Ibnu Asyur dalam tafsir Tahrir wa Tanwir menyatakan penyebutan tersebut sebagai pertanda bahwa ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah maka keduanya memiliki kesetaraan sebagai dua insan yang bersatu dalam biduk rumah tangga.
Baca Juga: Kiat Bangun Rumah Tangga Langgeng, Nasihat Gus Baha Jangan Lakukan Hal Ini
Masing-masing adalah belahan jiwa bagi pasangannya. Sebagaimana Alquran menyebut laki-laki dan perempuan adalah setara di hadapan Allah.
اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ “...
Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain..." (QS Ali Imran: 195).
Adapun ketika suami-istri tidak mencapai keserasian dalam rumah tangga baik dalam perilaku maupun aqidahnya, Alquran menyebut istri bukan dengan lafal zauj melainkan memakai lafal imraah (امرءة).
Sebagaimana Alquran menyebut istri nabi Nuh dan nabi Luth yang enggan untuk beriman kepada suami mereka.
ضَرَبَ ٱللهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ
"Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth..." (QS At-Tahrim: 10).
- Kedua, selalu menambah semangat untuk beribadah kepada Allah.