Menuju Puncak Pass, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 8)

2 Juni 2022, 09:30 WIB
Perbatasan Puncak Pass-Cianjur, Jawa Barat merupakan akses utama pemudik dari Jabodetabek menuju Cianjur, sehingga penyekatan ketat akan diberlakukan di kawasan perbatasan /Antara/

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan masih membahas sekitar daerah Bogor, kali ini tepatnya puncak pass.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Dari Ciawi, tiba di Gadog. Kemacetan menjadi 'makanan' akhir pekan di titik ini. Ramai kendaraan lantaran di sinilah bertemunya arus dari berbagai arah. Ada dari Bogor, juga yang datang dari arah Jakarta melalui Tol Jagorawi yang dibangun pada 1973.

Baca Juga: 6 Istri Sunan Gunung Jati Putri Cantik Para Penguasa, Berikut Keturunannya

Kawasan Puncak adalah kawasan favorit para wisatawan sejak dulu. Puncak memiliki pesona alamnya yang indah di tanah ketinggian. Daerah ini, memiliki rata-rata ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Jalur Groote Postweg menjadi fondasi awal rute wisata Puncak. Dokumen pada buku Rambles in Java and The Straits yang ditulis Charles Walter Kinloch pada 1852, menyebut Jalan Raya Pos dari Ciawi menuju Cipanas membelah kawasan Megamendung.

Jalur ini membutuhkan sekitar 500 tambahan pekerja untuk membobok jalur di kaki gunung Gede-Pangrango tersebut.

Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia, Prof Djoko Marihandono menyebut sulitnya medan di kawasan Cisarua menuju Cianjur membuat para pekerja ditambah. Jumlah yang semula 400 pekerja, ditambah sekitar 500 orang yang didatangkan dari wilayah Priangan Cirebon.

Baca Juga: Sebanyak 120 Alumni PGSD UNMA Lolos Seleksi PPPK, Berapa Gaji yang Diterima?

Proyek pembangunan jalur ini diberikan kepada salah satu juragan perkebunan di Megamendung, Van Motman, yang dibantu oleh dua orang asisten.

Proses pembuatan jalur ini diyakini mempersingkat waktu perjalanan surat menyurat ataupun pergerakan tentara. Yang semula perjalanan butuh delapan hari, jalur Buitenzorg menuju Megamendoeng dipapas hanya menjadi empat setengahjam dengan kereta kuda!

Jalan berkelok di Cisarua menjadi awal irama ekstrem Jalan Raya Pos. Sebelum mencapai Puncak Pass, tersaji hamparan kebun teh yang saat ini menjadi kawasan Gunung Mas milik PTPN VIII. Dari daerah Cisarua inilah, Jalan Raya Pos mulai menanjakcuram.

Kawasan Puncak Pass biasanya menjadi titik akhir wisatawan. Namun terkadangjuga kemacetan relatif berakhir di sekitaran Masjid At-Ta'awun yang rampung dibangun pada 1997.

Baca Juga: Kisah Cinta Sunan Gunung Jati dengan Putri Ong Tien, Berawal Ujian Menebak Kehamilan

Kondisi Jalan Raya Pos kini sedikit semrawut lantaran banyaknya pedagang liar yang mengambil lahan di pinggir Jalan Raya Cisarua-Puncak. 

Banyak aktivitas jual-beli kerap menyisakan tumpukan sampah yang mengurangi keindahan hijaunya Perkebunan Teh Gunung Mas.

"Terserah kalau mau digusur, tapi keberadaan kami mengurangi kecelakaan," ujar Jejen (51 tahun), salah satu pedagang di kawasan Puncak, seperti dikutip Portal Majalengka dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Bisa jadi. Sebab, ratusan pedagang ilegal di sini secara tidak langsung menjadi 'pagar hidup' antara jalan dengan jurang di tiap pinggirnya.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Muda Bergelar Raja Sunu, Ternyata Ini Arti dari Raja Sunu?

Istana Cipanas dan Kantor Pos Tertua

Meluncur dari Puncak Pass, hanya satu-dua kali injak gas. Kontur jalannya relatif turun dari ketinggian 2.000 menuju 1.000 mdpl. Di sinilah berbagai bangunan sisa peninggalan Belanda masih berdiri rapi. Di antaranya adalah Istana Cipanas dan Kantor Pos Cipanas.

Bangunan Istana Cipanas dibangun pada 1742 oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff. Dari bangunan itu pula, nama Tjipanas pertama kali muncul.

Di daerah ini, pernah ditemukan sumber air panas yang menyembur di bawah sebatang pohon karet munding. Cipanas (air panas: bahasa Sunda).

Istana Cipanas juga sempat didiami sederet Gubernur Jenderal Hindia Belanda lainnya seperti Andreas Cornelis De Graeff, Bonifacius Cornelis De Jonge, dan Tjarda Van Starkenborgh-Stachouwer. Bahkan, Letnan Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles sering bermalam di istana ini.

Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Presiden Jokowi Napak Tilas ke Tempat Pengasingan Soekarno di Ende

Persis di samping kiri muka halaman Istana, masih berdiri kokoh bangunan kecil yang kini menjadi Kantor Pos Cipanas.

Tak dinyana, di sinilah letak kantor pos tertua yang pernah dibangun di Indonesia.

Beberapa sumber menyebut, tepatnya tahun 1746, Baron Van lmhoff juga yang membangun kantor pos ini.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Jadwal Lengkap MotoGP Catalunya 2022, Fabio Quartararo Ambisi Juara

Sebagian pihak berpendapat, lmhoff membangun kantor pos ini demi memudahkan aktivitasnya, surat-menyurat dengan kerajaan Belanda atau mungkin dengan VOC yang masih kuat mencengkeramkan bisnis jual beli rempahnya di Hindia Belanda.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler