Puteri Arum Sari yang sedang mandi tiba-tiba diculik Buto Ijo dan dibawa ke hutan Karendawahana (wilayah yang diperkirakan sekitar Buntet sekarang).
Mbah Muqoyyim awalnya mendirikan Pesantren Buntet di daerah Kedung Malang, Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, Cirebon.
Baca Juga: Gus Fida, Cucu Sunan Gunung Jati Cicit Prabu Siliwangi, Pengasuh Pesantren Termuda di Buntet Cirebon
Ia membangun rumah sangat sederhana, langgar (surau), dan beberapa kamar santri. Banyak masyarakat yang tertarik untuk belajar mengaji ke Muqoyyim.
Belanda yang kemudian mengetahui kegiatan dan keberadaan Mbah Muqoyyim langsung mencoba menyerangnya.
Mbah Muqoyyim bersama sahabatnya Kiai Ardi Sela lolos dari sergapan. Ia pun menuju Desa Pesawahan Sindanglaut, sekira 10 kilometer dari Pesantren Buntet.
Mbah Muqoyyim rupanya telah merasa cocok dan betah bertempat tinggal di perkampungan dan memberikan dakwah keagamaan.
Namun karena beliau tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda, maka pihak Belanda menyerang dan membumi hanguskan Pesantren Buntet.
Pada peristiwa itu Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri sehingga beliau dapat terus menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam.
Karena Pondok Pesantren di Dusun Kedung Malang telah dibumihanguskan oleh Belanda, maka Mbah Muqoyyim dan keluarga beserta para santri pindah ke Pesawahan Sindanglaut.