Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Kertajati Catat Puncak Musim Hujan Januari-Februari

- 21 Januari 2021, 18:31 WIB
Warga berjalan menerobos banjir yang merendam Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Banjir akibat luapan sungai dan tingginya intensitas hujan di kawasan itu membuat ratusan rumah warga terendam banjir setinggi 50 sentimeter hingga satu meter. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/wsj.
Warga berjalan menerobos banjir yang merendam Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Banjir akibat luapan sungai dan tingginya intensitas hujan di kawasan itu membuat ratusan rumah warga terendam banjir setinggi 50 sentimeter hingga satu meter. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/wsj. /Dedhez Anggara/ANTARA FOTO

PORTAL MAJALENGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati mencatat saat ini sebagian besar wilayah telah memasuki puncak musim hujan.

Puncak musim hukan sudah diprediksi BMKG sejak Oktober 2020 lalu. Di mana puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.

Karena itu, BMKG mengingatkan warga untuk waspada terjadinya cuaca ekstrem pada puncak musim hujan.

Baca Juga: Suami Terjerat Kasus Narkoba dan Kepemilikan Senpi, Nindy Ayunda Layangkan Gugatan Cerai

"Saat ini tercatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim telah memasuki musim hujan," kata Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn MP, Kamis 21 Januari 2021.

Sebagian besar wilayah yang sudah memasuki puncak musim hujan tersebut terutama Jawa, Bali, Sulawesi Selatan.

Puncak musim hujan di wilayah tersebut, kata Faa Iziyn diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021.

Baca Juga: Ketum PWI Sebut Pers Tidak Boleh Mati Meski Hadapi Tantangan Besar Pandemi Covid-19

"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," ujar Faa Iziyn.

Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa saat ini kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Kondisi tersebut dipicu oleh menguatnya Monsun Asia yang dapat disertai dengan aliran angin lintas ekuator di Selat Karimata.

Baca Juga: Resmi Dilantik, Presiden Joe Biden Hadapi 4 Krisis Utama dan Bersumpah Akhiri 'Perang Tak Beradab'

Selain itu diperkuat oleh pengaruh hadirnya gelombang atmosfer ekuatorial tropis Madden Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia.

Kehadiran MJO tersebut dapat ber-superposisi dengan penguatan Monsun Asia yang dapat pula disertai munculnya fenomena seruakan dingin (cold surge) di Laut Cina Selatan.

Selain itu, teramati beberapa sirkulasi siklonik di selatan Indonesia dan utara Australia yang menyebabkan terbentuknya belokan, pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) sehingga meningkatkan pertumbuhan gugus awan supersel yang berpotensi menimbulkan curah hujan tinggi.

Baca Juga: DLHK Aceh Sebut Pembangunan PLTU 3-4 Nagan Raya Diduga Tidak Sesuai AMDAL dan Izin Pemda

BMKG menambahkan, potensi cuaca ekstrem diprediksi dapat terjadi pada 19-25 Januari 2021.

Terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua, sehingga perlu diwaspadai.

Cuaca ekstrem tersebut sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik. Serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.

Baca Juga: Reaksi Pascavaksinasi Hanya Pegal, Lapar, dan Ngantuk

Dengan adanya potensi cuaca ekstrem tersebut, berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, perlu diwaspadai daerah yang diprediksi berpotensi banjir kategori menengah pada Dasarian III (sepuluh hari ke-3) di bulan Januari 2021.

Yaitu Banten bagian selatan, Jawa Barat bagian tengah dan timur, sebagian besar Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Jawa Timur bagian tengah dan timur, Bali bagian utara, Nusa Tenggara Barat bagian utara, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah bagian tenggara, Sulawesi Selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian utara, Maluku Utara dan Papua Barat wilayah Kepala Burung dan Provinsi Papua bagian tengah.

"Perlu diwaspadai potensi bencana banjir yang kemungkinan bisa terjadi dalam waktu dekat," kata Faa Iziyn.

Baca Juga: Bupati Majalengka: Semoga Tidak Ada Anggaran Selundupan di APBD 2021

Informasi potensi banjir kategori menengah hingga tinggi untuk 10 hari ke depan tersebut sebagai upaya mitigasi agar menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap potensi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang.

Selain itu, masyarakat dan pengelola pelayaran juga diminta untuk terus memonitor informasi BMKG. Guna selalu mewaspadai peringatan dini gelombang tinggi, khususnya sekitar tanggal 19-21 Januari 2021.

Diprediksi tinggi gelombang mencapai 2,5-4,0 meter (rough sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Pulau Sabang, Perairan Kepulauan Anambas, Laut Natuana, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga selatan Jawa, Perairan Singkawang - Sambas, Laut Jawa, Perairan utara Jawa Tengah - Jawa Timur, Samudra Hindia selatan NTT, Selat Makassar bagian selatan, Perairan barat Sulawesi Selatan, Laut Banda bagian barat, serta Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Biak.

Baca Juga: Menengok Budidaya Rumput Laut di Muaragembong Bekasi

Serta gelombang dengan ketinggian 4,0-6,0 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan Perairan Kepulauan Natuna.

Sementara itu, untuk cuaca penerbangan, berdasarkan analisis dan prediksi BMKG, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.

Pembentukan awan CB tersebut terutama berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, NTB, Maluku, Papua Barat, Papua.

Baca Juga: Uber Tujuh Tersangka DPO, KPK Bentuk Satgas Khusus

"Oleh karena itu, BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," paparnya.

Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018 BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara.

Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan. Sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (Significant weather Chart), SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id.

Baca Juga: Listyo Sigit Prabowo Disetujui Jadi Kapolri, Ini Harapan Partai Gelora

Demikian pula seluruh Informasi cuaca baik prediksi dan peringatan dini cuaca ekstrem, prediksi gelombang tinggi dan prakiraan/prediksi cuaca untuk penerbangan disampaikan dan diupdate rutin melalui aplikasi mobile phone InfoBMKG.

"Masyarakat dan semua pihak diminta untuk terus memonitor pemutakhiran informasi tersebut agar dapat lebih waspada dan memitigasi berbagai risiko yang dapat diakibatkan oleh kondisi cuaca," pungkas Faa Iziyn.***

Editor: Husain Ali

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x