Kisah Cinta Gus Miek dan Bu Nyai Yat

- 2 September 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi, Gus Miek
Ilustrasi, Gus Miek /Instagram.com / @jantikomantaba

PORTAL MAJALENGKA - KH Hamim Thohari Djazuli, akrab dipanggil Gus Miek atau wafat pada 14 Dzulhijjah 1413.

Gus Miek adalah pendiri amalan dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan sema'an al-Qur'an Jantiko Mantab.

Gus Miek adalah putra dari K.H. Ahmad Djazuli Utsman, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur.

Baca Juga: Kisah Tupai Berubah Jadi Biji Gandum, Abu Nawas: Dasar Binatang Hantu

Gus Miek adalah ulama karismatik yang keilmuannya sangat mashyur dan dipercaya sebagai Wali Allah.

Dilansir Portal Majalengka dari akun Facebook Pemburu Barokah.

Dikisahkan,ketika usia Gus Miek masih 9 tahun, dia sudah sering tabarrukan ke berbagai kiai sufi.

Baca Juga: INOVASI BARU, Presiden Jokowi Resmi Luncurkan 5G Mining Pertama di Asia

Beberapa kiai yang dikunjunginya adalah KH Mubasyir Mundzir Kediri, Gus Ud (KH Mas’ud) Pagerwojo-Sidoarjo, dan KH Hamid Pasuruan.

Di tempat Gus Ud Pagerwojo Sidoarjo, Gus Miek bertemu dengan KH Achmad Shidiq yang usianya lebih tua.

KH Achmad Shidiq ini di kemudian hari sering menentang tradisi sufi Gus Miek, tetapi akhirnya menjadi kawan karibnya di dzikrul ghafilin...

Baca Juga: Head to Head Persib vs Rans Cilegon FC, Saatnya Luis Milla Terapkan Tiki Taka, Berikut Prediksi Skornya

Kebiasaan Gus Miek pergi ke luar rumah menggelisahkan orang tuanya. Akhirnya ayahnya memintnya ngaji ke Lirboyo, Kediri di bawah asuhan KH Machrus Ali, yang kelak begitu gigih menentang tradisi sufinya.

Di Lirboyo Gus Miek bertahan hanya 16 hari dan kemudian pulang ke Ploso. Ketika sadar orang tuanya resah akibat kepulangannya, Gus Miek justru akan menggantikan seluruh pengajaran ngaji ayahnya, termasuk mengajarkan kitab Ihya Ulumuddin.

Tapi beberapa bulan kemudian, Gus Miek kembali ke Lirboyo. Ketika masih di pesantren ini, pada usia 14 tahun Gus Miek pergi ke Magelang, nyantri di tempatnya KH. Dalhar Watucongol, mengunjungi Mbah Jogoreso Gunungpring, KH Arwani Kudus, KH Ashari Lempuyangan, KH Hamid Kajoran, dan Mbah Benu Yogyakarta. Setelah itu Gus Miek pulang lagi ke Ploso.

Baca Juga: PREDIKSI SKOR Head to Head Persib vs Rans Cilegon FC, Saatnya Luis Milla Unjuk Gigi

Di Ploso, di tempat pesantren ayahnya, Gus Miek minta dinikahkan, dan akhirya ia menikah dengan Zaenab, putri KH. Muhammad Karangkates, yang masih berusia 9 tahun.

Pernikahan ini berakhir dengan perceraian, ketika istrinya masih berusia sekitar 12 tahun. Pada masa ini Gus Miek sudah sering pergi untuk melakukan dakwah kulturalnya di berbagai daerah, tabarrukan ke berbagai guru sufi, dan mendapatkan ijazah wirid-wirid...

Suatu hari Gus Miek berjalan-jalan dari tempat diskotek dan berhasil membuat satu orang bertaubat. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang perempuan yang amat cantik. Gus Miek tertarik akan kecantikan gadis itu.

Baca Juga: HEBOH IKAN DEWA MATI MASAL, Berikut Mitos Kutukan Prabu Siliwangi terhadap Prajurit Pajajaran

Lalu diikutinya gadis itu sampai pada rumahnya. Dan pada saat itu Gus Miek jatuh hati pada gadis itu dan mencari tahu tentang gadis itu. Setelah tahu tentang gadis itu Gus Miek berniat melamar lalu menikahi gadis cantik itu.

Pada tahun 1960 Gus Miek menikah dengan Lilik Suyati dari Setonogedong. Pernikahan ini atas saran dari KH. Dalhar dan disetujui KH. Mubasyir Mundzir, salah satu guru Gus Miek.

Gadis itulah yang menurut gurunya akan sanggup mendampingi hidupnya, dengan melihat tradisi dan kebiasaan Gus Miek untuk berdakwah keluar rumah...

Baca Juga: Khalifah Harun Al Rasyid Perintahkan Pengawalnya Buang Air Besar di Tempat Tidur Abu Nawas, Apa yang Terjadi?

Pada awalnya pernikahan Gus Miek dengan gadis Setonogedong ditentang KH Jazuli Utsman dan Nyai Radliyah.

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pernikahan itu disetujui. Saat itu Gus Miek sudah berdakwah ke diskotek-diskotek, ke tempat perjudian, dan lain-lain.

Bu nyai Lilik adalah seorang pemain tenis meja yang handal. Sering diajak lomba-lomba yang berkaitan dengan olahraga.

Baca Juga: Sunan Kudus dan Kehadiran Jalan Anyer Panarukan Bersama Daendels

Ibu Lilik ini tidak pernah mondok atau sekolah yang ada hubungannya dengan pelajaran agama Islam. Akan tetapi KH.Hamim Djazuli menyukainya dan menikahinya.

Sewaktu Nyai Lilik menjadi istrinya, malam pertama sampai malam ke 30 Nyai Lilik tidak pernah keluar kamar. Itu merupakan kemauan dari Gus Miek.

Selama 30 hari di kamar tidak boleh bertemu dengan siapapun kecuali dengan Gus Miek.

Baca Juga: Keraton Demak yang Hilang, Tertutup Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

Apabila lapar, makanan akan diantarkan ke kamarnya dan segala kebutuhan disiapkan oleh Gus Miek.

Ini adalah cara Gus Miek mengajari istrinya 30 hari diajarkan ilmu-ilmu agama dan 30 hari pulalah Nyai Lilik menghafal Al-Quran 30 juz.

Nyai Lilik sangat berubah setelah menikah dengan Gus Miek. Bu Nyai Lilik yang awalnya hanya seorang perepmpuan biasa pemain tenis meja yang tidak mengerti kaitannya dengan ilmu-ilmu agama menjadi mengerti ilmu-ilmu agama karena diajari oleh Gus Miek.

Baca Juga: Ribuan Pekerja Tewas Demi Rampungkan Jalan Anyer Panarukan di Demak

Demikianlah kisah cinta keduanya, yang terus dikenal masyarakat, khususnya umat Islam dan warga Nahdliyin.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Facebook Pemburu Barokah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah