Inilah Sosok Masa Kecil Gus Dur Bandel Tapi Sangat Jenius

- 20 Agustus 2022, 08:30 WIB
ilustrasi kisah karomah Gus Dur
ilustrasi kisah karomah Gus Dur /Tangkapan layar kanal YouTube/Peneduh Hati

PORTAL MAJALENGKA - Dr. K.H. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001.

Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.

Gus Dur tumbuh dan berkembang di masa kecilnya memang berpindah-pindah, Jombang-Jakarta.

Baca Juga: SUMPAH SERAPAH Kakek Tua Terhadap Abu Nawas

Karena sang ayah pernah menjadi Menteri Agama, sekaligus juga pernah menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng.

Dilansir portal Majalengka dari akun Facebook sejarah para ulama dan karomahnya.

Dikisahkan, KH. Abdurrahman Wahid lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. Addakhil, berarti Sang Penakluk, kata Addakhil "tidak cukup dikenal dan diganti nama Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur".

Baca Juga: Kisah Abah Guru Sekumpul Saksikan Kealiman Wanita yang Dianggap Gila

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan KH. Wahid Hasyim dan Nyai Solichah Bisri.

Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya’ban, sama dengan 7 September 1940.

Sejak Kecil Gus Dur, dikenal sebagai anak yang aktif, bahkan hiperaktif tidak bisa diam dan bandel.

Baca Juga: Inilah Keramat GUS MAKSUM, sang Pendekar Sakti Mandraguna

Baik di Denanyar maupun di Tebuireng, Gus Dur sering berbuat ulah, jail, dan merepotkan.

Tahun 1944, Gus Dur pindah ke Jakarta karena sang ayah diminta menjadi ketua pertama Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Tahun 1945 pasca kemerdekaan, keluarga Gus Dur kembali ke Jombang. Namun, tahun 1949 setelah perang melawan sekutu selesai, kembali lagi ke Jakarta karena ayahnya, Kiai Wahid diangkat menjadi Menteri Agama RI.

Baca Juga: REKRUTMEN PENDAMPING PKH, Link Daftar Online dan Dapatkan Insentif Bulanan

Pada tahun 1952, ketika berumur 12 tahun, saking aktif dan semaunya, Gus Dur pernah megalami dua kali patah tulang lengan.

Pertama kali lengannya patah karena terjatuh dari pohon akibat dahan yang dia injak patah. Kemudian, Gus Dur juga hampir kehilangan tangannya untuk kedua kali dalam satu masa usia.

Kisahnya, waktu itu Gus Dur mengambil makanan dari dapur lalu memakannya di atas pohon besar. Karena keenakan di atas pohon sampai tertidur lalu menggelinding dan terjatuh ke bawah.

Baca Juga: Hasil Akhir PSS Sleman vs Persib Bandung, Gol Semata Wayang David da Silva Jadi Kemenangan Kedua Pangeran Biru

Greg Barton, dalam ingatannya soal Gus Dur, menceritakan dalam bukunya biografi Gus Dur, waktu itu dia mengalami patah tulang serius sehingga tulang lengannya menonjol keluar.

Dokter pertama yang merawatnya khawatir kemungkinan dia akan kehilangan tangannya. Beruntung, karena kecekatan dokter, tangannya bisa disambung kembali.

Akan tetapi pengalaman ini hampir tak berpengaruh terhadap dirinya karena Gus Dur kecil tetap kurang berhati-hati dan selalu bertindak impulsif.

Perilaku Gus Dur yang bandel itu, kadang membuat Sang Ayah yang sangat sabar itu juga harus berlaku tegas.

Baca Juga: Gol Cepat David da Silva Kembali Bawa Persib Bandung Raih Kemenangan atas PSS Sleman di BRI Liga 1

Kadang-kadang, Dur kecil diikat dengan dengan tambang di tiang bendera di halaman depan sebagai hukuman buat leluconnya yang terlalu jauh atau sikapnya yang kurang sopan.

Saat sekolah di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gus Dur juga pernah tidak naik kelas, karena sering bolos.

Saat ditanya alasannya, mengaku tidak punya teman yang mengerti jalan pikirannya, sehingga malas sekolah, akhirnya bolos.

Tapi bolosnya tidak ke mana-mana, dan mudah dicari sebenarnya, yaitu di perpustakaan Jakarta. Kadang juga bermain bola, olahraga kegemarannya.

Baca Juga: AMALAN DAHSYAT Selamat Dunia Akhirat sampai 7 Turunan dari Gus Baha, Kuncinya Istiqamah

Alhasil Gus Dur tidak naik kelas. Oleh ibunya Gus Dur dipindahkan ke Krapyak Jogja, diasuh oleh KH Aly Makshum.

Tapi lagi-lagi, jiwa-jiwanya yang pemberontak tidak cocok dengan peraturan pesantren yang ketat. Gus Dur minta izin kepada ibunya untuk sekolah dan kos di luar pondok.

Pada akhirnya, dia kos di daerah Kauman, di lingkungan sekitar Keraton Yogyakarta. Gus Dur remaja tinggal di rumah Haji Djunaid, seorang tokoh organisasi Islam Muhammadiyah.

Haji Djunaid merupakan sahabat dekat Wahid Hasyim, ayah Gus Dur saat nyantri di Tremas Pacitan. Benar saja, sejak kos di luar pondok itu, Gus Dur semakin giat belajar.

Baca Juga: Luis Milla Resmi Jadi Pelatih Persib Bandung, Berikut Prediksi Pemain Andalannya

Tapi, di balik kenakalan dan kabandelannya, Gus Dur adalah sosok anak yang tumbuh sangat cerdas.

Gus Dur kecil juga dikenal sebagai pecandu buku bacaan. M Hamid, dalam bukunya berjudul: Gus Gerr: Bapak Pluralisme & Guru Bangsa, mengisahkan soal hobi membaca Gus Dur.

Hamid mengutip buku Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur.

Dalam buku itu dikisahkan, beberapa kali Gus Dur ditegur oleh ibunya soal kebiasaannya membaca buku yang terlalu.

Baca Juga: Resmi! Luis Milla Jadi Pelatih Anyar Persib Bandung

Nyai Solichah meminta putranya itu untuk mengurangi membaca agar matanya tidak sakit. Gus Dur saat itu baru berusia 10 tahun dan sudah membaca novel-novel dengan tingkat sastra tinggi.

Soal mata, tidak bisa dipungkiri, sejak kecil Gus Dur sudah mulai memakai kacamata, dan saat dewasa gangguan kesehatan matanya semakin memburuk.

Gus Dur memang maniak membaca. Dia benar-benar memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Sudah dilahap semua dan merasa kurang, ia kerap berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta.

Pada usia itu, dia sudah akrab dengan buku-buku serius, dari filsafat, cerita silat, sejarah, hingga sastra.

Baca Juga: RESMI! Persib Bandung Angkat Mantan Pelatih Timnas Indonesia asal Spanyol, Luis Milla

Sejak duduk di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gus Dur sudah menguasai bahasa Inggris.

Dalam waktu dua tahun, saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia sudah melahap beberapa buku bahasa Inggris, di antaranya; Das Kapital karya Karl Marx, buku filsafat Plato, Thalles, Novel karya William Bochner.

Adapun karya sastra yang dia baca diantaranya karya Ernest Hemingway, John Steinbeck, dan William Faulkner.

Dia juga tuntas membaca beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti; Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky, dan Mikhail Sholokov.

Baca Juga: Persib Bandung Resmi Tunjuk Luis Milla Jadi Pelatih, Simak 3 Prediksi Keunggulan Persib Bandung Berikut

Kecerdasan, pikiran yang liar, dan kritis itulah yang membuat Gus Dur tumbuh menjadi pribadi yang penuh semangat dalam mendobrak tatanan.

Dalam Orde Baru, Gus Dur menjadi orang yang sangat ditakuti oleh rezim. Hingga berkali-kali terancam keselamatannya. Sang istri, Sinta Nuryah malah yang terkena.

Sampai masa reformasi, saat menjadi presiden, Gus Dur juga suka melawan arus, seperti gonta-ganti pejabat pembantu presiden, konflik dengan Polri, memunculkan wacana dekrit membubarkan DPR, hingga dimakzulkan dari kursi RI 1.

Baca Juga: WILUJENG SUMPING LUIS MILLA! Gantikan Robert Alberts, Mampukah Bawa Persib Bandung Jadi Juara?

Kita mungkin percaya bahwa apa yang dilakukan Gus Dur demi dan hanya demi bangsa ini. Bangunan pemikirannya tidak sesederhana yang kita pahami, sangat rumit dan bombastis.

Namun, karena itu, tak semua orang mampu menerjemahkan alur pemikirannya. Bahkan cenderung dianggap ngawur dan desktruktif.

Gus Dur memang tetaplah Gus Dur, keinginannya sangat kuat dan tidak goyah. Saat digoyang oleh keponakannya, Muhaimin dari kursi pimpinan PKB, Gus Dur tetap kekeh.

Baca Juga: Hasan Al-Bashri Bertaubat karena Diberi Hadiah 2 Bola Mata oleh Wanita Cantik yang Dicungkil Sendiri

Sering dikatakan Gus Dur "soal para musuh-musuh politiknya, “Memaafkan sih iya, tapi lupa sih enggak",ucap Gus Dur.

Itulah kisah Masa kecil Abdur Rahman wahid yang biasa di siapa Gus Dur Sosok anak yang sangat bandel tetapi cerdas semoga bermanfaat bagi kita semua.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Facebook sejarah para ulama dan karomahnya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah