Dari Banten Lama ke Kota Serang , Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 2)

20 Mei 2022, 10:30 WIB
Cagar Budaya Keraton Surosowan di Banten Lama. /Tangkapan layar cagarbudaya.kemdikbud.go.id

PORTAL MAJALENGKA - Perjalanan menyisir Jalan Raya Pos dilanjutkan mengarah ke Kota Cilegon dan melalui Banten Lama. Jarak dari Anyer Kidul menuju Cilegon terhitung sejauh 21 kilometer.

Jalan melalui jalur menuju kawasan pabrik baja Krakatau Steel. Jalur inilah yang menghubungkan Cilegon dengan Banten Lama tepatnya melalui daerah Kramatwatu. Sore hari, biasanya, kawasan ini dilanda macet cukup panjang karena truk besarhilir-mudik, keluar-masuk kawasan ini.

Meski begitu, diketahui ekonomi warga setempat cukup baik dengan keberadaan kawasan industri ini. Sebagian besar warga berprofesi sebagai pengusaha rumah makan dan keperluan sehari-hari.

Baca Juga: Menelusuri Jalan Anyer-Panarukan Warisan Daendels (Bagian 1)

Uniknya, lokasi rumah makan itu, meski berupa warung makan dengan ukuran kecil, tapi pasti memiliki areal parkir yang cukup luas.

Alasannya, kebanyakan pengunjung warung makan adalah para sopir truk yang mengisi perut sebelum perjalanan jauh menuju Surabaya maupun menyeberang ke Sumatra.

Dari arah Cilegon, sebenarnya kawasan ini bisa mempertemukan dengan Pelabuhan Merak yang jaraknya tak lebih dari 16 kilometer dari Cilegon.

Baca Juga: Konde Sakti Nyimas Kawunganten, Istri Sunan Gunung Jati Musnahkan Ular Siluman dan Buat Sumur Gede

Pelabuhan tersebut konon bekas peninggalan Daendels yang sempat ingin membangun benteng pertahanan militer di sana.

Namun, tak ada peninggalan yang tersisa. Konon pembangunan benteng militer itu juga mengalami kegagalan karena wabah malaria yang melanda para pekerja. Perjalanan kami berlanjut ke kawasan Banten lama.

Dari Banten Lama ke Kota Serang

Menurut Adie Riyanto, bercerita tentang fisik jalan bersejarah ini. la melontarkan sebuah dugaan bahwa di daerah Banten Lama inilah lebar jalan Daendels masih berukuran seperti pada zaman pembuatannya.

"Jalanan di sana masih selebar tujuh meter, seukuran dengan saat Daendels membuka jalur tersebut," katanya seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Baca Juga: Wasiat Nyimas Kawunganten, Istri Sunan Gunung Jati Sebelum Wafat untuk Rakyatnya

Menyisir perjalanan ke kawasan Banten Lama, memang ukuran jalan seperti yang diungkapkan Adie.

Di kawasan ini seolah kembali masuk dalam satu perkampungan di tengah kota. Sepanjang jalan dari arah Kramatwatu menuju Banten Lama, juga masih berjajar pepohonan rindang dan hamparan sawah milik warga setempat.

Nuansa teduh, sunyi, dan tenteram adalah gambaran sepanjang jengkal demi jengkal kawasan kuno Banten Lama. Ketenteraman yang diam-diam menyimpan sejarah perlawanan besar masyarakat Banten terhadap kolonialisme Belanda.

Baca Juga: Update Kasus Subang: Sudah 9 Bulan Belum Terungkap, Yosef Dipaksa Menjadi Tersangka?

Banten merupakan wilayah yang terkenal dengan semangat pemberontakan. Maka tidak heran pemerhati sejarah Sunda, Eman Sulaeman, mengatakan bahwa asal mula kata Banten tidak terlepas dari perilaku masyarakatnya.

"Sebenarnya ini agak menyinggung, berasal dari kata bantaheun (tukang bantah)," kata dia.

Banten Lama merupakan wilayah Kesultanan Banten yang menyebarkan Islam sejak abad ke-16.

Baca Juga: Serangan Menjangan Wulung Akibatkan Wafatnya Nyimas Pakung Wati Istri Sunan Gunung Jati

Pada 1808 Kesultanan Banten dibumihanguskan Daendels. Satu penyebabnya, raja yang berkuasa pada saat itu, Sultan Syaifuddin menolak memberikan warganya untuk bekerja secara paksa.

Dalam buku Cerita Masa Lalu Banten karya Halwany Michrob (1993) tertulis bahwa reruntuhan Keraton Surosowan di Banten Lama, diangkut Daendels untuk membangun beberapa kantor pemerintahan di Kota Serang, yang saat ini menjadi beberapa kompleks kantor gubernur Banten di pusat Kota Serang.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler