Pengamatan Poral Majalengka, memang pada kenyataannya banyak dirasakan masyarakat, diibanding pemilihan kepala daerah (Pilkada) ataupun pemilihan Presiden (Pilpres) dalam pelaksanaannya suhu politik Pilkades khususnya di wilayah Kabupaten Cirebon jauh lebih panas dan rawan intrik.
Beberapa faktor yang mempebgaruhi suhu politik Pilkades tinggi adalah tingkat fanatisme para pendukung calon yang sangat tinggi.
Baca Juga: Wapres KH Ma’ruf Amin Perintahkan Menko Polhukam dan Menag Tindak Cepat soal Al Zaytun
Jauh hari bahkan dua tiga bulan sebelum pelaksanaan pelaksanaan Pilkades digelar. Kondisi persaingan antar kubu sudah terasa panas.
Masyarakat sudah berkelompok sesuai pilihan yang mereka usung. Antar individu sudah saling curiga, lebih-lebih para tim suksesnya.
Bahkan saking panasnya suhu pilkades ini, persaingan tidak cukup dengan orang lain, kadang dengan keluarga baik saudara, anak ataupun istri bisa timbul perselisihan.
Kerukunan hidup yang menjadi ciri khas masyarakat desa di Kabupaten Cirebon seketika buyar, apalagi ketika semakin mendekatnya hari pelaksanaan pemungutan suara.
Umumnya di masa pemilihan kepala desa ini, seorang calon bersama tim suksesnya akan blusukan mendekati warganya.
Mereka coba melakukan berbagai bentuk sosialisasi ke warganya. Ada yang dengan ikut jamaah pengajian rutin atau perkumpulan rutin warga lainnya seperti kegiatan yasinan, kelompok tani atau pemuda dan lainnya
Dalam hal ini baik calon ataupun para timses bakal ikut nimbrung di tiap kegiatan atau acara tersebut untuk meminta doa restu dan juga dukungan. Selain itu ada pula yang gerilya menemui warga per rumah.