Minta Vaksin Merah Putih Dipercepat, DPR: Jangan Tergantung Impor Terus

19 Januari 2021, 22:30 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. /Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

PORTAL MAJALENGKA - Produksi Vaksin Merah Putih harus segera dipercepat. Sehingga Indonesia ke depannya tidak lagi tergantung kepada vaksin impor.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan, produksi Vaksin Merah Putih penting karena Indonesia tengah berkejaran dengan waktu terkait pandemi Covid-19.

Komitmen terhadap 3 juta vaksin Sinovac, kata dia, sudah terlanjur diambil pemerintah meski hanya memiliki efikasi sebesar 65 persen.

Baca Juga: Apa Kabar UTBK 2021? Ketua LTMPT: Kembali Mengujikan Materi KTA

"Karena itu masih diperlukan tambahan lebih dari 100 juta dosis vaksin untuk vaksinasi penduduk Indonesia secara signifikan," kata Mulyanto dalam rilis di Jakarta, Selasa 19 Januari 2021, dilansir dari Antara.

Mulyanto mengemukakan bahwa jumlah tersebut sangat besar dan secara bisnis merupakan pasar yang empuk.

Menurut dia, produksi dan penggunaan Vaksin Merah Putih sangat penting agar Indonesia agar tidak tergantung pada vaksin impor. Karena akan sekadar menjadi pasar bisnis vaksin semata.

Baca Juga: Korban Sriwijaya Air: 310 Kantong Jenazah, 34 Teridentifikasi, 23 Diserahkan ke Keluarga

Selain itu, Mulyanto khawatir uang negara yang terbatas terkuras habis hanya untuk membeli vaksin impor.

"Karena itu sangat masuk akal kalau kita menggesa riset dan produksi vaksin Merah Putih agar segera digunakan bagi pemulihan pandemi," katanya.

Ia berpendapat bahwa hal tersebut jangan sampai terlambat, yakni diproduksi pada saat pasar vaksin sudah jenuh.

Baca Juga: Puncak Bogor Diterjang Banjir Bandang, Tak Ada Korban Jiwa tapi 474 Jiwa Diungsikan

Mulyanto menambahkan pengadaan vaksin tidak boleh dimonopoli oleh satu produk dengan harga yang tak terkendali.

"Potensi pasar vaksin jangan hanya dinikmati oleh berbagai produk impor yang menyedot devisa negara. Untuk itu perlu intervensi negara untuk mendorong riset dan produksi Vaksin Merah Putih," ucapnya.***

Editor: Husain Ali

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler