Buper Talaga Pancar, Bisa Berkemah Sambil Memanah

- 4 Oktober 2020, 09:00 WIB
Spot foto di Buper Talaga Pancar
Spot foto di Buper Talaga Pancar /Instagram/@mirawt12/

PORTAL MAJALENGKA - Selain terkenal dengan hasil pertanian seperti buah durian, kecamatan Sindangwangi Majalengka juga terkenal dengan beberapa tempat wisata.

Salahsatu yang mencuri perhatian adalah bumi perkemahan (buper) Talaga Pancar. Setiap hari objek wisata tersebut hampir selalu dipenuhi oleh pengunjung, terutama di ahir pekan.

Tak banyak objek  wisata yang menyatukan berbagai hobi dalam satu lokasi. Apalagi jika itu objek yang sarat keaslian alamnya.

Baca Juga: Mengintip Budidaya Bunga Sedap Malam di Majalengka, Ini 5 Keuntungannya!

Jika Anda hobi memanah tapi juga ingin menikmati  indahnya ciptaan Tuhan, Talaga Pancar lah tempatnya.

Tak hanya itu, jika ingin berkemah bersama keluarga, bolehlah pilih tempat ini.

Talaga Pancar,  di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka adalah objek wisata alam yang menyatu dengan bumi perkemahan.

Baca Juga: Tidak Usah Jauh Ke Bogor, Majalengka Juga Punya Wisata Kebun Teh

Objek wisatan ini  dikembangkan sebagai  wana wisata sehingga fungsi hutan tetap terjaga dan terlindungi.

Suasana alamnya sejuk, karena berada di pegunungan kaki Gunung Ciremai.

Itu karena  di sekitar Talaga Pancar dipenuhi  dengan pohon pinus dan pohon-pohon dataran tinggi, sehingga kawasan wisata nyaris tidak terkena sinar matahari.

Baca Juga: Menikmati Hangatnya Teh, di Kebun Teh Majalengka

"Hampir sama dengan buper yang lain, akan tetapi yang menarik dari buper ini selain tempatnya adem dan nyaman, pemandangannya juga menarik untuk dilihat,udah gitu ada panahan," ujar Vera salah seorang pengunjung, Minggu 4 Oktober 2020.

Cahaya matahari yang agak banyak akan diperoleh  di arena lapangan yang biasa dipergunakan untuk upacara atau kegiatan lapangan peserta perkemahan. 

Gazebo dan bangunan lainnya masih terkena sinar matahari yang menyelinap di sela-sela pohon pinus. Air nan dingin dialirkan dari pegunungan ke musala dan toilet.

Baca Juga: Wisata Religi? Jangan Jauh-jauh, di Majalengka ada 8 Objek Wisata Religi ini

Pengunjung yang datang ke sana bisa menikmati sejuknya alam pegunungan di bawah pohon pinus sambil menikmati riuhnya nyanyian daun pinus yang diterpa angin.

Anak-anak bisa bermain ayunan dan berlari naik undak-undak yang sudah ditata pihak pengelola.

Jika naik ke bagian puncak bukit bisa menikmati indahnya panorama alam ke arah timur dan kelokan Sungai Cimanggung.

Baca Juga: Wisata Sekaligus Melihat Peninggalan Sejarah di Majalengka? Kunjungi 4 Tempat Ini

Di bagian timur Bumi Perkemahan turun ke bawah terdapat Situ Talaga Pancar, meski  situ tidak begitu luas namun tetap indah, melihat ikan-ikan hilir mudik  di dalam air nan jernih.

Di lokasi objek wisata Talaga Pancar juga terdapat arena panahan.  

Menurut  Kepala Desa Lengkong Kulon, Danu Saktiwijaya, luas kawasan wisata alam tersebut mencapai 125 hektare, namun saat ini yang dikelola baru seluas 4 hektare.

Baca Juga: Berkunjung ke Majalengka, Jangan Lupa Datang ke 9 Tempat wisata ini!

Sebagian untuk area berkemah, lapangan upacara dan api unggun, sebagian lagi untuk fasilitas umum, musala, toilet, warung dan gazebo untuk peristirahatan pengunjung,  juga untuk arena bermain anak-anak serta arena panahan.

“Hampir seluruhnya hutan pinus, kami terus berupaya membersihkan di bagian bawah pepohonan seluas 4 haktare tersebut agar pengunjung bisa nyaman bermain menikmati suasana alam,” ungkap Danu.

Bagi pengunjung yang ingin berkemah, menurut Danu, mereka bisa menyewa tenda dari masyarakat.

Baca Juga: Cari Wisata Edukasi? Datang ke Rajagaluh Majalengka!

Sedangkan untuk panitia bisa menggunakan tenda peleton yang dimiliki pengelola wisata, LMDH (Lembaga Masyarakat Daerah Hutan).

“Untuk tenda peleton disediakan oleh LMDH sehingga tidak perlu disewa, namun untuk tenda biasa untuk berkemah bisa disewa dari perorangan,” kata Danu yang menyebutkan pengelolaan wisata alam Talaga Pancar ini baru dikelolanya selama kurang lebih 3 tahun terakhir.

Bagi yang akan berkemah, setiap peserta dipungut biaya sebesar Rp 10.000 per orang, jumlah tersebut diperuntukkan bagi sewa tempat dan kebersihan sebesar Rp 7.000 dan Rp 3.000 untuk biaya penerangan listrik.

Baca Juga: Tidak Koma, Rachel Maryam Sengaja Ditidurkan Dokter Usai Pendarahan ketika Lahirkan Anaknya

Para pengunjung  ataupun yang melakukan perkemahan bisa memesan nasi liwet atau nasi bungkus.

Ada juga paket nasi liwet dengan menu ikan peda yang dipepes atau digoreng, petai atau jengkol muda, lalapan leunca, daun singkong atau pepaya, urap, tempe tahu, dan bisa ditambah ayam goreng.

Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Cianjur 3 Oktober, Ratusan Rumah Terendam dan Warga Mengungsi

Ada Gunung Mirip Candi

Pengunjung sedang mengabadikan momen di salahsatu spot foto
Pengunjung sedang mengabadikan momen di salahsatu spot foto Andra Adyatama

Pengunjung bisa melihat sebuah gunung yang berbeda dari gunung pada umumnya.

Disana ada sebuah gunung dimana bebatuan yang melekat pada gunung tersebut tersusun dengan rapi layaknya seperti candi.

"Atau memang jangan-jangan kalau dilakukan penggalian oleh ahli, disana memang betul terdapat sebuah candi. Soalnya batu-batu tersebut tersusun dengan sangat rapi," ungkap Vera.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Per 3 Oktober: Sembuh Bertambah 3.712, Positif Naik 4.007 Pasien

Sama dengan buper yang lain tempat ini juga sering dipakai oleh siswa sekolah untuk mengadakan perkemahan.

Soalnya, tempat tersebut juga sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti kamar mandi dan mushala.

"Tempatnya enak, ada kantin yang didirikan oleh warga, sudah gitu ada kamar mandi dan juga mushala," ujarnya.

Baca Juga: Tarif Listrik Turun bagi 7 Golongan Ini Mulai Oktober hingga Desember 2020

Masalah akses tidak usah diragukan, jalan kesana sudah lebih baik.

Bagi pengunjung yang datang dari arah Majalengka dan Cirebon, bisa masuk dari jalur utama melalui Desa Lengkong kulon.

Nilai lebihnya, setelah pulang dari buper talaga pancar, pengunjung bisa membeli oleh-oleh buah durian yang tersedia di sepanjang jalur Sindangwangi.

"Tapi enak pakai kendaraan roda dua sih, soalnya kalau belum terlalu terbiasa bawa mobil, ada beberapa titik jalan yang masih sempit," ujarnya menambahkan.***

 

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah