Benteng Kokoh Bernama Van Der Wijk 

7 September 2022, 09:30 WIB
Sejarah Cagar Budaya Benteng Van Der Wijck. /Tangkap Layar Instagram @vanderwijck_gombong/

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Kebumen Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Sebuah situs yang tetap seksi dan eksotis meski telah dibuka sebagai destinasi komersial. Banteng Van Der Wijk di daerah Gombong, Kabupaten Kebumen menjadi sekeping sejarah yang masih dapat terlihat di Kebumen.

Baca Juga: Antara Daendels dan Pangeran Diponegoro

Benteng Van Der Wijk merupakan benteng peninggalan Belanda yang usianya hampir memasuki dua abad

Benteng berbentuk segi delapan yang memiliki empat menara pengawas yang mengarah ke empat penjuru mata angin.

Bangunan ini, dulu merupakan bekas kantor dagang Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC saat Belanda memasuki Tanah Jawa pada permulaan abad ke-17.

Baca Juga: Misteri dan Pesona Jalan Daendels Selatan

Sejak periode perdana VOC menjejakkan kakinya di daerah ini, bangunan benteng hanyalah sebuah bangunan kecil tanda sebuah ruangan administrasi

Cerita kejayaan VOC berakhir, persis pada 1825. Yakni saat Belanda menganggap bahwa kekuatan Pangeran Diponegoro semakin kuat.

Dibawalah balatentara Belanda untuk menduduki eks kantor VOC ini guna memantau gerakan gerilya Diponegoro

Baca Juga: BAWASLU RI, Bahas Rekrutmen Panwascam untuk Pemilu 2024

Setelah pembumihangusan Panjer, Belanda pada 1844 membangun sebuah benteng pertahanan seperti yang masih dapat terlihat kemegahannya kini.

Alhasil, lokasi ini kemudian bertransformasi menjadi pertahanan Belanda di Gombong. Benteng ini dibangun selama empat tahun dengan mempekerjakan 1.400 pekerja yang mayoritas merupakan penduduk Bagelen.

Ravie yang masih setia menemani perjalanan kami menyebut, ada kekeliruan antara fakta sejarah dengan keterangan yang ada di benteng ini.

Baca Juga: KESAKSIAN NYATA Habib Luthfi Bin Yahya Tentang Sosok Gus Muwafiq

Menurut dia, tidak ada cerita bahwa Belanda pada periode pembangunannya menamakan benteng ini dengan Van der Wijk.

Beberapa dokumen dan peta Hindia Belanda menyebut benteng ini bernama Fort Cochius/ Fort Generaal Cochius, yang diambil dari nama Letnan Jenderal Frans David Cochius, pemimpin pasukan Belanda di Gombong pada masa Perang Diponegoro 1825-1830

"Juga salah jika dikatakan benteng ini dibangun pada 1818,ujar Ravie. Komentar itu diutarakan menyusul tulisan di pintu masuk benteng yang bertuliskan “Aku Dibangun pada 1818.

Baca Juga: HEAD TO HEAD AREMA FC vs PERSIB Bandung, Mana yang Lebih Hebat Berikut Prediksinya

Adapun nama Van Der Wijk merupakan era baru kolonial yang namanya diambil dari Luitenant Generaal Johan Cornelis Van der Wijk, salah satu petinggi militer Belanda pada abad ke-19

Penulis tak sempat mencatat detail benteng ini lantaran tenggelam dalam kemegahannya. Benteng ini mengingatkan pada Benteng Speelwijk di Banten. Setidaknya, rupa itu sama, terlihat dari kondisi atapnya yang berupa susunan batu bata.

Ravie memiliki catatan tersendiri. Berdasarkan catatannya, Fort Cochius berbentuk segi delapan dengan tinggi 10 meter dan luas permukaan 7.168 m2.

Baca Juga: Gedung DPR RI Dikepung Masa Aksi Tolak Kenaikan BBM, Ruang Paripurna Justru Merayakan Hari Ultah Puan Maharani

Dindingnya memiliki ketebalan 1,4 m. Struktur benteng terdiri dari dua lantai. Lantai pertama memiliki empat pintu masuk dan 16 kamar besar, masing-masing berukuran 18 m x 6,5 m.

Ada lagi 27 kamar dengan berbagai ukuran, delapan sisi benteng di lantai pertama dibangun dengan 72 jendela.

Di lantai dua, terdapat 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 kamar besar masing masing berukuran 18 m x 6,5 m, 25 kamar kecil, dan 4 tangga menuju ke atap

Baca Juga: Reaksi Inul Daratista Kegirangan Arya Saloka sebagai Mas Al Balik Lagi ke Ikatan Cinta

Pada 1856 Fort Cochius berubah menjadi Pupillenschool, sekolah militer untuk anak-anak Eropa yang lahir di Indonesia," kata Ravie menambahkan.

Benteng kemudian kembali difungsikan sebagaimana mestinya saat periode Agresi Militer Belanda baik dan II.

'Surga' Bernama Pecaron 

Satu wisata pantai yang menarik di hampir ujung perbatasan Kebumen dan Cilacap. Masih berada di ruas Jalan Daendels, pantai itu adalah Pantai Pecaron, satu pantai tersembunyi di Kebumen Selatan.

Baca Juga: Reza Gunawan Suami Dee Lestari Meninggal Dunia, Melaney Ricardo Sampaikan Ucapan Duka

Tersembunyi di balik bukit karst di Desa Srati, Kecamatan Ayah, Pantai Pecaron diimpit dua pantai yang tak kalah eksotis, Pantai Suwuk dan Menganti.

Pantai ini tidak direkomendasikan untuk berenang. Pada 17 Juli 2006, Pantai Pecaron terimbas tsunami dari gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter yang berpusat di Pangandaran.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler