dengan imunitas yang didapatkan dari infeksi alami, Mei menjelaskan bahwa vaksinasi lebih terukur dosisnya, jadwal pemberian dan sasarannya juga telah ditentukan. Sedangkan pada infeksi alami, ia katakan, virus tidak terkontrol dan tidak memilih target.

Gejala juga lebih bervariasi dan cukup banyak yang menyebabkan kematian.

Baca Juga: INDONESIA Go Final Piala AFF 2020, 3 Kartu Merah Singapura Sia-sia

Vaksin COVID-19 yang digunakan untuk anak 6-11 tahun saat ini yakni Sinovac, dia tegaskan aman dan terbukti bisa mencegah sakit berat. Vaksin ini sudah melalui uji klinis, direkomendasikan oleh BPOM, ITAGI, IDAI, serta dinyatakan halal oleh MUI.

Vaksin Sinovac untuk anak 6-11 tahun bisa diberikan di sekolah atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).

Karena sejumlah daerah sedang melakukan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), kata Mei, perlu diperhatian untuk berikan jarak minimal 14 hari antara pemberian vaksin COVID-19 dan vaksin lain.

Baca Juga: Indonesia Akhirnya Lolos Final Piala AFF 2020 setelah Susah Payah Kalahkan Singapura, Semifinal Super Panas

Terkait Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Mei menyebutkan bahwa yang akan dirasakan cenderung ringan seperti halnya imunisasi anak yang lain. Seperti bengkak di lokasi suntikan, nyeri otot, anak mungkin juga merasa lemah.

Ia menyarankan anak untuk istirahat dan minum yang cukup, serta diberikan paracetamol bila diperlukan. Namun ia mengingatkan untuk tidak memberikan obat sebelum penyuntikan vaksinasi.

Hal ini karena tidak semua anak menjadi demam, serta ada kemungkinan obat mengurangi efikasi vaksin.

Baca Juga: Sempat Unggul, Indonesia vs Singapura Berubah Imbang 1-1, Semifinal Piala AFF 2020 Masih Berlangsung

Mei juga menjelaskan, tidak semua KIPI adalah reaksi vaksin. Terdapat kemungkinan muncul reaksi karena anak ketakutan atau stress karena disuntik. “Jadi penting sekali orang tua untuk mempersiapkan. Jangan ditakut-takuti,” tuturnya.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah