Di Balik Tokoh Wayang Semar Ternyata Sunan Kaljaga Sisipkan Pesan Karakter Sosok Sesepuhnya

- 5 Januari 2023, 11:30 WIB
Di Balik Tokoh Wayang Semar Ternyata Sunan Kaljaga Sisipkan Pesan Karakter Sosok Sesepuhnya
Di Balik Tokoh Wayang Semar Ternyata Sunan Kaljaga Sisipkan Pesan Karakter Sosok Sesepuhnya /[email protected]/

PORTAL MAJALENGKA - Pertunjukan kartun pertama yang digelar di dunia adalah wayangnya Sunan Kalijaga.

Dulu di masa Majapahit, wayang memiliki bentuk beber. Bentuk wayang beber itu adegan yang digambar secara natural, orang digambar seperti manusia pada umumnya.

Wayang beber sudah ada sebelum wayang Sunan Kalijaga, pertujukan wayang ini hanya dapat memuat dua belas orang penonton.

Baca Juga: Polisi Bertindak Cepat Selidiki Peristiwa Sadis Pembakaran Orang Hidup-hidup di Penjaringan

Dalam hal ini seorang dalang bertugas membentang gambar adegan tersebut sambil menggeser-geser gambarnya untuk menciptakan kesan hidup adegan sambil dirinya bercerita.

Hal yang dilakukan dalang cukup ribet dan tidak praktis. Karena itu oleh Sunan Kalijaga kemudian diubah. Untuk memudahkan pertunjukan wayang beliau kemudian membuat wayang yang berbeda.

Mengutip dari Marwah TV, ceramah ustadz Salim A Filah tentang babad tanah Jawa dijelaskan, bahwa dalam wayang kiasan Sunan Kalijaga para kesatria memiliki mata kecil, hal tersebut melambangkan bahwa manusia baik selalu menjaga penglihatannya.

Baca Juga: Setelah Akhir Buruk 2022, Bisnis Inggris Bakal Tetap Hadapi Prospek 'Suram'

Para kesatria juga dilambangkan dengan mulut kecil yang juga bisa diartikan mampu mengendalikan ucapannya.

Para kesatria memiliki ucapan baik dan terjaga dari hal-hal yang kotor. Mereka juga biasanya digambarkan dengan perut yang kecil tidak buncit. Karena hal itu melambangkan keperihatianan dengan banyak berpuasa.

Dipastikan gambaran tokoh-tokoh baik dalam wayang Sunan Kalijaga seperti hal yang disebut diatas.

Baca Juga: Wow! Ridwan Kamil Bakal Main Sinetron Religi, Masjid Al Jabbar akan Jadi Lokasi Syutingnya

Berbeda dengan para tokoh jahat, atau yang berperan antagonis. Tampilan pada tokoh buruk biasanya digambarkan dengan matat besar dan melotot, mata yang tidak terjaga.

Demikan juga gambaran mulut dari tokoh jahat juga biasanya memiliki mulut besar, yang bisa diartikan tidak bisa menjaga lisannya. Selain itu pula tokoh antagonis juga dilambangkan dengan perut yang buncit, sebuah gambaran kerakusan.

Para tokoh jahat memiliki karakter tidak berhati-hati mana halal dan haram, semuanya dikonsumsi. Penglihatan dan ucapan mereka tidak terkendali, jalang dan liar serta selalu bericara kotor dan dusta.

Baca Juga: Kamu yang Susah Tidur Coba Tips Ini, Cukup 5 Menit Langsung Pulas

Jadi dalam wayang kita dapat melihat tokoh baik atau protagonis memiliki tampilan ganteng sementara tokoh antagonis berpenampilan jelek dan kasar.

Padahal dalam kenyataan hal itu belum tentu, malah bisa jadi yang terjadi kebalikannya orang jahat banyak yang memiliki tampilan hebat dan sempurna sedang orang yang baik tampak kurang terurus karena menanggung keprihatinannya.Bahkan malah parah lagi, sudah jelek orangnya buruk pula karakternya.

Jadi menurut ustadz Salim A Filah, dalam wayang Sunan Kalijaga tokoh wayang digambarkan dengan Karakternya.

Baca Juga: 8 Masjid Unik di Bandung yang Bisa Jadi Destinasi Wisata Religi, Salah Satunya yang Baru Diresmikan

Dalam mengisi wayang untuk tujuan meluruskan aqidah orang jawa saat itu maka Sunan Kalijaga kemudian menampilkan salah satu tokoh wayang, yakni Semar.

Tokoh wayang yang satu ini merupakan personifikasi atau gambaran karakter sesepuh Sunan Kaljaga sendiri, Syeikh Maulana Malik Maghribi.

Sosok wayang Semar berkulit hitam dengan tubuh besar. Dipilihnya tokoh Semar oleh Sunan Kalijaga untuk menggambarkan karakter sesepuhnya tersebut, karena Semar adalah tokoh yang ditakuti oleh dewa-dewa yang diagungkan oleh orang Jawa saat itu.

Baca Juga: Kebun Teh Cipasung Majalengka, Destinasi Wisata yang Patut Dikunjungi Wisatawan

Baik Batara Guru, Dewa Siwa, Wisnu, Brahma dan semua dewa-dewa yang ada di tanah Jawa semua takut dan tidak akan berani mengusik Semar.

Gambaran Semar yang diabadikan untuk sosok sesepuh Sunan Kalijaga tersebut karena pada kenyataannya, keilmuan Maulana Malik Maghribi diakui oelh pemuka agama lainnya, pemahaman ajaran Islamnya sangat kuat dan mendalam.

Kebenaran ajaran Islam tidak bisa terbantahkan oleh ajaran manapun yang pada masa itu telah berkembang dan mengakar dalam masyarakat Jawa.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Babad Tanah Jawa Marwah TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah