Selain dimanfaatkan untuk dakwah, kesenian-kesenian yang dianggap memiliki pesan adiluhung dikemas menjadi karya seni yang menonjolkan estetika hingga dapat digelar di keraton di saat tertentu, misalnya untuk menyambut tamu negara.
Dilansir dari indonesia.go.id, si era kolonial Belanda sekitar abad 17, terjadi pembatasan pergelaran kesenian di Keraton Cirebon.
Akibatnya banyak seniman tari pergi ke daerah-daerah dan mengembangkan kesenian di sana. Salah satu di antaranya di daerah yang kini Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon.
Baca Juga: Setelah 19 Tahun Brazil Juara Lagi di Jepang, Kali Ini di Olimpiade Tokyo
Urutan Tari Topeng Cirebon berdasarkan topeng yang dimainkan penari. Biasanya dimulai dengan Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, dan akhirnya Topeng Kelana.
Kelima topeng itulah yang populer disebut lima purwa rupa Topeng Cirebon atau juga panca wanda.
Kelima topeng menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak kecil hingga dewasa, dengan filosofi yang berbeda.
Baca Juga: 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam, Berikut Sejarah, Peristiwa dan Keutamaanya
Topeng Panji menggambarkan masa kanak-kanak yang diekspresikan melalui tarian yang lembut dan kadang jenaka. Beranjak remaja, penari mengenakan Topeng Samba, menggambarkan ketika manusia sering diusik rasa ingin tahu di masa remaja.