Semakin banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi, lanjutnya, maka vaksin akan semakin efektif. "Maka efektivitas vaksin antar daerah bisa berbeda. Apalagi antar negara," ujarnya.
Dia menjelaskan, vaksin bekerja pada tubuh dengan memicu antibodi yang spesifik mengikat antigen virus.
Pada COVID-19, target utamanya adalah protein S, karena berada paling luar, paling menonjol, dan berfungsi membuka kunci masuk ke dalam sel manusia. Protein S itu dibentuk berdasarkan resep dari gen S yang terdiri dari rangkaian nukleotida panjang.
Ada bagian dari gen S yang sudah jelas fungsinya membentuk protein S, tapi ada pula yang belum kita ketahui pasti.
Dia menerangkan, mutasi virus baru bermakna bila mengubah protein S yang seharusnya dihasilkan.
Seberapapun mutasinya, bila protein S yang dihasilkan masih tetap teridentifikasi, maka antibodi S masih tetap dapat mengikatnya.
Baca Juga: Link Live Skor Gratis Malaysia vs Indonesia, Garuda Unggul Sementara 4-1
"Semakin banyak perubahannya, semakin sulit dibaca. Semakin banyak lagi mutasi, mungkin masih terbaca, tapi butuh waktu lebih lama. Jadi ada risiko terlewatkan," katanya.
Terkait apakah vaksin masih mampu menghadapi varian Omicron, Tonang menyebut, hal tersebut masih memerlukan waktu untuk dapat dipastikan.