"Dari penduduk desa itu 70-80 persen bekerja di luar negeri atau sekitar 1.500 orang."
"Sekarang masih berjalan, ada yang sudah pulang atau pensiun, ada juga yang mau berangkat lagi juga ada dan memang kebanyakan tahun ini tujuannya ke Jepang atau Korea," katanya.
Kondisi seperti itu, membuat kampungnya kini tak hanya dikenal dengan sebutan Kampung TKW, melainkan Kampung Bahasa Asing.
Yang mana, sesama eks pekerja migran yang sudah pulang kampung kerap menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.
"Keseharian kalau ke sesama eks itu pasti bicaranya bahasa sehari-hari mereka bekerja di sana, untuk nostalgia juga," ujarnya.
Kondisi seperti itu juga, membuat Amin merasa bangga.
Bukan karena banyaknya warga yang bekerja di luar negeri, melainkan hasil dari bekerjanya membuat masyarakat Kampung Kaputren kini bisa menguasai berbagai bahasa asing. Bahkan, hingga mencapai 11 bahasa.
"Saya selalu warga sini, ada kebanggaan tersendiri karena mungkin di daerah lain hanya dikenal dengan satu bahasa, seperti kampung bahasa Inggris, atau kampung bahasa Melayu."