Beberapa Jenis Kerajinan Bambu yang Ada di Majalengka

16 September 2020, 12:23 WIB
Pengrajin anyaman Bambu di Kecamatan Sindangwangi Majalengka /Portal Majalengka/Andra Adyatama

PORTAL MAJALENGKA - Perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) yang berbasis kerakyatan di Kabupaten Majalengka, berkembang cukup baik, salah satunya industri kerajinan anyaman bambu.

Menurut sejumlah pengrajin anyaman  bambu  di beberapa desa di Kabupaten Majalengka, seperti di Desa Karayunan Kecamatan Cigasong, Desa Mindi kecamatan Leuimunding, desa Jatitujuh kecamatan Jatitujuh, dan Desa Trajaya Kecamatan Palasah, sekarang ada sekitar 200 pengrajin anyaman bambu.

Dari jumlah tersebut ada beberapa kerajinan yang dihasilkan, namun sebagian besar memproduksi bilik batik. Bilik batik yang dihasilkan para pengrajin tersebut sangat diminati oleh pasar, termasuk pasar dari luar Provinsi Jawa Barat. Apa saja kerajinannya, yuk simak.

Baca Juga: Cari Tahu Yuk! 5 Manfaat Pohon Aren yang banyak Terdapat di Majalengka

1. Bilik Bambu

Dari penuturan Ujang pengrajin anyaman bambu di Desa Karayunan Kecamatan Cigasong mengatakan, di daerahnya sekarang ada sekitar 50 pengrajin anyaman bambu.

“Bilik batik yang dihasilkan oleh pengrajin di sini sangat baik sehingga sangat diminati oleh pasar, termasuk pasar dari luar daerah, seperti Jawa Tengah, Bali, Sumatera dan daerah lainnya,” ungkapnya, Rabu 16 September 2020.

Sayangnya kata dia, tidak semua pesanan yang datang bisa dipenuhi oleh perajin.

Baca Juga: Bupati Majalengka: Kantor yang Sehat, Dimulai dari Bebas Asap Rokok

Pasalnya pengrajin tidak memiliki modal yang cukup untuk memenuhi permintaan pesanan dalam jumlah banyak.

Bila dibandingkan dengan usaha lainnya, usaha kerajinan bambu ini tebilang lamban. Salah satu penyebabnya persoalan permodalan, masalah ini sering menghantui para pelaku usaha anyaman bambu.

“Masalah permodalan  yang menjadi kendala bagi kami untuk mengembangkan usaha ini, padahal produksi anyaman bilik bambu batik ini mulai banyak diminati pasar,” jelasnya.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Januari-Agustus Surplus 11,05 Miliar Dolar Amerika

2. Kipas Bambu atau Hihid

Untuk kipas bambu, ada beberapa daerah yang sangat terkenal, seperti desa Tarikolot, dan Nanggerang kecamatan Palasah, desa Mirat, Parungjaya, Luwikujang kecamatan Leuwimunding.

Menurut Juju, pengrajin kipas berbahan bambu asal Desa Mirat Kecmatan Leumunding ini mengaku masih kesulitan untuk mengembangkan usahanya.

Kendala utama yang dihadapi oleh mereka untuk mengembangkan usahnya adalah keterbatasan permodalan.

Baca Juga: Luhut Ditugaskan Jokowi Turunkan Jumlah Kasus Covid-19 Dalam Dua Pekan

“Untuk pasar kami tidak bingung sebab jumlah pesanan memang terus meningkat, sayangnya kami tidak selalu bisa memenuhi permintaan pesanan karena keterbatasan modal,” ujarnya.

“Dengan  modal yang memadai kami optimis bisa lebih berkembang, serta bisa memenuhi permintaan pasar,” tuturnya.

Selain itu, Para perajin butuh pendampingan inovasi agar bisa menghasilkan model kerajinan bambu lainnya yang lebih bernilai ekonomi tinggi dan tahan lama.

Baca Juga: Awas Saru! Seragam Satpam Kini Mirip Dengan Polisi Lengkap Dengan Pangkatnya

Selama ini, para pengrajin hanya mampu menghasilkan boboko dan dinding bambu.

”Kami senang sekali kalau ada yang mengajari. Selama ini tidak pernah ada yang mengajari atau mendampingi kami,” ujarnya.

Baca Juga: Tuntaskan Data Kependudukan, BPS Sisir Para Tunawisma di Kabupaten Majalengka

3. Bakul Bambu

Pengrajin Bakul Bambu di kecamatan Palasah Majalengka Andra Adyatama

Meskipun saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan alat memasak nasi elektrik seperti magic jar atau rice cooker, ternyata eksistensi bakul bambu alias boboko tak pernah surut oleh zaman.

Para perajin bakul dan perkakas lainnya yang terbuat dari bambu di Desa Trajaya Kecamatan Palasah  tetap setia dengan pekerjaannya.

Menurut salah seorang pedagang, Pioh (45), mengatakan, hingga saat ini ratusan keluarga di tempatnya masih setia dengan pekerjaannya.

Baca Juga: ASN ini Ngambek Ketika Terkena Razia Masker

Sehari-hari mereka membuat boboko (bakul), ayakan (saringan), nyiru (nampan), tolombong (bakul besar), hihid (kipas), aseupan (tempat memasak nasi), dan perkakas lainnya yang terbuat dari bambu.

"Memang warga Trajaya sejak puluhan tahun lalu menekuni pekerjaan ini. Begitu juga saya masih setia dengan pekerjaan ini. Alhamdulillah, meskipun sekarang ini sudah banyak penanak nasi elektrik, rasanya kami tidak pernah kekurangan pesanan. Bahkan tak jarang kami kerepotan memenuhi pesanan," ujarnya.

Dikatakan Dia, jumlah perajin boboko atau bakul di kampungnya lebih dari 100 Kepala Keluarga (KK). Itu belum termasuk para perajin lainnya yang ada di wilayah Palasah.

Baca Juga: Bunga 0 Persen Pegadaian Lanjut Sampai Desember

Uniknya, pembuatan boboko ini tidak dilakukan dari awal hingga akhir atau finishing oleh satu keluarga. Biasanya pembuatannya dilakukan setiap bagian oleh masing-masing keluarga.

"Misalnya ada keluarga yang khusus menganyam bambu, lalu diteruskan ke keluarga lain yang biasa mengerjakan bagian soko atau alas bakul. Kemudian dilanjutkan ke keluarga yang khusus membuat wengku atau bagian pinggiran bakul. Setelah itu finishing dan sudah siap dijual," ujarnya.

Rata-rata, kata Pioh, bakul dan produk anyaman lainnya dari desa Trajaya biasa diambil oleh para pengepul yang datang ke kampung itu.

Baca Juga: Wapres : Santri Berperan Mendamaikan Dunia

Dari sana, produk anyaman itu tersebar hampir di seluruh daerah di Jawa Barat. Bahkan, para pengepul ini juga rutin memasok pasar di Bengkulu dan beberapa daerah lainnya di Pulau Sumatra.

"Produksi kami per bulan sekitar 500-an kodi. Tapi sebenarnya produksi ini bisa lebih banyak lagi kalau kami mengerjakannya intensif, kalau selama ini kan kami melakukan pekerjaan ini selepas beraktivitas lain, seperti pulang dari kebun dan sawah saja. Tapi Alhamdulillah cukup membantu kesejahteraan kami, banyak keluarga yang sampai bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi," jelasnya.

Menurut dia, masyarakat masih setia menggunakan perangkat berasal dari bambu karena memiliki beberapa keunggulan.

Baca Juga: Lagi, Pangkas Birokrasi Pemerintah Bubarkan 13 Lembaga Negara

Dia mencontohkan, nasi yang disimpan di bakul biasanya tidak mudah basi dan berbau. Bahkan bisa tahan beberapa hari tanpa bantuan alat pemanas.

"Jadi walaupun sudah dingin tetap saja enak dimakan. Nah inilah kelebihannya, sehingga sampai saat ini masih ada masyarakat yang setia dengan boboko dan perkakas lainnya dari bambu," katanya.

Meskipun telah puluhan tahun lebih para perajin bambu di desa tersebut memanfaatkan bambu, mereka tetap tidak melupakan kelestarian alam.

Baca Juga: Setelah Waketum Gerindra, Kini Giliran Golkar yang Komentari Kebijakan Anies Baswedan

Justru mereka turut menjaga dan melestarikan alam di sekitarnya. 

Pohon bambu jenis awi tali yang biasa dipakai, secara rutin dipelihara dan dilestarikan. Bahkan, sejak lama para perajin di Desa Trajaya tak menggunakan kayu sebagai bagian dari produknya. 

Warga menyadari, jika terus menggunakan kayu, tentu saja akan menghabiskan pepohonan yang ada di hutan sekitar mereka.

Baca Juga: Resep Membuat Odading, Makanan yang lagi Ngetren Setelah Viral Odading Mang Oleh

"Jadi kayu yang sebelumnya biasa dipakai untuk soko atau bagian bawah boboko kami ganti dengan pakai bambu juga. Kalau tetap pakai kayu, bisa habis pohon di hutan. Kami juga terus menaman dan memelihara pohon bambu. Selain digunakan untuk bahan baku, pohon bambu juga berfungsi menahan erosi," katanya.

Sejauh ini, jelas Pioh, tak ada kendala yang mereka alami dalam memproduksi dan menjual berbagai produk anyaman bambu ini. Namun dia berharap ada ruang pamer (showroom) untuk memajang produk anyaman bambu hasil kreativitas warga itu.

Menurutnya, hal ini akan mempermudah calon pembeli memilih dan menemukan perkakas yang dibutuhkannya.

Baca Juga: Desa Mirat Mulai Buka Sebagian Wilayah Pasca Lock Down

"Memang sebaiknya ada showroom yang memadai. Dengan begitu, kami bisa memajang berbagai hasil kerajinan bambu hasil produksi warga Desa Trajaya. Selain itu, kami juga membutuhkan media promosi dan bantuan pemasaran, agar semakin banyak orang tahu produk anyaman bambu dari kecamatan Palasah," ujar Dia.

Menurut Pioh, para perajin telah membuktikan diri, selama ini mereka mampu bertahan di tengah terpaan zaman modern ini.

Baca Juga: Kemenaker Cairkan 9 Juta BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp 600 Ribu

Bahkan, dengan menekuni pekerjaan tersebut, mereka mampu menghidupi dan menyejahterakan keluarganya.

"Tapi pemerintah harus turun tangan membantu mereka. Misalnya memberikan pembinaan, pelatihan manajemen, pemasaran, dan lainnya," ujarnya.

Baca Juga: Ini Bahaya Penggunaan Masker Scuba dan Buff

4. Belentung Bambu

Blentung bambu sendiri merupakan alat musik menyerupai gitar, namun jika gitar terbuat dari kayu, sedangkan blentung terbuat dari bambu.

Cara memainkannya pun sama persis dengan gitar. Selain itu, ada juga biola yang terbuat dari bambu.

Banyak pihak yang tertarik dengan alat music ini, bahkan beberapa orang penting di negeri ini pernah berkunjung, diantaranya, Sekretaris Lembaga Seni dan Budaya Muslimin (Lesbumi) PBNU KH Uki Marzuki Solihin, Habib Luthfi dan mantan Menakertrans RI Hanif Dakiri.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler