Ancaman Tsunami di Wilayah Selatan Jawa Hantui Masyarakat, Begini Tanggapan BMKG

27 September 2020, 21:18 WIB
Papan petunjuk jalur evakuasi bencana tsunami di Dusun Klatak, Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. /Twitter/@BNPB_Indonesia//

PORTAL MAJALENGKA - Ancaman bencana tsunami di wilayah selatan Jawa kini menghantui sejumlah masyarakat. Hal itu setelah adanya prediksi dari pakar seismologi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Seperti diketahui, Guru Besar Seismolog ITB, Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D menyatakan, riset yang sempat dilakukannya menguak ancaman tsunami sampai 20 meter di Pantai Selatan Jawa Barat dan 12 meter di Pantai Selatan Jawa Timur.

Tsunami besar ini akan muncul di wilayah seismic gap atau yang jarang mengalami gempa tektonik di sepanjang zona subduksi.

Baca juga: Riset ITB: Waspada Tsunami Setinggi 20 Meter di Pantai Selatan Jawa Barat

Masalahnya, zona subduksi tidak hanya ada di Pantai Selatan Jawa, tetapi memanjang dari Sumatra hingga Papua.

Bagaimana tanggapan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)? Kepala Bidang (Kabid) Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono turut memberi penjelasan.

Ia mengapresiasi hasil kajian ilmiah itu. Namun ia menegaskan, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa melaporkan secara akurat kapan dan kuat guncangan gempa.

Baca juga: BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem, 3 Hari ke Depan Diprediksi Turun Hujan Lebat

BMKG melalui akun media sosial Instagram resminya menyinggung, pentingnya perbaikan komunikasi sains, untuk meredam keresahan masyarakat.

Hal serupa disampaikan oleh Rahmat Triyono (Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG).

“Kami apresiasi hasil riset tersebut. Para peneliti mengedukasi perihal adanya ancaman kepada masyarakat. Ancaman itu terjadi atau tidak, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan terjadinya. Namun adanya potensi itu memang betul,” kata Rahmat Triyono seperti Pikiran-rakyat.com kutip dari Instagram @infobmkg, Minggu, 27 September 2020.

Baca juga: Kartu Prakerja Jilid 10 Dibuka, Segera Daftar

Potensi gempa magnitudo (M) 9,1 yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter yang dimodelkan oleh ahli ITB tersebut, lanjut keterangan di salah satu unggahan tersebut, adalah skenario terburuk dari Zona Gempa Megathrust.

Skenario terburuk adalah skenario terbaik untuk upaya mitigasi. Jangan sampai mitigasi yang disiapkan berdasarkan skenario dengan potensi ancaman paling kecil.

Justru nanti malah tidak siap jika skenario terburuk benar-benar terjadi.

Baca juga: Adidas Bagi-bagi Hadiah ternyata Hoax

Perlu diingat bahwa potensi gempabumi yang dapat memicu tsunami dari zona megathrust ini bukan hanya di Selatan Jawa. Namun di seluruh Zona Megathrust dari Barat Sumatera hingga Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Bahkan pada daerah Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua.

Kepala Bidang Mitigasi gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, kemudian menyarankan upaya mitigasi dalam meminimalkan risiko kerugian, baik ekonomi, maupun keselamatan jiwa.

Baca juga: Dibanding Resesi, Pengusaha Lebih Takut Pandemi Berkepanjangan

“Meskipun Kajian Ilmiah dan permodelan dapat menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust, pada kenyataannya hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi,” ujar dia.

Pernyataan resmi BMKG melalui Instagram selanjutnya berbunyi, “Informasi potensi gempa kuat di Zona Megathrust seperti ini memang rentang memicu keresahan akibat salah pengertian.”

“Masyarakat lebih tertarik membahas kemungkinan dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan.”

Baca juga: Kabar Gembira, BST Diperpanjang Hingga Desember 2020, Cek di cekbansos.siks.kemensos.go.id

“Kecemasan publik akibat informasi potensi gempa megathrust Selatan Jawa muncul akibat salah paham. Para ahli menciptakan model potensi bencana, yang tujuannya untuk acuan mitigasi.”

“Tetapi masyarakat memahaminya seolah akan terjadi bencana besar dalam waktu dekat. Masalah KOMUNIKASI SAINS ini harus diperbaiki.”

Daryono pun memberikan pernyataan lengkap mengenai masalah komunikasi sains yang dimaksud.

Baca juga: Febri Diansyah Ungkap Alasan Pengunduran Dirinya dari Kepala Biro Humas KPK, Warganet Banjiri Twitt

"Pakar mencipta model potensi bencana, tujuan untuk acuan mitigasi. Tapi masyarakat memahaminya seolah itu akan terjadi besok pagi. Itulah masalah dalam sains komunikasi," katanya melalui Twitter @DaryonoBMKG, Minggu pagi.*** (Gita Pratiwi/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Husain Ali

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler