Karenanya, Islam diterima khalayak masyarakat Nusantara pada saat itu. Hingga nilai-nilai Islam yang dibawa Sunan Gunung Jati dan Walisongo masih lestari hingga saat ini.
Dengan penuh kesabaran, Sunan Gunung Jati dan Walisongo melakukan jelajah dakwah mengunjungi masyarakat dari satu rumah ke rumah lainnnya atau biasa dikenal dengan istilah door-to-door.
Baca Juga: Riwayat Azan Pitu Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon yang Tak Ada di Tempat Lain
Seiring berjalannya waktu, setiap satu bulan sekali murid-murid Sunan Gunung Jati sering datang ke Cirebon. Begitu pun yang terjadi pada Walisongo lainnya.
Kunjungan sang murid, terutama dari luar daerah dilakukan setiap malam Jumat pada awal bulan untuk mendapatkan ceramah keagamaan dari sang sunan.
Kegiatan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Jumlah muridnya yang datang terus bertambah banyak hingga membeludak.
Baca Juga: Kisah Gus Dur Dapat Uang Segepok dari Tamu Tionghoa, Tak Disangka Ini yang Terjadi
Hingga pada akhirnya Sunan Gunung Jati pun wafat dan dimakamkan di Cirebon. Para murid pun berinisiatif untuk tetap melanggengkan tradisi tersebut.
Hingga kini mereka rutin datang terutama pada malam Jumat Kliwon. Namun tidak lagi untuk mengikuti dan mendengarkan pengajian tapi untuk berziarah ke makam sang sunan.
Berawal dari kunjungan rutin tersebut akhirnya menjadi tradisi ziarah Walisongo. Sehingga para peziarah bukan hanya mengunjungi makam Sunan Gunung Jati melainkan para wali lainnya.