LUAR BIASA! Inilah Kehebatan Strategi Politik Sunan Gunung Jati

6 Juni 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi. Sunan Gunung Jati dan Prabu Siliwangi /Kolase

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Gunung Jati membangun kekuatan politik di sekitar Cirebon dan beberapa kerajaan di luar Cirebon saat Cirebon lepas dari Pajajaran.

Upaya yang dilakukan Sunan Gunung Jati tersebut sebagai antisipasi risiko dari keputusannya memproklamirkan Cirebon lepas dari Pajajaran.

Sunan Gunung Jati merintis upaya pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat di sekitar Cirebon dengan menikahi putri Ki Gedhe Babadan.

Baca Juga: GRATIS Download Video TikTok Tanpa Watermark Via SSSTikTok dan SnapTik, Cukup 1 Menit

Langkah Sunan Gunung Jati tersebut terdapat harapan bahwa dampak sosial dan strategi politiknya berjalan baik.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati dapat tidak hanya memusatkan kegiatan dakwahnya di pusat pemerintahan saja, melainkan juga di pinggiran pemerintahan.

Langkah yang serupa juga dilakukan Sunan Gunung Jati yang melebarkan sayap dakwahnya ke Banten dengan menikahi adik Adipati Kuwinganten.

Baca Juga: Percakapan Mengharukan Nyimas Rara Santang dan Sunan Gunung Jati: Tasbih Peninggalan Ayah untuk Tolak Bala

Dari pernikahannya tersebut, kelak akan lahir putra Sunan Gunung Jati yang yang menjadi sultan Banten.

Hubungan baik Sunan Gunung Jati dengan banten yang dibangun sebelum menjadi pemimpin Cirebon secara tidak langsung memudahkan pelebaran sayap dakwahnya ke Barat.

Strategi Sunan Gunung Jati tersebut terbukti ampuh. Daerah-daerah barat dapat dikuasai dan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan strategis bagi Pajajaran dapat direbut oleh Cirebon.

Baca Juga: UPDATE LINK Download Lagu MP3 MP4 dari Video YouTube Via y2mate

Setelah Sunda Kelapa jatuh di tangan Cirebon, Sunan Gunung Jati mengangkat Fadilah Khan sebagai adipati di sana untuk membenahi pemerintahan.

Hal itu dilakukan Sunan Gunung Jati karena keberhasilan merebut Sunda Kelapa tak lepas dari peran kerajaan Islam Demak.

Fadilah Khan sendiri merupakan pimpinan pasukan dari kerajaan Islam Demak yang membantu Sunan Gunung Jati dalam merebut Sunda Kelapa.

Baca Juga: Paras Dewi Rara Santang Mirip Almarhumah, Mimpi tentang Sunan Gunung Jati Menjadi Kenyataan

Konsolidadi politik dengan kekuatan perang yang dibangun Sunan Gunung Jati membuat Pajajaran semakin terjepit dengan hanya menguasai daerah pedalaman.

Hal itu karena keberhasilan Sunan Gunung Jati merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan Pajajaran.

Alhasil, Pajajaran tidak memiliki akses untuk mengembangkan kekuatan melalui laut yang saat itu mempunyai peran strategis dalam membangun pemerintahan yang kuat.

Baca Juga: Timnas Indonesia U19 vs Meksiko di Toulon Tournament 2022, Garuda Nusantara Takluk di Hadapan El Tri

Tidak hanya itu, Sunan Gunung Jati juga membangun kebijakan luar negeri dengan mengangkat Haji Tan Eng Hoat sebagai duta perdagangan Cirebon untuk menjalin hubungan dagang dengan Cina.

Sunan Gunung Jati tahu bahwasannya Haji Tann Eng Hoat ini mempunyai potensi nilai politis. Hal itu tak lepas dari karakter Haji Tan Eng Hoat yang memiliki kemampuan dagang yang baik.

Sunan Gunung Jati juga makin mengeratkan hubungannya Demak. Jika sebelumnya Sunan Gunung Jati hanya menjalin hubungan di sektor militer, ia juga melebarkan ke sektor sosial budaya.

Baca Juga: INILAH CIRI-CIRI Pinjol Resmi OJK dan Ilegal, Ada 9 Hal yang Harus Diperhatikan

Hal itu terbukti dengan dibangunnya Masjid Agung Sang Ciptarasa pada tahun 1480.

Dalam upaya memperkokoh pertahanannya, Sunan Gunung Jati juga membangun benteng pertahanan yang mengelilingi ibu kota dengan ketinggian 2 meter di atas areal 50 hektare lengkap dengan beberapa pintu gerbang, salah satunya Lawang Gada.

Sunan Gunung Jati juga membangun akses keluar masuk dari alun-alun Keraton Pakungwati ke Pelabuhan Muara Jati, yang berfungsi untuk memudahkan pedagang luar dan utusan kerajaan lain bertemu dengan penguasa Cirebon.

Baca Juga: LAGA KELAS DUNIA, Timnas Indonesia U19 vs Mexico di Toulon Tournament 2022, Perjuangan Ronaldo Kwateh DKK

Sunan Gunung Jati sadar bahwasannya jalur laut merupakan jalur strategis. Maka dari itu Sunan Gunung Jati menjadikan pelabuhan Muara Jati sebagai pelabuhan utama.

Untuk menunjang pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan utama, Sunan Gunung Jati juga melengkapinya dengan fasilitas menunjang seperti mercusuar, bengkel kapal, dan pasar.

Sunan Gunung Jati menyerahkan bengkel kapal tersebut kepada orang Cina dan Arab, karena Sunan Gunung Jati beranggapan bahwa mereka mahir dalam pembuatan perahu.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati karya Eman Suryaman

Tags

Terkini

Terpopuler