Pidato Tanggapan Soekarno Kepada PKI Muso Atas Seruannya Untuk Memberontak Kepada Pemerintah

- 18 Oktober 2022, 07:00 WIB
Pidato Tanggapan Soekarno Kepada PKI Muso Atas Seruannya Untuk Memberontak Kepada Pemerintah
Pidato Tanggapan Soekarno Kepada PKI Muso Atas Seruannya Untuk Memberontak Kepada Pemerintah /Foto: Antara /

PORTAL MAJALENGKA - Tanggal 18 September 1948, Republik Soviet Indonesia diproklamirkan PKI di Madiun.

Saat itu Karesidenan Madiun telah dikuasai PKI dengan lumpuhnya markas-markas militer Indonesia, kantor pemerintahan, dan kantor-kantor media.

Pemberontakan PKI yang menelan banyak korban ini seiring dengan bertambahnya militan PKI karena seruan dari pimpinannya yakni Muso.

Baca Juga: Sambut HUT IDI Ke-72 Tahun, IDI Cabang Indramayu Adakan Bakti Sosial Salah Satunya Operasi Hernia

Pidato Muso yang disiarkan di radio menuduh Soekarno sebagai budak Jepang, bahkan budak sekutu.

Disulut dengan adanya Romusha dan kerjasama antara pemerintahan Indonesia dengan sekutu dan sebagainya, Muso berhasil menggiring masyarakat untuk mempercayainya.

Selain para tahanan yang dibebaskan dari penjara yang sukarela menjadi anggota PKI dan balas dendam terhadap polisi, masyarakat awam pun turut terkecoh.

Baca Juga: Kumpulan Link Tes Ujian IQ yang Dapat Kamu Akses, Yuk Cari Tahu Tingkat Kecerdasan Kalian

Namun Soekarno pun balas menyerukan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan ajakan dari PKI Muso.

Dilansir dari Buku Putih Benturan NU-PKI 1948-1965 (2013:44), Soekarno sebagai Presiden Indonesia kala itu menanggapi seruan Muso.

Seiring dengan pidato tanggapan Soekarno. Pasukan Siliwangi yang kala itu sedang berada di Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia turut diterjunkan.

Baca Juga: Puluhan Petugas Lapas Majalengka Dibekali Ilmu Bongkar Pasang Senjata Api

Tak luput para tentara Hizbullah dan Sabilillah yang berada di Yogyakarta ikut andil dalam perebutan Madiun ke tangan pemerintahan yang sah.

Inilah pidato Soekarno menanggapi Muso:

"Kemarin pagi, PKI Muso mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun dan mendirikan di sana pemerintah Soviet di bawah kepemimpinannya." Ucap Soekarno mengawali pidatonya yang disiarkan radio.

Baca Juga: UPDATE Kasus Tragedi Kanjuruhan, Ketua Umum PSSI Iwan Bule Segera Diperiksa

"Perampasan ini mereka pandang sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintah Republik Indonesia..." Soekarno melanjutkan.

"Atas nama perjuangan untuk Indonesia merdeka aku berseru kepadamu! Pada saat yang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami cobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri adalah memilih di antara dua..." Ucap Soekarno dalam pidatonya.

"Ikut Muso dengan PKI nya, yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka atau ikut Soekarno-Hatta yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia yang Merdeka,tidak dijajah Negara apapun juga." Soekarno mulai membangkitkan semangat rakyat kala itu.

Baca Juga: Bansos BPNT Oktober Cair Rp200.000, Buruan Cek Nama Kalian di Cekbansos.kemensos.go.id

"Rebut kembali Madiun, mari jangan ragu,
Insya Allah kita pasti Menang." Soekarno pun mengakhiri pidatonya.

Pasca Soekarno menyiarkan pidatonya dari Yogyakarta ke seluruh daerah, tak sedikit rakyat yang mulanya terkecoh kembali ke pelukan pemerintahan yang sah dan berbalik menyerang PKI.

Dengan adanya pasukan Siliwangi, Hizbullah, dan Sabilillah, serta dibantu oleh masyarakat Indonesia kala itu terutama Madiun dan sekitarnya, para PKI berhasil dibekuk dan para pimpinannya ditangkap.

Baca Juga: Abu Nawas Apes Berniat Menjual Keledainya yang Jahat, Justru Kehilangan Uang 50 Dirham

Namun lain hal dengan DN Aidit, Njoto, Soemarsono, Alimin, Tan Ling Djie. Mereka berhasil lolos karena kabur dan masuk ke wilayah pendudukan Belanda.

Namun karena Belanda juga mempunyai andil dalam pemberontakan ini, maka mereka yang masuk ke wilayahnya dilindungi dan dilarikan ke luar Negeri demi bisa berkonsolidasi lagi suatu hari nanti.

Berbeda nasib dengan Muso, Amir Syarifudin, dan Maruto Darusman, serta pimpinan lain, mereka dieksekusi mati sebagai ganjaran pemberontakan.

Baca Juga: Usai Rizky Billar dan Lesti Kejora Damai, Beredar Poster Konser Cinta Leslar Bersemi Kembali, Cek Faktanya

Pasca aksi PKI 1948, partai ini tidak dibubarkan Soekarno, melainkan hanya menangkap para pimpinannya dan kadernya pun masih dapat berkeliaran di masyarakat.

Meraka membaur dengan lingkungan, menutupi diri mereka sebagai PKI, bahkan menyusup ke lingkungan tentara atau TNI hingga akhirnya PKI kembali kuat dan tercetuslah pemberontakan G30S PKI 1965.

Itulah sekilas tentang pidato tanggapan Soekarno kepada PKI Muso atas seruannya untuk memberontak kepada pemerintahan Indonesia yang sah.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Putih Benturan NU-PKI 1948-1965 karya H. Abdul Mun'im DZ cetakan 2013


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah