Konon dahulu diperintahkan bagi seorang Kepala Desa selain dapat memimpin warganya, juga mampu untuk menikahkan warganya.
Bewu merupakan penggabungan 2 kata yakni 'Lebe' dan 'Kuwu'. Lebe berarti orang yang menikahkan, sedangkan Kuwu merupakan seorang pimpinan Desa.
Baca Juga: Hasil Matchday 2 Grup E Piala Dunia 2022 Qatar: Jepang Tumbang, Kosta Rika Urung Hengkang
Di Desa Weragati, sebutan Bewu berjalan selama 45 tahun, dan berkisar di tahun-tahun itulah kisah asal-usul pelarangan kesenian wayang ini muncul.
Suatu ketika seorang Bewu Weragati mengadakan hajatan syukuran karena telah menikahkan putrinya.
Hajatan tersebut dimeriahkan oleh adanya pagelaran wayang (tidak disebutkan wayang golek/wayang kulit).
Baca Juga: BEDA DAERAH LAIN, Bukan Kedelainya tapi Daunnya yang Diolah dan Jadi Kuliner Khas Majalengka
Pagelaran wayang tentunya dipandu oleh seorang dalang yang memaparkan alur cerita serta makna di dalam pagelarannya.
Namun seusai hajatan, rumah Bewu tersebut diributkan oleh menghilangnya sang pengantin wanita.
Usut punya usut ternyata pengantin perempuan itu telah dibawa atau diculik oleh sang dalang.