Penduduk Afghanistan Rela Jual Ginjal Dampak Bantuan Internasional Diberhentikan

- 26 Januari 2022, 22:55 WIB
Penduduk Afghanistan Rela Jual Ginjal Dampak Bantuan Internasional Diberhentikan
Penduduk Afghanistan Rela Jual Ginjal Dampak Bantuan Internasional Diberhentikan /Reuters

PORTAL MAJALENGKA – Pengambilalihan Afghanistan oleh kelompok Taliban membuat kondisinya saat ini semakin memprihatinkan.

Imbasnya, bantuan internasional yang selama ini menjadi tumpuan Afghanistan diberhentikan.

Karena bantuan internasional diberhentikan, kondisi penduduk Afghanistan saat ini mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Baca Juga: Amerika Habiskan Rp30 Ribu Triliun Perang 20 Tahun Lawan Taliban, Hasilnya Kalah dan 3 Ribu Tentara AS Tewas

Bahkan baru-baru ini dikabarkan sejumlah keluarga di Afghanistan telah menjual anak-anak hingga ginjal mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan dasar.

Hal itu dilakukan lantaran lebih dari separuh penduduk negara itu mengalami kesulitan yang serius.

Selama bertahun-tahun dilaporkan hanya demi sepotong roti, orang-orang di Afghanistan rela menjual ginjal mereka tanpa ragu.

Baca Juga: Mulai Kamis 27 Januari 2022 Bikin Paspor Bisa dari Rumah, Cek Informasinya di Sini

Kondisi di Afghanistan diperburuk dengan kondisi musim dingin yang keras. Kondisi ini menempatkan kehidupan jutaan orang yang sudah hidup dalam kemiskinan itu dalam bahaya.

Dikutip Portal Majalengka dari Pikiran-Rakyat.com melalui TRT News, Abdulkadir seorang warga setempat yang berusia 38 tahun, mengaku hanya minum teh dan makan roti kering.

Dia mengatakan bahwa dirinya tidak punya uang untuk pergi ke rumah sakit.

Baca Juga: Resep Masakan Ayam Geprek Sambal Ijo, Lezat Cocok Dijadikan Usaha Kecil-kecilan

“Saya pergi ke rumah sakit untuk menjual salah satu ginjal saya seharga $ 1.457 (atau sekira Rp21 juta). Para dokter mengatakan kepada saya bahwa jika saya menjalani operasi dan ginjal saya diangkat, saya akan mati,” ucapnya.

Akan tetapi Abdulkadir tetap ingin menjual ginjalnya. Karena situasi ekonomi yang sangat buruk, ia pun mengaku siap untuk menjual salah satu anaknya seharga $1.457.
Karena dengan cara itu, ia beranggapan dapat menyelamatkan anggota keluarganya yang lain.

Dengan kondisi yang sulit itu, warga sekitar mengeluhkan minimnya lapangan pekerjaan. Bahkan, beberapa remaja dan orang dewasa terpaksa mengemis di pusat kota dan mengumpulkan plastik serta kertas dari tempat sampah.

Baca Juga: Resep Masakan Ayam Geprek Sambal Ijo, Lezat Cocok Dijadikan Usaha Kecil-kecilan

Sementara itu, untuk menyambung hidupnya, perempuan setempat juga memintal benang dari wol yang dibawa pedagang. Dari hasil itu paling tidak bisa mendapatkan maksimal sekitar $0,50-$1,00 atau sekira Rp7.000-Rp14.000 per hari.

Maraknya penduduk yang rela menjual ginjalnya, mengakibatkan mereka untuk tidak melakukan pekerjaan fisik yang berat.

Hal itu diungkapkan oleh Gulbuddin. Ia mengaku saat ini tidak dapat melakukan pekerjaan fisik karena telah menjual salah satu ginjalnya.

Baca Juga: Baby dari 3 Artis Papan Atas Raffi Ahmad, Lesti Kejora, dan Sule Sutisna, Yuk Berkenalan

Ia juga mengaku pada 3 tahun lalu, telah menjual putrinya yang berusia 12 tahun Ruziye seharga $3.500 dan ginjal seharga $2.000, dua tahun lalu untuk perawatan istrinya karena kesulitan keuangan berlanjut.

Tidak berhenti di situ, ia juga telah menjual putrinya yang lain, Raciye yang berusia 5 tahun, seharga $1.500 tahun lalu.

“Jika seseorang datang dan menginginkan mata saya, saya dapat menjualnya sehingga istri saya dapat bertahan hidup,” ujarnya.

Baca Juga: Chord Gitar Mesin Waktu Lagu Budi Doremi, Trending Topik YouTube Usai Dinyanyikan Danar Widianto

Saat ini ribuan warga Afghanistan yang sebagian besar Pashtun dikabarkan terpaksa meninggalkan rumah karena kekeringan dalam 4 tahun terakhir.

Penduduk yang meninggalkan rumahnya pun dikarenakan konflik antara Taliban dan pemerintah sebelumnya di wilayah Shahr-i Sebz, sekitar 20 kilometer dari kota Herat, sedang mencoba untuk bertahan hidup.

Dilaporkan pada wilayah tersebut, rumah-rumah penduduk yang terbuat dari lumpur dan tanah liat itu tidak memiliki listrik, air, dan sistem pemanas.

Baca Juga: Tol Cisumdawu Seksi 1 Cileunyi-Pamulihan Resmi Beroperasi, Segini Tarifnya

Kondisi musim dingin yang semakin memburuk diperparah dengan kebanyakan rumah penduduk tidak memiliki kompor.

Sementara mereka yang memiliki kompor juga membakar plastik untuk memanaskan rumah, bukan kayu dan batu bara. Hal ini dapat menyebabkan mereka berpotensi keracunan.***

Artikel serupa pernah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul: Menjerit Kelaparan, Orang-Orang Afghanistan Rela Menjual Ginjal demi Dapat Bertahan Hidup

Editor: Husain Ali

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah