Sebagai contoh pengaktifan kembali gerakan anti wapraja adalah upaya pembunuhan terhadap para kyai di Sumatra Utara pada 1956 sampai 1964.
Beberapa kyai yang menjadi sasaran adalah Syekh Hadi Hasan Tapanuli, Kyai Hasan Bashri Siregar, Syekh Hasan Rambe, dan lainnya.
Baca Juga: TAK SANGKA! Guru Ngaji di Tegal Ini Jadi Pimpinan PKI dan Berhasil Atur Beberapa Pemimpin Daerah
Oleh keadaan seperti itu, maka para kyai di Sumatra Utara membuat sebuah kode sandi jika ada yang bertanya saat akan pergi ke pertemuan NU.
Hal itu diterapkan agar para simpatisan PKI tidak mengetahui maksud dan tujuan para kyai ini akan pergi.
Kode sandi yang digunakan para kyai NU di Sumatra Utara ini adalah jawaban saat ditanya seseorang hendak pergi kemana.
Para kyai sepakat untuk menjawab pertanyaan itu dengan jawaban "pergi nan bulek" yang berarti pergi ke bulatan atau gambar bola dunia pada logo NU.
NU menjadi musuh utama PKI saat PNI dan Masyumi mulai runtuh. Sehingga gerak-gerik para kyai terus diperhatikan oleh simpatisan PKI.
Selain itu upaya pembunuhan terhadap para kyai dan santri di Sumatra Utara juga sudah terjadi dengan tipuan undangan dan sajian yang mengandung racun.***