Sastro Glombroh, Sesepuh Desa Katikan Ngawi Korban Pembacokan hingga Tewas yang Dilakukan PKI

27 September 2022, 22:55 WIB
Ilustrasi. Sastro Glombroh, Sesepuh Desa Katikan Ngawi Korban Pembacokan hingga Tewas yang Dilakukan PKI /TheDigitalArtist / Pixabay/

PORTAL MAJALENGKA - Selepas membuat huru-hara di Madiun, PKI dan pasukan setianya melebar ke daerah Ngawi.

Peristiwa sepihak PKI ini terjadi di bulan September 1948 dan dipimpin Muso pasca memproklamirkan Republik Soviet Indonesia di Madiun.

PKI selanjutnya seolah mempunyai keberanian lebih dalam menumpas orang-orang yang menghalangi tercapainya tujuan.

Baca Juga: 30 Orang Dibakar Hidup-hidup oleh PKI di Sebuah Loji Kabupaten Ngawi pada September 1948

Kala itu ramai diperbincangkan tentang banyaknya korban dari kalangan kyai dan santri.

Namun ternyata tidak hanya kyai dan santri yang notabene menolak paham komunis. Tapi banyak pula orang kaya bahkan pejabat daerah yang menjadi korban.

PKI tak segan menghabisi korbannya dengan cara-cara yang kejam seperti mutilasi, membakar hidup-hidup, menyeret korban dengan kuda, sampai diterjunkan ke dalam jurang.

Baca Juga: Timnas Indonesia Kembali Gilas Curacao pada Laga Kedua FIFA Matchday

Seperti yang terjadi dengan Sastro Glombroh, seorang sesepuh Desa Katikan, Kedunggalar, Kabupaten Ngawi.

Dilansir dari buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015:103), Sastro Glombroh dan kedua adiknya menjadi korban kekejaman PKI.

Kedua adiknya tersebut bernama Kyai Juremi dan Kyai Nawawi yang merupakan tokoh agama di desa tersebut kala itu.

Baca Juga: Diwarnai Kartu Merah dan Debut Pemain Muda, Timnas Indonesia Kembali Taklukkan Curacao

Suradi anak dari Sastro Glombroh mengisahkan, setelah dirinya yang 18 tahun dicegat dua penjaga PKI saat hendak mengantarkan kain sarung, kain jarit, dan nasi buceng ke loji, dia pun pulang ke rumah saudaranya di desa lain.

Dia pulang tidak ke rumahnya. Karena memang saat memberikan undangan kepada 30 orang tokoh, PKI menyebarkan isu bahwa desanya akan diserbu pasukan Siliwangi hingga masyarakat harus mengungsi.

Dia masih bertanya-tanya dalam hatinya tentang banyaknya orang yang mengumpulkan kayu bakar dan diletakan di sekeliling Loji.

Baca Juga: Babak Pertama Timnas Indonesia vs Curacao, Gol Cepat Dimas Drajad Kejutkan Tim Tamu

Namun hal itu ia pendam karena tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun sudah seminggu tidak ada kabar dari ayah dan paman-pamannya itu.

Sampai suatu ketika datanglah Imam Suhadi yang merupakan korban selamat dan kelak menjadi mertuanya datang menceritakan.

Ia menceritakan bahwa Sastro Glombroh yang saat itu membuncah keluar bangunan karena kepanasan akibat dibakarnya Loji, dihadang algojo PKI yang sudah siap dengan pedangnya.

Baca Juga: 200 Orang Tawanan PKI Selamat Berkat Serbuan Pasukan Siliwangi di Ngawi pada September 1948

Ia kemudian dipukuli dan dibacok hingga tewas. Selanjutnya beserta kawan-kawannya, Sastro Glombroh lalu dimasukan ke sumur.

Suradi pada tahun 2015 telah berusia 79 tahun. Sedangkan Maisaroh istrinya sudah menginjak usia 73 tahun.

Kini nama Sastro Grombloh dan korban lainnya masih tertulis di Taman Makam Pahlawan Kabupaten Ngawi.

Baca Juga: Seberapa Stress Anda? Ikuti Link Tes Tingkat Stress Berikut untuk Mengetahui Jawabannya

Itulah kisah Sastro Glombroh sesepuh Desa Katikan, Ngawi korban pembacokan yang dilakukan PKI.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015) karya Anab Afifi dan Thowaf Zuharon

Tags

Terkini

Terpopuler