Gubernur Jendral William Deandels Penyebab Dicabutnya Kekuasan Politik Raja-Raja Cirebon

10 Februari 2022, 06:30 WIB
Patung Pangeran Kornel bersalaman memakai tangan kiri dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman William Daendels di Jalan Cadaspangeran, Sumedang, Jawa Barat. /Pikiran Rakyat/Adang Jukardi/

PORTAL MAJALENGKA - Sejak menguasai Belanda Noapoleon Bonaparte mengangkat adiknya Louis Napoleon menjadi penguasa di Belanda dengan memberikannya penuh atas wilayah Belanda dan jajahanya.

Saat itulah Napoleon memeberikan instruksinya atas daerah kekuasan dan jajahanya, hawatir Jawa sebagai daerah jajahan Belanda dikuasai oleh Inggris ia mengirimkan seorang ahli Militer bernama Herman William Deandels ke Jawa sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda untuk mengantisipasinya.

Pada tanggal 1 Januari 1808 Jendral William Deandels tiba di pelabuhan Banten didampingi oleh ajudanya.

Baca Juga: Begini Cara Pembalap MotoGP 2022 Nikmati Indahnya Sirkuit Mandalika Lombok

Dua minggu kemudian tanggal 15 Januari 1808 ia diangkat menjadi penguasa di Wilayah Jawa sebagai Gubernur Jendral. (Leonardo Bluse: "Persekutuan Aneh, Pemukiman Cina, Wanita dan Belanda di Batavia VOC, Jakarta: Pustaka Azet, 1980, hlm. 322).

Ketika Deandels menjadi Gubernur Jendral Deandels di Jawa, saat itu Cirebon banyak mengalami Reorganisasi (Perubahan Birokrasi dan Pemerintahan) salah satu Reorganisasi tersebut terjadi pada tanggal 2 Februari 1809 termaktub dalam Reglement Op Het Beheer Van Cheribonsche Landen.

(Bernard Dorleans: " Herman William Deandels; Jendral Pilihan Napoleon Yang Menjadi Gubernur di Jawa 1808-1811, dalam orang Indonesia dan Perancis, Jakarta: Gramedia, 2006, hlm. 305-309).

Baca Juga: Sering Terjadi Konflik Agraria, Beginilah Sistem Kepemilikan Tanah di Jawa Zaman Dulu

Peraturan tersebut mengatur tentang perfect atau posisi pejabat dalam wilayah keraton misalnya, Kedudukannya Sultan-sultan dan Patih, iuran, Rodi dan kewajiban warga pribumi, polisi, pembuatan jalan dan dinas pos.

Selain itu peraturan itu melegesikan bahwa kekuasaan politik para Sultan di Cirebon telah dicabut, sehingga Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirbonan tidak lagi memiliki kekuasaan dan kedudukan mereka diubah oleh Kolonial menjadi pegawai Pemerintah.

Tidak selesai sampai disitu peraturan itu merubah Cirebon menjadi dua wilayah, Cirebon bagian utara dinamakan wilayah Kesultanan Cirebon yang meliputi daerah Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Gebang.

Baca Juga: Spoiler Drama Squid Game Season 2 dan 3, Begini Kata Sutradara dan Pihak Netflix

Sedangkan daerah Cirebon Selatan dinamakan Tanah Priangan Cirebon atau dalam bahasa Belanda Cheribonesche Preanger Landen, meliputi daerah Limbangan, Sukapura dan Galuh.

Masih ditahun yang sama pada tanggal 13 Maret 1809 Kesultanan terbagi batas tiga wilayah yang dikepalai oleh Sultan yang kedudukannya sederajat dengan Bupati, ketiga daerah btersebut meliputi Kuningan-Cirebon, Indramayu dan Majalengka.

Satu tahun kemudian pada tanggal 20 Juni 1810 William Deandels menghapus Prefektur Priangan-Cirebon.

Baca Juga: Ingin Nonton MotoGP Mandalika Secara Langsung? Simak Aturan dan Syarat Berikut

Sebagian wilayahnya digabungkan Ke Batavia menjadi Landdoratambt der Jacatrasche en Preanger Bobenladen sedangkan Galuh dipinjamkan kepada Sultan Mataram karena dianggap kurang berarti untuk penanaman Kopi.

Ditahun berikutnya terjadi perubahan lagi ketika Karesidenan Krawang dibentuk pada 2 Maret 1911.

Perubahan tersebut mengakibatkan Kesultanan Cirebon Kehilangan daerah Kandanghaur dan Indramayu karna daerah tersebut dileburkan ke dalam Karesidenan Karawang. (P. Boomgard dan A. J Gooszen dalam Nugraha, 2005, hlm. 5).

Baca Juga: Tes Psikologi: Mengungkap Kepribadian dalam Dirimu yang Tersembunyi

Dalam buku Babankana sendiri karangan Kyai Zamzami Amin menjelaskan, bahwa setelah peralihan kekuasan dari Belanda ke Inggris Cirebon kembali mengalami Reorganisasi, secara administratif Cirebon kembali menjadi bentuk Karesidenan.

Berkaitan dengan hal tersebut pada tahun 1823 Karesidenan Cirebon terdiri atas lima Kabupaten diantaranya Cirebon, Kuningan, Maja, Bengawan Wetan, dan Galuh.

Namun tidak lama Bengawan Wetan dihapuskan dan perubahan kembali terjadi ditahun yang sama dengan ditandainya Kandanghaur dan Indramayu kembali bergabung dengan Karesidenan Cirebon setelah lepas dari Karesidenan Karawang.

Baca Juga: Tes Psikologi: Mengungkap Kepribadian dari Hal yang Kamu Takuti

(Zamzami Amin: Babakana, Pondok Pesantren Ciwaringin dalam Kancah Sejarah untuk melacak Perang Kedongdong 1802-1919, hlm. 127).***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Karya Leonardo Blues, 1980 Buku Karya Bernard Doorleans, 2006

Tags

Terkini

Terpopuler