89 TAHUN Sunan Gunung Jati Pimpin Kesultanan Cirebon dan Mampu Taklukan Kakeknya Prabu Siliwangi

- 15 Juli 2022, 08:00 WIB
 Sunan Gunung Jati, 89 TAHUN Sunan Gunung Jati Pimpin Kesultanan Cirebon dan Mampu Taklukan Kakeknya Prabu Siliwangi
Sunan Gunung Jati, 89 TAHUN Sunan Gunung Jati Pimpin Kesultanan Cirebon dan Mampu Taklukan Kakeknya Prabu Siliwangi /YouTube Penerus Para Wali

PORTAL MAJALENGKA - Kepemimpinan Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati selama 89 tahun sejak 1479 hingga1568. Dibawah komando Sunan Gunung Jati mampu menjadikan Cirebon pusat peradaban Islam dan kejayaan Islam di Nusantara.

Sunan Gunung Jati mewarisi kepemimpinan pamannya yaitu Pangeran Walangsungsang yang sebelumnya memimpin Kesultanan Cirebon dan sebagai pewaris Tahta Prabu Siliwangi.

Pada masa itu, bidang politik, keagamaan, dan perdagangan, maju sangat pesat. Pada masa itu pula berlangsung  penyebaran Islam ke Banten (sekitar 1525-1526) melalui penempatan salah seorang putra Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin. 

Baca Juga: JADWAL PERSIB BANDUNG Liga1 Indonesia 2022/2023, Cek Kapan Lawan Persija Jakarta

Peristiwa itu terjadi setelah keruntuhan pemerintahan Pucuk Umum, penguasa kadipaten dari Kerajaan Sunda Pajajaran yang berkududukan di Banten Girang.

Kemajuan Islam pada era Sunan Gunung Jati tidak berhenti pada terbentuknya pusat pemerintahan di bawah pimpinan  Maulana Hasanuddin yang terletak di Surosowan, dekat Muara Cibanten, tetapi pengembangan juga dilakukan ke arah Priangan Timur, antara lain ke Kerajaan Galuh (tahun 1528), kemudian Talaga (tahun 1530).

Jika dipetakan, wilayah perkembangan Islam pada era itu, seperti yang tampak dalam gambar, yaitu Indramayu, Krawang, Bekasi, Tangerang, dan Serang (Banten).

Baca Juga: Sunan Kedu Temui Sunan Kudus dengan Terbang Naik Tampah Anyaman Bambu

Bukti-bukti kejayaan Syarif Hidayatullah di Cirebon, selain terlihat dari sisi  keagamaannya, yaitu yang bersifat rohaniah seperti penyebaran Islam, juga dapat dilihat pada perkembangan bangunan fisiknya, seperti Tajug (Masjid), Kraton Pakungwati, saat ini berada di Kasepuhan, dan pelabuhan yang saat ini tidak seramai dahulu lagi.

Tajug dan (atau) Masjid Pendirian tempat ibadah, khususnya masjid, telah dilakukan sejak Islam masuk di Cirebon.

Untuk kepentingan ibadah dan pengajaran agama Islam, Pangeran Cakrabuana mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Sang Tajug Jalagrahan (jala artinya air; graha artinya rumah).

Baca Juga: Jokowi Resmikan Wajah Baru Sarinah, Ikon Penting Bangsa Indonesia

Masjid ini merupakan masjid pertama di tatar Sunda dan didirikan di pesisir laut Cirebon.

Sampai saat ini masjid tersebut masih terpelihara dan dikenal dengan nama dalam dialek Cirebon,  masjid Pejalagrahan, bertempat di dalam Kraton Pakungwati, Kasepuhan. Masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1454.

Selain itu, terdapat beberapa bangunan masjid yang dibangun pada masa Syarif Hidayatullah, yang sampai hari ini diakui keberadaannya, yakni masjid Merah Panjunan dan masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Menurut salah seorang takmir masjid, masjid Agung Sang Cipta Rasa, dibangun sesudah masjid Merah Panjunan, yaitu sekitar tahun 1480.

Baca Juga: Gunung Berapi Wilayah DI Yogyakarta Keluarkan 2 Kali Larva Pijar

Bangunan kedua masjid terbagi menjadi 2 (dua), yaitu bangunan dalam dan luar. Bagian dalam masjid digunakan hanya untuk waktu-waktu khusus, sedangkan bagian luar berfungsi untuk salat maktubah.

Khusus untuk Masjid Merah Panjunan, bagian dalam hanya digunakan untuk Salat hari raya (‘Ied). 

Sebagaimana ciri khas masjid Cirebon lainnya, di dinding bagian pengimaman terdapat lukisan khusus, berbentuk undukan bata, dan dihiasi piring keramik dari Cina yang bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang saat ini berada dalam lingkungan kompleks Kraton Kasepuhan. 

Baca Juga: Rumah Nikita Mirzani Digeledah Terkait Kasus Dugaan Pelanggaran UU ITE

Masjid itu dibangun tahun 1549 atau seperti yang tertulis dalam candrasangkala yang berbunyi Waspada Penenbehe Yuganing Ratu, yang bermakna 1500.

Simbol bangunan masjid melambangkan filsafat Hayyun ila Ruhin (hidup tanpa ruh).  Bentuk bangunan dan simbol-simbol dalam masjid semuanya sarat dengan makna filosofis.

Itulah bukti kejayaan Sunan Gunung Jati sebagai pewaris Tahta Prabu Siliwangi di wilayah Cirebon hingga Banten.

Baca Juga: KPK Cekal 4 Orang ke Luar Negeri Terkait Dugaan Korupsi LNG Pertamina

Disclaimer: Portal Majalengka hanya sekadar menfinformasikan bagi pembaca dari berbagai sumber.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah