Guru Besar UGM Prediksi Covid-19 di Indonesia Berakhir 2021

25 September 2020, 12:55 WIB
Ilustrasi isolasi pasien corona. */Reuters /

PORTAL MAJALENGKA - Sudah hampir tujuh bulan lamanya, pandemi virus corona lumpuhkan Indonesia.

Akibat wabah Covid-19 aktivitas masyarakat Indonesia jadi terhambat dan dibatasi.

Makin hari, jumlah warga yang positif virus corona di Indonesia tak kunjung berkurang, namun justru bertambah hingga kini.

Baca Juga: Mudahnya Bayar Tagihan Rumah Selama di Rumah Aja

Baca Juga: Kemendes PDTT Kucurkan Dana Rp30,7 triliun Untuk Program Padat Karya Tunai Desa (PKTD)

Tak ayal masyarakat terus bertanya-tanya kapan wabah ini akan selesai.

Sebuah harapan disampaikan oleh Guru Besar UGM, seperti yang dimuat dalam artikel Pikiran Rakyat Bekasi yang berjudul Guru Besar UGM Prediksi Covid-19 Berakhir Pertengahan Februari, dengan Total Kasus 322.000 Penderita.

Penyebaran infeksi Covid-19 di Indonesia diperkirakan akan berakhir pada pertengahan Februari 2021, dengan total kasus konfirmasi positif minimal 322.000 penderita.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pencuri Komponen Tower Telekomunikasi di Majalengka

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Realisasi Target Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Tahun 2025

Hal tersebut diungkapkan oleh Dedi Rosadi selaku Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM), melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis, 24 September 2020.

“Akhir pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju penyebaran penyakit Covid-19 ini,” tuturnya seperti dikutip dari Antara.

Menurut Dedi, berdasarkan pelacakan data terakhir, dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif di akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir pada akhir Juli 2020.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Realisasi Target Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Tahun 2025

Baca Juga: Ingin Ginjal Anda Sehat? Jangan lakukan Hal Ini!

Prediksi paling optimis, diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu, diperkirakan pandemi akan berakhir di pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322.000 penderita.

Sementara, secara terpisah diperoleh dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia yang disusun oleh Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM, Joko Kristadi dan Fidelis Diponegoro.

Diperoleh pandemi akan berpuncak di pertengahan November sampai awal Desember, dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus positif sekitar 700.000 penderita.

Baca Juga: Sering Menghilang, Najwa Shihab Pertanyakan Keberadaan Menkes Terawan

Baca Juga: Gara-gara Video Kampanye, Najwa Shihab Ditegur Luhut

Sedangkan bersama tim lainnya, Dedi melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022.

Proyeksi akhir pandemi tersebut dengan kisaran prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan PDDM.

Lebih lanjut, dari pantauan kurva insidensi harian penderita, terlihat bahwa penambahan jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ancam Bubarkan Jika Terjadi Kerumunan di Pilkada Serentak 2020

Baca Juga: Kabar Gembira, BST Diperpanjang Hingga Desember 2020, Cek di cekbansos.siks.kemsos.go.id

Sedangkan angka penularan saat ini (Rt) masih di atas 1, yakni bernilai 1.07 pada tanggal 23 September 2020.

Namun, dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu, dapat disimpulkan terjadi sedikit peningkatan laju infeksi penyebaran penyakit yang dibarengi dengan peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.

Berdasarkan prediksi tersebut, Dedi menyampaikan sejumlah catatan penting yang patut menjadi perhatian bersama pada saat ini.

Baca Juga: Cara Mengecek Daftar Penerima BLT PKH Rp 500 Ribu per KK Lewat Link Berikut Ini

Baca Juga: Bupati Mingpin Pembentukan Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Majalengka

Pertama, perlunya dilakukan pengendalian penyebaran Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni “tracing, testing, dan treatment” di episentrum utama Indonesia. Yakni Dki Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Demikian pula di provinsi lain, menurut dia, perlu juga dilakukan pengendalian penyebaran secara lebih optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.

“Secara nasional, dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan kemunculan klaster Pilkada yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini. baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,” tutur Dedi.

Baca Juga: Operasi Yustisi ka Perkantoran

Baca Juga: Konser Kampung dan Komunitas Hilir Unik Gelar Pentas Bulanan Ruang Kita

Kedua, perlunya meningkatkan kewaspadaan adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Hal itu penting dilakukan, mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.07.

Dedi mengatakan bahwa penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya.

Baca Juga: Wajib Tahu, Cara Mencairkan Insentif Kartu Prakerja dari ATM BNI, OVO, Gopay, dan LinkAja

Baca Juga: Ketua DPD Golkar Instruksikan untuk Menangkan Calon yang Diusung di Pilkada Serentak

Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan, khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan mobilitas penduduk secara lebih berhati-hati, dan pemberian vaksin massal.

Di sisi lain, penemuan teknologi obat akan meningkatkan laju kesembuhan, sehingga secara bersama-sama, upaya-upaya tersebut akan dapat mengakhiri pandemi Covid-19 secara lebih cepat.*(Zona Jakarta)

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Zona Jakarta PR Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler