Kode Sandi Para Kyai NU di Sumatra Utara Agar Pertemuanya Tak Diketahui Para Simpatisan PKI

- 26 September 2023, 22:01 WIB
Ilustrasi PKI. Gerakan anti wapraja yang diusung oleh PKI mulai melemah beberapa tahun setelah para pimpinan PKI seperti Muso dieksekusi.
Ilustrasi PKI. Gerakan anti wapraja yang diusung oleh PKI mulai melemah beberapa tahun setelah para pimpinan PKI seperti Muso dieksekusi. /TheDigitalArtist / Pixabay/

PORTAL MAJALENGKA - Gerakan anti wapraja yang diusung oleh PKI mulai melemah beberapa tahun setelah para pimpinan PKI seperti Muso dieksekusi.

Menjelang tahun politik atau beberapa tahun sebelum Pemilu, PKI mulai aktif kembali mendekati masyarakat untuk mendapatkan suara.

Berbagai macam cara mendekati masyarakat dilakukan hingga PKI mendapatkan kemenangan dengan manjadi urutan ke-4 dalam Pemilu 1955.

Baca Juga: Namanya Hanya Samaran, Husain Ilyas Pimpinan Dewan Rakyat PKI Banten Ternyata Seorang Pahlawan Nasional

Dilansir dari Buku Putih Benturan NU-PKI (2013:71), NU tetap waspada terhadap PKI setelah peristiwa di Madiun yang banyak menewaskan para kyai.

Kewaspadaan NU terhadap PKI juga dirasakan para ulama di Sumatra Utara yang mayoritas penduduknya memeluk Islam dengan amalan-amalan NU dalam kesehariannya.

Namun simpatisan PKI di Sumatra Utara juga tak tinggal diam setelah ada komando diaktifkan kembalinya gerakan anti waparaja.

Baca Juga: Soekarno dan Hatta Diancam, Pembunuhan Oleh Dewan Rakyat PKI di Banten Tak Terhindarkan

PKI yang menjadi salah satu pemenang pemilu 1955 ini mulai kembali pada kebiasaan lama karena sejatinya mereka anti Pancasila dan tak mengakui proklamasi Indonesia versi Soekarno.

Sebagai contoh pengaktifan kembali gerakan anti wapraja adalah upaya pembunuhan terhadap para kyai di Sumatra Utara pada 1956 sampai 1964.

Beberapa kyai yang menjadi sasaran adalah Syekh Hadi Hasan Tapanuli, Kyai Hasan Bashri Siregar, Syekh Hasan Rambe, dan lainnya.

Baca Juga: TAK SANGKA! Guru Ngaji di Tegal Ini Jadi Pimpinan PKI dan Berhasil Atur Beberapa Pemimpin Daerah

Oleh keadaan seperti itu, maka para kyai di Sumatra Utara membuat sebuah kode sandi jika ada yang bertanya saat akan pergi ke pertemuan NU.

Hal itu diterapkan agar para simpatisan PKI tidak mengetahui maksud dan tujuan para kyai ini akan pergi.

Kode sandi yang digunakan para kyai NU di Sumatra Utara ini adalah jawaban saat ditanya seseorang hendak pergi kemana.

Para kyai sepakat untuk menjawab pertanyaan itu dengan jawaban "pergi nan bulek" yang berarti pergi ke bulatan atau gambar bola dunia pada logo NU.

NU menjadi musuh utama PKI saat PNI dan Masyumi mulai runtuh. Sehingga gerak-gerik para kyai terus diperhatikan oleh simpatisan PKI.

Selain itu upaya pembunuhan terhadap para kyai dan santri di Sumatra Utara juga sudah terjadi dengan tipuan undangan dan sajian yang mengandung racun.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Putih Benturan NU-PKI 1948-1965


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah