Kisah Nyai Ratu Sindang Kasih dan Pangeran Muhammad, Asal Usul Majalengka

- 4 Februari 2022, 11:38 WIB
Ilustrasi. Kisah Nyai Ratu Sindang Kasih dan Pangeran Muhammad, Asal Usul Majalengka
Ilustrasi. Kisah Nyai Ratu Sindang Kasih dan Pangeran Muhammad, Asal Usul Majalengka /Tangkap layar YouTube Borin Vlog

PORTAL MAJALENGKA - Asal-usul Majalengka, sebuah kabupaten di bagian timur Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon.

Kabupaten Majalengka dikenal kota seribu Curug, karena memiliki banyak Curug atau air terjun.

Majalengka ini juga dikenal dengan julukan kota angin ya konon katanya di Majalengka angin berhembus lebih kencang dari daerah lain.

Baca Juga: Para Pemain Persib di Balik Karantina, Apa yang Mereka Lakukan

Sebagaimana daerah lain, Majalengka juga memiliki kisah asal usul mengapa diberi nama Majalengka.

Alkisah diceritakan pada zaman dahulu kala berdiri Sebuah kerajaan bernama kerajaan Panidagan. 

Rakyat di kerajaan ini hidup aman dan makmur, kerajaan ini dipimpin seorang Ratu yang sangat cantik bernama Ratu Sindangkasih ada yang menyebutnya ratu ayu rambut kasih.

Baca Juga: Hujan Es Terjadi di Malang Siang Kemarin

Selain cantik rupawan Ratu Sindangkasih juga memiliki ilmu lahir dan ilmu batin ia mampu meramal sesuatu yang akan terjadi.

Para Senopati kerajaan pun tunduk pada titah sang ratu, bahkan karena wibawanya para Senopati dan rakyat Panidagan tidak ada yang berani menatap Ratu Sindangkasih.

Kebijaksanaan dan keadilan Ratu Sindangkasih membuat rakyat kerajaan Panidagan hidup aman dan tentram.

Baca Juga: PREDIKSI Line Up Persib Bandung vs Bhayangkara FC, Bruno Cantanhede dan David Da Silva Kembali Tampil

Para petani maupun pedagang merasa tenang menggarap pekerjaannya karena tidak ada pencuri dan perampok yang mengganggu.

Dalam menjalankan pemerintahannya Ratu Sindangkasih dibantu oleh para Senopati yang mahir dalam bidang kesejahteraan dan keamanan rakyat.

Senopati itu diantaranya Ki gedeng Cigobang, Ki Gedeng Tapa dan Ki Gedeng Kulur.

Pada suatu hari Nyi Ratu Sindangkasih mengadakan pertemuan di pendopo untuk berunding, pertemuan itu dihadiri oleh para Senopati hulubalang kerajaan dan rakyat kerajaan.

"Para Senopati dan rakyatku semuanya tidak lama lagi kerajaan akan mendapat cobaan,

Oleh karena itu semua orang waspada dan siap siaga menghadapi malapetaka yang akan datang,

lindungilah rakyat dari segala bencana yang mengancam, tenangkan hati rakyat supaya mereka tentang mengerjakan tugas masing-masing dengan baik" ucap Nyi Ratu Sindang Kasih.

" tapi kalau ada utusan dari kerajaan lain yang akan bersahabat dan bekerjasama terimalah dengan baik dan ramah tamah mengerti" ucap Nyi Ratu Sindang Kasih lagi.

"Sebentar lagi akan ada tamu, orang ini berbadan tegap dan cakap, tetapi ia akan menimbulkan bencana.

Akan tetapi semua rakyat yang tidak akan mendapat bencana itu, namun setelah kerajaan ini terlepas dari tangan kami, rakyat akan berubah keyakinan dan kepercayaan.

Sekian nasehatku sekarang kalian boleh pergi meninggalkan pertemuan ini dan silakan melanjutkan lagi pekerjaan masing-masing dengan aman dan tentram". Ucap Nyi Ratu Sindang Kasih.

Mendengar nasehat sang ratu para Patih kerajaan dan rakyat Panidagan tidak ada yang menentang, mereka yakin bahwa semua ucapan Nyi Ratu Sindang Kasih pasti terjadi.

Ki Gedeng Cigobang, Ki Gedeng Tapa dan Ki Gedeng Kulur bertugas menjaga perbatasan kerajaan. Mereka pun menuju ke perbatasan, sesampainya di lokasi perbatasan mereka mendirikan Pondok penjagaan.

Dari tempat ini mereka bisa mengawasi ke seluruh penjuru kerajaan.

Hingga suatu hari ketika mereka sedang asyik berbincang tiba-tiba terlihat seorang pemuda sedang menyeberangi Sungai menuju jalan masuk ke kerajaan, dan ternyata pemuda ini bernama Pangeran Muhammad dari keraton Cirebon.

Ketiga senopati kerajaan ini teringat ramalan Ratu Sindangkasih bahwa akan terjadi apa-apa kalau pemuda itu tidak ditangkap.

Ketiga Senopati ini segera menghampiri dan hendak menangkap pemuda yang baru datang dan hendak masuk ke kerajaan Panidagan.

Sang pemuda pun berlari kencang namun ketiga Senopati ini kalah cepat karena sang pemuda semakin jauh menghilang, akhirnya mereka mengepung sang pemuda dari beberapa arah sehingga tidak bisa melarikan diri lagi.

Melihat keadaan dirinya sudah terkepung sang pemuda masuk dan bersembunyi ke dalam suatu rumpun yang tak jauh dari tempat itu.

Di tempat itulah ia meminta perlindungan Tuhan yang maha kuasa dan menghentakkan kakinya.

Ajaib tanah yang diinjak itu terbelah dan membentuk lubang, dan sang pemuda pun masuk ke dalamnya, tiba-tiba tanah yang retak itu tertutup kembali seperti sedia kala.

Alangkah terkejutnya ketiga Senopati itu sebab sang pemuda sudah menghilang. Ketiga Senopati ini pun penasaran, mereka mencari-cari dengan menebus semua rumpun.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya, akan kembali kami tuliskan pada Kisah Nyi Ratu Sindang Kasih dan Pangeran Muhammad part II, jangan lupa nantikan kisah berikutnya".

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Dongeng Kita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah