Siapa Orang yang Mendesain Garuda Pancasila, Ini Sejarahnya

15 Juni 2021, 11:38 WIB
Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia. /Pixabay/ibnuamaru /

PORTAL MAJALENGKA - Pasti sudah tahu lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Tapi apakah sudah tahu juga siapa yang mendesain Garuda Pancasila?

Garuda Pancasila berhubungan erat dengan riwayat Kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat. Di masa penjajahan Belanda, kesultanan ini berkali-kali melakukan perlawanan. Kesultanan Pontianak juga aktif menyebarkan agama Islam di wilayah Kalimantan.

Kesultanan Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurahman Al-Qadri, putera Al Habib Husin Al-Qadri, seorang penyebar ajaran Islam yang berasal dari Arab.

Baca Juga: Rencana PPN Sembako dan Sekolah, DPR : Lebih Baik Pangkas Gaji Direktur dan Komisaris BUMN

Sultan Syarif membuka hutan di kawasan yang kini bernama Pontianak, dan menjadikannya permukiman. Karena itu pula Sultan Syarif juga dikenal sebagai pendiri Kota Pontianak.

Ketika kekuasaan dipegang oleh Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, Kerajaan Pontianak mulai terseok. Ditambah lagi dengan kedatangan Jepang ke Pontianak pada tahun 1942.

Di masa penjajahan Jepang, banyak kerajaan di Kalimantan Barat dihancurkan, termasuk Kesultanan Pontianak. Hampir semua pemuka adat merasakan ketajaman samurai, termasuk pimpinan Kesultanan Pontianak kala itu, Sultan Syarif Muhammad.

Baca Juga: Mardani Desak Pemerintah Tinjau Ulang Rencana Pajaki Sekolah

Peristiwa memilukan di Pontianak tersebut dikenal sebagai peristiwa Mandor.

Putera Sultan Syarif Muhammad yang bernama Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie selamat dari kekejaman Jepang. Dia dibawa ke Batavia sebagai tawanan Jepang.

Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie kemudian dikenal sebagai Sultan Hamid II. Dia dibebaskan dari tahanan pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Lirik We Are the People-Martin Garrix, Lagu Resmi EURO 2020

Sultan Hamid II menyatakan wilayah Kesultanan Pontianak bergabung dengan Republik Indonesia. Langkah ini kemudian diikuti kerajaan-kerajaan lain di Kalimantan.

Di zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), Sultan Hamid II menjabat sebagai Presiden Negara Kalimantan Barat. Ia juga menduduki beberapa jabatan di pemerintahan seperti menteri negara pada masa Perdana Menteri Mohammad Hatta.

Wilayah Kesultanan Pontianak selanjutnya termasuk daerah yang di tahun 1956 menjadi Provinsi Kalimantan Barat.

Baca Juga: Begini Nasib Ustad Gondrong yang Dulu Pamer Trik Sulap Gandakan Uang Pakai Jenglot

Bagi Republik Indonesia, Sultan Hamid II sangat istimewa. Pasalnya dialah tokoh yang mendesain lambang negara Garuda Pancasila.

Penguasa Kesultanan Pontianak saat ini adalah Paduka Yang Mulia (PDM) Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie.

Ketika Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyambangi Keraton Kadriah yang merupakan Istana Kesultanan Pontianak, Minggu 13 Juni 2021, Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie menyampaikan keinginan agar mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Ada Masjid Nabawi di Lohbener Indramayu, Ini Alamat Persisnya

Menurutnya, sekarang ini pemerintah kurang menaruh perhatian terhadap eksistensi kerajaan-kerajaan di Nusantara. Berbagai peninggalan sejarah dan budaya yang berasal dari berbagai keraton, kata Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie, kurang mendapat perlindungan.

Dalam penyampaian aspirasinya kepada Ketua DPD RI, Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie antara lain mengemukakan keinginan revitalisasi Kerajaan Nusantara oleh pemerintah, hak ulayat tanah adat kerajaan, aset kerajaan yang dipakai pemerintah atau lembaga BUMN.

Sultan juga menginginkan agar Kerajaan Pontianak dapat duduk bersama Pemda maupun Forkopimda dalam penentuan arah kebijakan di bidang kebudayaan, adat, maupun tradisi. Terakhir Sultan minta agar kebudayan-kebudayaan yang hampir punah dapat dihidupkan kembali.

Baca Juga: Realisasi BLT Desa Rendah padahal Dibutuhkan Masyarakat, Daerah Diminta Segera Penuhi Syarat Dana Desa

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyatakan siap meneruskan aspirasi dari Kesultanan Pontianak ke pemerintah pusat.

Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, DPD RI berkomitmen mendorong agar pemerintah pusat maupun daerah selalu melindungi Kerajaan Nusantara sebagai pondasi dari lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Kami juga mendukung berbagai upaya pelestarian nilai-nilai tradisi beserta peninggalan Kerajaan Nusantara sebagai bagian dari upaya pembangunan kebudayaan Nasional,” tegas LaNyalla, seperti ditulis portal resmi DPD RI.

Baca Juga: Heboh Ajakan Umroh Virtual, Kakanwil Kemenag Jabar Minta Masyarakat Hati-hati

Dalam kesempatan tersebut, LaNyalla mendapat gelar kehormatan, Datuk, dari Kesultanan Pontianak. Gelar ini menjadikan LaNyalla sebagai bagian dari keluarga besar Kesultanan Pontianak.

Istana Kadriah yang bercat kuning berada di sekitar Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman, yang merupakan masjid tertua di Pontianak.

Pada bagian pintu utama istana, terdapat sebuah hiasan mahkota yang ditambah beberapa ornamen bulan dan bintang yang menandakan Kesultanan Pontianak adalah kesultanan Islam.

Baca Juga: Varian Baru Covid-19 Asal India Menjalar di Kudus dan Sekitarnya dari PMI yang lewat Pelabuhan

Sejauh ini Istana Kadriah merupakan destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat. Di sisi istana terpajang meriam kuno buatan Portugis dan Perancis.

Di Istana Kadriah pula terdapat kaca pecah seribu, yang dianggap ajaib. Jika berkaca pada kaca ini segera tampil seribu bayangan.

Selain itu juga terdapat lancang kuning, alat transportasi laut tradisional.

Baca Juga: Aktris BCL Positif Covid-19, Minta Jangan Anggap Remeh

Hingga saat ini Kesultanan Pontianak telah memiliki 9 pewaris tahta. Sempat mengalami kekosongan jabatan selama 25 tahun setelah Sultan Hamid II wafat.

Sultan Syarif Mahmud Melvin dinobatkan sebagai Sultan Pontianak ke-IX setelah ayahnya, Sultan Syarif Abubakar Alkadrie meninggal dunia pada tahun 2017.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: dpr.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler