Dalam penyusupan tersebut keduanya mengaku sebagai pribumi Indramayu. Diakui saat itu hubungan kedua kerajaan tersebut cukup baik. Sehingga Arya Mangkubumi tidak memiliki kecurigaan sama sekali terhadap keduanya.
Penyusupan dan penyamaran kedua senopati pilihan Cirebon ini pun akhirnya menemui sasaran. Seketika sang Prabu Cakraningrat terbuai pesona Nyi Mas Gandasari yang nampak sangat anggun saat mengantar sajian minuman dan makanan untuknya.
Arya Mangkubumi yang mengiring di depannya terlihat sangat paham gelagat sikap rajanya tersebut. Ia pun kemudian memperkenalkan sosok pelayan tersebut, bahwa ia pribumi Indramayu yang bersama kakaknya ingin mengabdikan diri mereka pada kerajaan galuh.
Mendengar informasi yang disampaikan Arya Mangkubumi selaku orang kepercayaannya tersebut, Sang Prabu langsung percaya dan dia tidak menaruh sedikitpun curiga bahwa gadis cantik didepannya adalah seorang penyusup.
Selesai jamuan pesta makan dan minuman, sambil dalam kondisi mabuk Prabu Cakraningrat mengajak Nyi Mas Gandasari masuk kedala ruang peristirahatan pribadinya.
Kesempatan itupun tidak disia-siakan Nyi Mas Gandasari, sambil memapah masuk sang Prabu yang sedang mabuk dia memberi tanda kode pada Syekh Magelung suaminya yang hendak membereskan ruang jamuan.
Di dalam ruang peristirahatan Nyi Mas Gandasari langsung bertindak cepat. Ditengah ketidaksadaran sang prabu Cakraningrat ia berusaha mengorek tentang sumber kesaktian yang dimilikinya.
Hingga terbukalah rahasia ajimat yang dimiliki sang prabu tersebut yakni kendaga (guci) emas yang di dalamnya berisi patung ular mas.
Masih memanfaatkan kondisi Prabu Cakraningrat yang masih meracau, Nyi Mas Gandasari dengan pandainya merajuk meminta untuk menimang guci tersebut, dengan alasan menguji kelayakan derajat dirinya terhadap pusaka tersebut, kalau sekiranya akan dijadikan sebagai permaisuri.