Meraba Kejayaan Pati, Ibukota Keresidenan Zaman Kolonial Belanda

3 September 2022, 14:18 WIB
Masyarakat di Kabupaten Pati Gelar Upacara Bendera Dalam Rangka Memperingati HUT RI Ke-77 di Tengah Jalan /

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Pati, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Pati berjarak 75 kilometer dari Semarang, menuju arah timur laut. Bisa dibilang, Pati merupakan daerah yang hampir meredup.

Baca Juga: Mengenal Syekh Yasin Al-fadany, Sang Ahli Sanad Dunia

Satu hal yang mungkin menjadi alasan, posisinya yang kini diimpit dua daerah yang dinilai lebih eksotis, Semarang di sebelah barat dan Laşem di timur. 

Jalur Daendels memasuki pusat Kota Pati dengan melalui Jalan Panglima Sudirman yang membentang dari barat setelah Jalan Raya Pati-Kudus hingga ke alun-alun dan terus ke timur ke arah Juwana.

Juwana merupakan salah satu kecamatan penting di zaman kolonial Kabupaten Pati. 

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Video YouTube, TikTok dan Instagram Menjadi MP3 dan MP4 Via Savefrom

Di jalan ini, begitu terasa Sisa kebesaran Pati sebagai bekas sebuah karesidenan.

Konon, sejak dibukanya Jalan Raya Pos, Daendels memindahkan ibu kota karesidenan yang semula di Jepara, menjadi di daerah Pati.

Karesidenan Pati tercatat membawahi beberapa wilayah yakni kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang, dan Blora. 

Baca Juga: ABU NAWAS MATI setelah Menjual Raja Harun Al Rasyid sebagai Budak, Ini yang Terjadi

Melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pati, bangunan yang pertama kami kunjungi adalah Rumah Dinas Residen. Letaknya tepat di pinggir Jalan Jenderal Sudirman, satu kilometer sebelum memasuki alun-alun kota. 

Bangunan berumur lebih dari 200 tahun ini masih menyisakan sebuah kemegahan penguasa lokal.

Berdiri di atas lahan seluas lima hektare, gedung karesidenan ini berdiri dengan pemandangan danau di muka bangunan dikelilingi taman yang asri.

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Lagu dari YouTube menjadi MP3 MP4 Via y2mate

Di sebelah timur, masih terdapat satu pohon beringin besar yang sempat diabadikan KIT LV Leiden pada 1905. Suatu lingkungan indah bak istana raja, sangat mengagumkan. 

Bangunan ini kini menjadi rumah dinas kepala bakorwil setempat. Meski hanya sebatas rumah dinas, tampaknya sangat beruntung bagi pejabat yang berwenang.

Jika digambarkan, suasana kompleks rumah ini lebih eksotis dibandingkan dengan Istana Presiden di Jalan Merdeka Jakarta. 

Baca Juga: Abu Nawas Mau Terbang Gegerkan Penduduk Baghdad, Apakah yang Terjadi?

Hanya saja, cerita seputar bangunan megah menyeret perbincangan mistis di dalamnya. Memang, bangunan tua ini menjadi saksi kekejaman penjajah terhadap pribumi setempat.

Penjaga dan juru pelihara bangunan yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, di balik bangunan ini terdapat satu bangunan tempat mengeksekusi mati para pribumi yang melawan maupun berkhianat. 

"Mereka yang dihukum mati, kemudian ditenggelamkan di dasar danau sana,” ujar dia sembari menunjuk kolam nan tenang iłu. Hal ini, kemudian, katanya, yang kadang membuat warga sekitar mengaku sering mencium bau anyir darah dan mendengar suara rintih kesakitan. 

Baca Juga: Cerita Gus Baha tentang Jamaah yang Harap-harap Cemas saat Abu Nawas Menjadi Imam Sholat Jenazah

Masih di Jalan Jenderal Sudirman, di seberang rumah dinas kepala bakorwil, berdiri kantor bakorwil.

Bangunan ini berdiri dengan mengubah fungsinya yang sebelumnya, pada era koloniał, sebagai pusat ułama Karesidenan Pati.

Arsitektur keduanya hampir mirip meski di beberapa Sisi dengan gayanya yang khas bangunan perkantoran. 

Baca Juga: Abu Nawas Sembuhkan Raja Harun Al Rasyid dengan Mencari Telur Unta

Pujian saya sampaikan kepada para arsitek dan pekerja pembangunan gedung ini. Kepala Tata Usaha dan Pemeliharaan Gedung Agus Supriyanto menyebut, gaya serta arsitektur tetap dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya.

"Sebagai upaya pelestarian bangunan bersejarah,” ujarnya seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan. 

Secara keseluruhan, kawasan pusat kota Kabupaten Pati lebih berorientasi untuk kegiatan politik dan pendidikan.

Baca Juga: Lirik Lagu Sunda 'Runtah' Ciptaan Doel Sumbang, Menceritakan Fenoma Ironi Wanita Cantik

Hal ini dapat dilihat dengan lebih mendominasinya beberapa bangunan sekolah dan kantor pemerintahan yang memang telah ada sejak zaman kolonial, baik pada abad ke-19 maupun pembuka abad ke-20. 

Semua bangunan heritage bergaya art deco, terpusat di Jenderal Sudirman, termasuk salah satunya kantor pos yang didirikan pada pengujung abad ke-19. Bangunan ruko dan kegiatan niaga, hanya terhitung satu, dua, dan tiga. 

Memasuki Jenderal Sudirman menuju pusat kota, orientasi jalur seperti kebanyakan kota-kota sebelumnya, dibuat satu arah. Jalan Jenderal Sudirman menuju alun-alun dibuat dengan orientasi timur-barat.

Baca Juga: GRATIS Download Video TikTok tanpa Watermark via SSSTikTok, SnapTik dan Save From

Jika ingin menikmati nuansa pemerintahan kecil kolonial di rute ini, perlu berputar di Jalan Kolonel Sunandar dengan berbelok kiri dan kembali masuk melalui Jalan Pangeran Diponegoro. 

Selepas alun-alun, Groote Postweg bertemu di Jalan Pemuda yang 12 kilometer ke timur menghubungkan dengan daerah Juwana, satu kecamatan di Pati yang begitu penting di era karesidenan.***

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler