KISAH CINTA SEJATI NAN ROMANTIS, Putri Pramodawardhani dengan Raja Manuku di Masa Kerajaan Mataram Kuno

- 15 November 2022, 10:18 WIB
Ilustrasi arca Pramodawardhani
Ilustrasi arca Pramodawardhani /Tangkapan layar YouTube mistik mistis

PORTAL MAJALENGKA - Satu kisah cinta sejati terjadi pada masa kerajaan Mataram kuno antara Putri Pramodawardhani dengan Mpu Manuku.

Di masa kerajaan Mataram inilah terjadi sebuah kisah cinta sejati antara Putri Pramodawardhani dengan Mpu Manuku yang keduanya saling jatuh cinta.

Putri Pramodawardhani dengan Mpu Manuku menjalin hubungan asmara dan keduanya melangsungkan pernikahan.

Baca Juga: MISTERI 6 RAJA KERA, Asal Usul dan Keanehan Plangon Cirebon

Pernikahan Putri Pramodawardhani dengan Mpu Manuku merupakan penyatuan dua wangsa yaitu wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra.

Bukan hanya itu pernikahan keduanya merupakan penyatuan dua ajaran agama yang berbeda yaitu antara agama Hindu dan Budha.

Berikut penelusuran sejarah tentang Putri Pramodawardhani dan Manuku yang dirangkum Portal Majalengka - Pikiran Rakyat dari berbagai sumber berdasar prasasti yang ada.

Baca Juga: CARA BUAT AKUN dan LINK SIAKBA, Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pemilu 2024 Sudah Dibuka?

 

Banyak yang mengisahkan adanya cinta sejati antara Putri Pramodawardhani dengan Mpu Manuku, Cinta sejati yang tidak memandang berbagai perbedaan baik perbedaan kasta, tahta, budaya, bangsa atau pun agama.

Adapun perbedaan antara Putri Pramodawardhani dengan Manuku memiliki beberapa perbedaan yaitu perbedaan bangsa dan juga perbedaan ajaran agama.

Menurut prasasti yang ada, para sejarawan sepakat menyatakan bahwa putri Pramodawardani berasal dari bangsa Sailendra yang beragama Budha Mahayana. Sedangkan Mpu Manuku memeluk ajaran agama Hindu Siwa.

Baca Juga: PEMBUKAAN PENDAFTARAN PPK dan PPS untuk Pemilu 2024 Melalui SIAKBA, Catat Tanggalnya.

Putri Pramodawardhani adalah putri Samara Tungga yang sangat cantik jelita, dan namanya tercatat dalam prasasti Kayumwungan tahun 824 M.

Sementara Mpu Manuku merupakan seorang raja yang bergelar Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku, ia adalah raja keenam Kerajaan Medang.

Kerajaan Medang adalah kerjaan yang masuk dalam periode Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar tahun 840an hingga 856 M.

SoalBaca Juga: CONTOH SOAL TES TULIS CAT PPK Lengkap dengan Jawabannya untuk Pemilu 2024 yang Segera Diadakan KPU

Dalam Prasasti Tulang Air menyebutkan bahwa Rakai Pikatan yang bergelar Ratu adalah penguasa yang mencapai masa kemakmuran dan kemajuan.

Rakai Pikatan terdapat dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih. Nama aslinya menurut Prasasti Argapura adalah Mpu Manuku.

Dalam beberapa versi disebutkan usia antara Putri Pramodawardani dengan Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku sangat berbeda jauh.

Usia keduanya sangat tepaut jauh, bahkan dikatakan bahwa usia Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku seumuran dengan ayah Putri Pramodawardhani yang saat itu masih gadis belia.

Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku sudah menjabat sebagai Rakai Patapan pada tahun 807 M, sementara Putri Pramodawardani masih menjadi gadis pada tahun 824 M.

Baca Juga: RESMI SKUAD PRANCIS di Piala Dunia Qatar 2022, Karim Benzema dan Mbappe Jadi Andalan

Hal ini menunjukkan kalau perbedaan usia di antara keduanya cukup jauh. Bisa jadi, Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku berusia sebaya dengan mertuanya, yaitu Samaratungga.

Pramodawardani bukanlah satu-satunya istri Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku.

Berdasarkan prasasti Telahap diketahui istri Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku yang lain bernama Rakai Watan Mpu Tamer. Di masa tersebut gelar mpu belum identik dengan kaum laki-laki.

Selir bernama Rakai Watan Mpu Tamer ini merupakan nenek dari istri Dyah Balitung, yaitu raja yang mengeluarkan prasasti Mantyasih 907 M.

Prasasti Wantil disebut juga Prasasti Siwagrhayang dikeluarkan pada tanggal 12 November 856 M.

Baca Juga: KESAKTIAN Putra Sunan Gunung Jati yang Gagah Berani, Hadapi Para Perompak Seorang Diri

Prasasti ini selain menyebut pendirian istana Mamratipura, juga menyebut tentang pendirian bangunan suci Siwagrha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa.

Berdasarkan ciri-ciri yang digambarkan dalam prasasti tersebut, Candi Siwa identik dengan salah satu candi utama pada komplek Candi Prambanan.

Dengan demikian, bangunan utama pada komplek tersebut dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku, sedangkan candi-candi kecil lainnya mungkin dibangun pada masa raja-raja selanjutnya.

Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku dalam prasasti Wantil menyebutkan kalau takhtanya diberikan pada putranya.

Dan Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku memutuskan untuk menjadi brahmana bergelar Sang Jatiningrat pada tahun 856 M.

Takhta Kerajaan Medang kemudian dipegang oleh putra bungsunya, yaitu Dyah Lokapala alias Rakai Kayuwangi.

Demikianlah satu kisah cinta sejati antara Putri Pramodawardhani dengan Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku.

Kisah cinta sejati ini diyakini sebagai satu jalan bersatunya dua dinasti yaitu Dinasti Sanjaya dan Sailendra dan juga bersatunya dua agama yaitu Hindu Budha.

Adapun bukti sejarah yaitu berupa Candi Plaosan yang berarstiktur Hindu Budha yang dipersembahkan sang raja untuk Putri Pramodawardhani sebagai simbol perpaduan dua agama yang berbeda dari keduanya.**

Sumber: Berbagai sumber

Disclaimer: Sejarah memiliki banyak versi, sangat mungkin akan adanya perbedaan versi dengan versi yang lainnya, dan itu bisa dijadikan keayaan khazanah bagi kita semua.

Editor: Rahman Prayitno Sodikin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x