Pendidikan; Bukan Me-Yatim-Piatu-kan Anak dan Me-monster-kannya

- 19 Oktober 2020, 07:28 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Kedua orang tua tidak mau tahu anaknya bergaul dengan siapa, berkegiatan apa dengan teman-teman sebayanya, dibiarkan liar. Sehingga runtuhlah bangunan pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah, anak-anak sebagai peserta didik telah menentukan pilihannya dengan meniru pola sikap dan perilaku tokoh idolanya di luar institusi pendidikan yang dengan bebas diaksesnya kapan saja mau. Lalu apa yang diharapkan dari proses besar pendidikan kita? Kesia-siaan yang dipertontonkan secara jelas, proses pendidikan berjalan tanpa arahan pasti.

Baca Juga: Percepatan Pembangunan Pelabuhan Patimban  Saat Pandemi, Urgenkah?

Pendidikan Berkebudayaan

Kebudayan adalah kegiatan pikiran, serta kemampuan mencerap keindahan dan perasaan manusia. Ia tidak ada hubungnaya dengan kepingan-kepingan informasi. Orang yang tahu banyak adalah orang yang membosankan iatas bumi Tuhan ini. Apa yang harus kita tuju dan hasilkan adalah manusia-manusia yang memiliki budaya dan pengethauan ahli di bidang-bidang tertentu.

Idealnya pendidikan akan menjadikan budaya manusia lebih meningkat, dengan kualitas  kebudayaan yang meningkat arah peradaban yang mencerahkan menjadi semakin jelas. Namun sekali lagi, antara yang terjadi  (das sein) dan yang seharusnya terjadi (das solen) terlalu jauh jaraknya, alias tidak nyambung.

Keinginan hati proses pendidikan memunculkan manusia yang berbudaya, berahlak, dan beradab, namun yang mewujud adalah manusia yang bengal dan biadab.

Baca Juga: Kamu Harus Tahu! Ini 7 Manfaat Buah Anggur untuk Kesehatan

Bagaimana tidak, fakta-fakta  tak terbantahkan bahwa munculnya koruptor-koruptor adalah produk pendidikan yang selama ini dilaksanakan, artinya proses pendidikan tidak mempengaruhi pola pikirnya dalam menjalani kehidupan nyata. Pendidikan nilai tidak memanifes dalam perilaku dan budaya yang terbentuk, pendidikan macan ompong.

Pendidikan tidak membekas dalam pola pikir dan perilaku kehidupan, tidak membawanya pada taraf perbaikan pola pikir (mindset) yang lebih baik dalam memandang diri dan lingkungannya.

Para koruptor bukanlah orang yang berpendidikan rendah, bahkan tak jarang mereka menyandang serentetan gelar, pelaku krimimal terdidik ini lebih berbahaya dibandingkan yang berasal dari latar belakang tak terdidik karena memiliki daya rusak yang lebih dahsyat.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah