Sejarah Pandemi Penyakit di Cirebon, Pemerintah Kolonial Abai Kesehatan Warga, Malaria Jadi Wabah Regional

- 24 Maret 2022, 14:25 WIB
Sejarah Pandemi di Cirebon, Pemerintah Kolonial Abaik Kesehatan Masyarakat, Malaria Jadi Wabah Regional
Sejarah Pandemi di Cirebon, Pemerintah Kolonial Abaik Kesehatan Masyarakat, Malaria Jadi Wabah Regional /SS YouTube Melawan Lupa Metrotv

PORTAL MAJALENGKA - Sejarah mencatat, pandemi penyakit pernah terjadi di Cirebon dan sekitarnya sebelum merebaknya virus Covid-19 belakangan ini.

Sejarah pandemi penyakit di Cirebon terdokumentasikan lewat sebuah buku yang berjudul "Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-1940" karya Imas Emalia (2020).

Dalam kajiannya, Cirebon pernah dilanda wabah Malaria yang muncul pada tahun 1805.

Baca Juga: Sejarah Pandemi Penyakit di Cirebon, Ratusan Ribu Penduduk Meninggal Dunia karena Wabah Ini

Kemudian, pada tahun 1876, 1889,1903, 1906, 1910, dan 1917 wabah itu muncul kembali.

Hal ini dikarenakan, cueknya pemerintah kolonial Belanda atas kondisi lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat jajahan.

Padahal, saat itu kritik dari sejumlah elemen, kerap dilontarkan. Tapi, lagi-lagi pemerintah kolonial Belanda tak bergeming.

Baca Juga: Kritisi Kebijakan Relaksasi Karantina, Epidemiologi UI: Wabah Belum Sepenuhnya Terkendali

Pada tahun 1917, wabah Malaria sudah menyebar ke wilayah utara Cirebon, seperti Kapetakan, Karangkendal dan Pegagan.

Malaria di Karangkendal dalam catatan sejarah telah menelan 417 jiwa dalam waktu sekitar 17 sampai dengan 34 minggu.

"Sementara, di Pegagan ada 299 korban meninggal dunia akibat malaria dalam waktu 16 sampai dengan 36 Minggu," kutip buku tersebut dari jurnal ilmiah Jurusan Sejarah UGM Lembar Sejarah Volume 1-2 berjudul "Epidemi di Afdelling Bali Selatan 1933-1936" Karya Uddin Baha.

Baca Juga: Inalillahi, Warga Ligung Majalengka Digegerkan 'Makam Tak Bertuan' di Tengah Jalan Gang Desa

Kemudian, seorang dokter dari Jerman, dr Scholl yang selama ini berdinas di Cilacap ditugaskan oleh Batavia untuk memberantas penyakit malaria di Jawa Barat.

"Dokter Scholl dibantu dr Swellengrebel seorang zoologi mempelajari nyamuk malaria dan meneliti limpa para penderita," kutip dari surat kabar De Preanger Bode edisi 5 Mei 1917 dengan judul artikel Malaria uitbarsting.

Dalam pandangan dokter Scholl, selain kualitas lingkungan yang buruk, kekurangan gizi dan kualitas air yang tidak layak konsumsi.

Juga faktor kebijakan pemerintah kolonial yang lebih memprioritaskan ekonomi, sehingga abai terhadap kebijakan kesehatan masyarakat, menjadi penyebab utama pandemi malaria di Cirebon.

"Dengan kebijakan itu, penduduk dikenai wajib pajak yang tinggi dari penghasilan pekerjaannya. Sehingga, mereka bekerja tanpa batas waktu dan memikirkan kesehatannya."

Pada tahun 1925 ilmuan Eropa Prof Rodenwalt berkunjung ke Cirebon dan merasa aneh dengan kondisi lingkungan yang kotor dan menjadi sarang nyamuk malaria.

Sebab, dia mengenal lingkungan Cirebon hanya melalui laporan ilmiah yang sampai ke Belanda dan memandangnya sebagai gejala penyakit biasa.

Setelah melihat langsung kondisi di Cirebon, Prof Rodenwalt mengusulkan kepada DVG (Dinas Kesehatan,red) Cirebon untuk melakukan pembersihan desa dan kampung-kampung yang ada di sekitar Cirebon.

Beruntung, usulan ilmuan Eropa ini diterima oleh Karesidenan Cirebon. Pada Juni 1925, pemerintah karesidenan menutup kubangan air yang kotor dan menimbunnya dengan tanah atau pasir dan diratakan dengan aspal.

"Dibangun pula tanggul di wilayah pantai, penyemprotan got-got yang kotor dan kumuh menggunakan minyak bumi untuk memberantas bibit penyakit malaria," kutip buku tersebut dari surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad edisi 17 Juli 1925 dengan judul artikel De Malaria te Cheribon.

Sejak itulah pemerintah karesidenan dan dewan kota mulai memperhatikan malaria. Karena dengan pemberitaan yang masif dipandang memalukan pemerintah karesidenan Cirebon yang menjadi sorotan bagi para pejabat di Jawa. ***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-140


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah