Wali Sang Penakluk! Gus Dur Bernama Abdurrahman Addakhil dan Kisah Hidup Ayahnya Wahid Hasyim

12 Juli 2022, 12:00 WIB
Gus Dur. /Pikian=Rakyat.com/

PORTAL MAJALENGKA – Sosoknya dikenang karena jasa dan pengabdiannya kepada bangsa, ia adalah Gus Dur, Presiden RI ke-4.

Ia memiliki nama lahir bernama Abdurrahman "Addakhil". Dari mananya "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol.

Belakangan kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", KH Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.

Baca Juga: Karomah Para Wali: Tanah Mesir Jadi Miring Karena Blangkon Syekh Nawawi Al-Bantani

Gus adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati abang atau mas. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan "darah biru".

Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putra KH. Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) - organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Ibundanya, Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais 'Aam PBNU setelah KH. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh besar di Indonesia.

Baca Juga: Keramat Wali, Nyali Perampok Ciut saat Calon Santri Asal Kempek Cirebon Sebut Nama Mbah Kholil Bangkalan

Pada tahun 1949, ketika persoalan dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya.

Tamu-tamu, yang terdiri dari para tokoh --dengan berbagai bidang profesi yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama.

Hal itu memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering “mangkal” di rumahnya.

Baca Juga: INI GAK MUNGKIN! Keramat Wali Sakti Mbah Maimun Zubair Disaksikan Langsung oleh Santrinya

Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU.

Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru.

Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.

Baca Juga: KISAH SEORANG RAJA Dituntun Wali Buta Menemui Nabi Khidir AS

Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius.

Disclemair : Portal Majalengka hanya menyajikan data dari berbagai sumber.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler