Asal Usul Kerajaan Rajagaluh yang Sakti Mandraguna yang Ada di Majalengka

- 21 November 2022, 09:00 WIB
Pancuran Talaga Emas Widadari Petilasan Prabau Siliwangi di Pajajar Rajagaluh Majalengka
Pancuran Talaga Emas Widadari Petilasan Prabau Siliwangi di Pajajar Rajagaluh Majalengka /Rahman Prayitno Sodikin/Tangkapan layar Youtube Inti Bulu Channel

PORTAL MAJALENGKA - Rajagaluh adalah sebuah Kecamatan sekaligus desa yang berada di Timur kabupaten Majalengka.

Konon dahulu Rajagaluh, merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja Sakti mandraguna. Lalu bagaimana kisahnya inilah sejarah kerajaan Raja Galuh

Dilansir Portal Majalengka dari YouTube Bolokotono TV dikisahkan.

Baca Juga: HASIL AKHIR QATAR vs EKUADOR di Piala Dunia 2022, Valencia Cetak Brace di Laga ini

Dahulu Raja Galuh merupakan sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi.

Saat itu kerajaan Raja Galuh di bawah tampuk pimpinan seorang Raja Sakti beragama Hindu pada tahun 1482 masehi.

Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam di Jawa Barat secara damai, namun dari sekian banyak kerajaan di Tatar Pasundan hanya kerajaan Raja Galuh yang sulit ditundukkan.

Baca Juga: TIGA GOL CANTIK VALENCIA di Pertandingan Qatar vs Ekuador, Piala Dunia 2022

Setelah kerajaan Cirebon memisahkan diri dari wilayah Kerajaan Pajajaran, maka pembayaran upeti dan pajak untuk kerajaan Cirebon dibebaskan.

Namun untuk Kuningan pajak dan upeti masih berlaku. Untuk penarikan pajak dan upeti dari Kuningan Prabu Siliwangi mewakilkan kepada Prabu cakra Ningrat dari kerajaan Raja Galuh.

Akhirnya Prabu cakra Ningrat mengutus patihnya yang bernama Adipati Aria Kiban kekuningan.

Baca Juga: BABAK PERTAMA Qatar vs Ekuador, BRACE dan Sundulan Cantik Valencia

Namun ternyata Adipati Kuningan yang bernama Adipati Awangga tidak mau membayar pajak, dengan alasan bahwa Kuningan sekarang masuk wilayah kerajaan Cirebon.

Sebagai akibat dari penolakannya, maka terjadilah perang tanding antara Adipati Awangga dan Adipati Aria Kiban.

Dalam perang tanding keduanya sama-sama dikjaya, kekuatannya seimbang sehingga perang tanding tidak ada yang kalah dan menang.

Baca Juga: Goal Super Cepat dan Sundulan Indah Valencia, Qatar vs Ekuador di Piala Dunia 2022

Perang tanding tersebut terdengar oleh Sunan Gunung Jati yang Kemudian beliau mengutus anaknya, Arya Kemuning yang dikenal sebagai Syekh Zainal Akbar alias bratakelana untuk membantu Adipati Awangga dalam perang tanding.

Dengan bantuan Arya Kemuning, akhirnya Adipati Ariya Kiban dapat dikalahkan, Adipati Ariya Kiban melarikan diri dan menghilang di daerah Pesawahan di sekitar Telaga Remis, sebagian prajuritnya ditahan dan sebagian lagi dapat meloloskan diri ke Rajagaluh.

Semenjak kejadian tersebut, kerajaan Rajagaluh segera menghimpun kekuatannya kembali untuk memperkokoh pertahanan manakala ada serangan dari kerajaan Cirebon.

Baca Juga: PELAJARI CONTOH SOAL Tes Tulis CAT PPK, KPU Kabupaten Majalengka Resmi Buka Pendaftaran PPK

Sebagai pengganti Adipati Aria Kiban, ditunjuknya Mangkubumi Demang jagapati Demang raksa pura dan dibantu oleh Patih loak dan gem puawang.

Keduanya berasal dari dataran Cina, Sunan Gunung Jati melihat kerajaan Rajagaluh dengan mata hatinya berkesimpulan bahwa, prajurit Cirebon tidak akan mampu menaklukkan Rajagaluh kecuali dengan taktik yang halus.

Hal ini mengingat akan kesaktian Prabu cakraningrat akhirnya, Sunan gunungjati mengutus 3 orang utusan yakni Syekh magelung Sakti, Pangeran santri Pangeran dogol, serta diikutsertakan ratusan prajurit pengiriman utusan dari Cirebon.

Baca Juga: WILLIAM SOERJADJAJA ITU MASA LALU! Ini Deretan Orang Sukses Asal Majalengka di Perantauan Sekarang

Dengan segera dapat diketahui oleh Prabu cakraningrat, beliau pun segera menugaskan Fatih Loa dan Dampuawang untuk menghadangnya.

Saat itu pun terjadilah pertempuran sengit, namun prajurit Cirebon dapat dipukul mundur, melihat prajurit Cirebon kocar-kacir maka majulah Syekh magelung Sakti Pangeran santri dan Pangeran Rogol terjadilah perang tanding melawan Patih road dan Dempu Awang.

Perang tanding tidak kunjung selesai karena kedua belah pihak seimbang kekuatannya yang akhirnya, pihak Cirebon tidak berani mendekati daerah Rajagaluh Begitupun sebaliknya.

Baca Juga: LINK STREAMING dan Link Live Skor Qatar vs Ekuador di Piala Dunia 2022, Berikut Prediksi Skornya

Atas kejadian ini Prabu Cakraningrat segera mengutus Patih Arya Mangkubumi untuk menancapkan sebuah tombak Trisula pada sebuah Lubuk sungai di sekitar tempat terjadinya perang tanding.

Akibat tancapan tombak tersebut serta merta air sungai tersebut berubah menjadi panas dan dapat akan bagi prajurit Cirebon manakala menyeberanginya.

Kejadian tersebut mengundang marahnya pihak Cirebon, Nyimas Gandasari cepat bertindak dengan kesaktiannya ia mengencingi sungai tersebut.

Baca Juga: Mengintip Keindahan Arsitektur Masjid Kuno Bondan Peninggalan Syekh Datuk Kahfi Guru Sunan Gunung Jati

Serta merta air sungai pun tidak berbahaya lagi walaupun airnya tetap panas, setelah kejadian itu Syekh magelung Sakti dan kawan-kawan serta prajuritnya berupaya mendekati kota Rajagaluh.

Rombongan kemudian berhenti di tepian kota Rajagaluh, membuat perlindungan sebagai tempat pengintaian.

Pada saat bersamaan Sunan Gunung Jati, mengutus pula Nyimas Ganda Sari ia ditugaskan untuk menggoda Prabu Cakraningrat dengan harapan Nyimas Gandasari dapat mengambil jimat bokormas sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakraningrat.

Baca Juga: JOMBLO Banyak yang Datang ke sini, Ada Apa dengan Buyut Pelet di Majalengka

Saat mendekati wilayah Rajagaluh Nyimas Gandasari menyamar sebagai pengemis dan ia selamat luput dari pengawasan.

Prajurit Rajagaluh begitu masuk pinggiran kota Rajagaluh peran penyamarannya diubah menjadi Ronggeng keliling.

Gerak-gerik penyamaran Nyimas Gandasari tidak terlepas dari pengawasan dan pengintaian Syekh magelung Sakti dan kawan-kawan.

Ketenaran Nyimas Ronggeng begitu cepat meluas baik dari kecantikannya atau pun lemah gemulai tariannya yang mempesona.

Baca Juga: KABAR BURUK: Lini Depan Sang Juara Bertahan Prancis bakal Ditinggal Karim Benzema?

Berita ketenaran Nyimas Ronggeng sampai pula ke istana, dengan penuh penasaran Prabu Cakraningrat memanggilnya Ronggeng ke istana.

Tanpa diduga Prabu cakraningrat langsung terpikat hatinya lalu anak sang prabu Nyi Putri Indang Sari mencoba menasihati ayahnya.Agar jangan terpikat oleh Nyi Ronggeng, namun nasihatnya Putri tidak digubris nya.

Bahkan sang prabu berkenan mengajak Nyi Ronggeng masuk ke istana sampai mengajak tidur bersama. Nyi Ronggeng pun mau mengabulkan ajakan beliau untuk tidur bersama.

Asal dengan syarat Prabu cakraningrat terlebih dahulu dapat memperlihatkan jimat andalannya yaitu bokormas, syarat tersebut disetujui oleh sang prabu.

Baca Juga: ALASAN KOCAK Ketua RT Asal Majalengka, Ngotot Dukung Qatar dalam Piala Dunia 2022

Maka diperlihatkan lah jimat yang dimaksud serta-merta di rabalah jimat tersebut oleh Nyi Ronggeng bertepatan dengan itu tiba-tiba sang prabu ingin buang air kecil.

Maka kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Nyi ronggeng bokormas langsung diambil dan dibawa lari saat sang prabu buang hajat kecil

Di luar Nyimas Gandasari dihadang oleh Seekor banteng besar penjaga istana, namun dengan kesaktiannya ia dapat lolos dari amukan banteng tersebut.

Kejadian tersebut segera terlihat oleh Syeikh magelung Sakti dan kawan-kawannya, banteng itupun ditebas nya sampai putus lehernya.

Baca Juga: Link Tes Ujian Bucin Terbaru Viral di Tiktok, Cek Seberapa Bucinnya Kamu pada Pasanganmu

Kendatipun kepalanya Sudah terpisah, namun kepala banteng tersebut masih bisa mengamuk menyeruduk membabi-buta, namun akhirnya kepala banteng tersebut terkena tendangan Syekh Magelung Sakti.

Sehingga melayang dan jatuh di daerah Ciledug yang sekarang dikenal sebagai Desa hulubanteng.

Sedangkan badannya lari ke arah utara, sampai akhirnya terjerembab ke sebuah Lubuk sungai yang sekarang dikenal sebagai Desa Leuwimunding.

Baca Juga: Link Tes Ujian Receh, Coba Cek Seberapa Recehnya Humormu Selama Ini

Prajurit Cirebon terus menyerbu kota Rajagaluh, pertahanan Rajagaluh sudah lemah sehingga Rajagaluh mengalami kekalahan.

Prabu Cakraningrat sendiri melarikan diri ke Talaga, bergabung dengan Prabu pucuk umum yang kemudian keduanya pergi menuju Banten Ujung Kulon.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Youtube Bolokotono TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah