PORTAL MAJALENGKA - Dalam sejarahnya, PKI telah membuat catatan hitam bagi Indonesia karena perbuatannya.
Runtutan pemberontakan PKI dari awal berdiri hingga dibubarkannya telah menyisakan banyak korban nyawa.
PKI yang mengusung prinsip sama rata, sama rasa ini tak segan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi tujuannya untuk mendirikan negara komunis.
Dilansir dari buku Ayat-ayat yang Disembelih (2015:213), saksi mata pembunuhan yang dilakukan PKI ini mengatakan terjadi pada dini hari.
Baca Juga: Istilah Ganyang Kabir yang Dipakai PKI Dalam Tragedi Lubang Buaya Miliki Arti Tersendiri
Saat itu ia sedang bertugas untuk menjaga sebuah rumah yang sedang kedatangan tamu dari Korea sebagai tamu negara.
Ia bersama seorang rekannya bernama Sutarno berjaga di Wisma Angkatan Udara Republik Indonesia atau biasa disebut Guest House Iskandarsyah.
Saat tengah malam bersama rekannya yakni Sutarno, ia melakukan ronda atau patroli ke seluruh area wisma dan dinyatakan aman.
Baca Juga: Pelaku Pembacok Guru di Demak Akhirnya Ditemukan, Sembunyi di Rumah Kosong
Namun ia pun tidak boleh tidur dan harus berpatroli kembali saat dini hari sebagai tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
Selepas ia berpatroli untuk yang kesekian kalinya, tiba-tiba ia mendengar suara tembakan dari arah utara, sehingga ia pun bergegas menuju arah suara tersebut.
Tanpa ditemani oleh Sutarno ia mengayuh sepedanya dengan cepat, saat itu pula ia diberhentikan oleh orang-orang yang menenteng senjata untuk turun.
Di depan rumah D. I. Panjaitan ia mengangkat tangan, kemudian ia disiksa, diikat, dan ditutup matanya sebelum akhirnya ia dibawa ke sebuah tempat.
Ia dianggap sebagai ajudan D. I. Panjaitan oleh para penyergap tersebut yang ternyata merupakan para anggota PKI.
Saat itu PKI sedang melancarkan aksinya dalam menculik dan membunuh Dewan Jendral yang kemudian hari disebut Pahlawan Revolusi.
Baca Juga: UPDATE Harga Pangan di Kabupaten Cirebon 27 September 2023: Masih Sama, Tidak Naik atau Turun
Petugas ronda tersebut adalah Sukitman, seorang anggota polisi yang ditugaskan untuk menjaga wisma tempat tamu negara dari Korea.
Dalam tragedi G30S atau Gestapu, Sukitman yang tidak tahu apa-apa ikut disiksa namun tidak dibunuh oleh PKI.
Sukitman dianggap tak berguna bagi PKI dan ditinggalkan begitu saja dengan ikatan yang masih belum dilepas dari tubuhnya.
Namun karena Sukitman pula, TNI yang mencari jenazah korban pemberontakan PKI yakni para jendral tidak sulit ditemukan.
Atas jasa Sukitman yang sedang melakukan ronda, jenazah para jendral berhasil ditemukan dan digali pada 3 Oktober 1965 di kawasan Lubang Buaya.***