Abdurrahman Al-Jami memiliki kelebihan berupa ketinggian jiwa, kecerdasan yang luar biasa, dan kecintaan kepada canda ria. Pada suatu saat, salah seorang kawannya sesama penyair, yang mencuri ide dan kata-katanya.
Dia menjawab, "Engkau benar. Aku tidak melihat dalam syairmu satu baitpun yang mencerminkan pikiran dan maknamu sendiri".
Baca Juga: Humor Gus Dur yang Bikin Presiden Kuba Fidel Castro Tertawa Terbahak-bahak
Al-Jami menulis berbagai judul puisi dan prosa. Di antara tulisannya adalah tafsir-tafsirnya mengenai ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits.
Dia juga menulis sebuah buku berjudul "Nafahaht Al-Uns Al-Hikam Lli Ibn Al-'Arabi"; "Syarh Ta'iyah Ibm Al-Faridh"; "Syarh Muqaddiman Al-Matsnawi Li Jalal Al-Din Al-Rumi" dan lain-lain. Akan tetapi ia lebih terkenal dengan syair-syairnya yang dapat dikelompokkan menjadi dua macam:
1. "Al-Diwan"
Yang terdiri atas himpunan syair lagu-lagu yang disusun pada masa mudanya, lalu dia susun kembali pada masa tuanya. "Al-Diwan" dibaginya menjadi tiga bagian: Fatihah Al-Syabab (masa remaja); Wasithah Al-'Aqd (umur pertengahan); dan Khatimah Al-Hayah (akhir kehidupan).
Baca Juga: Keunikan Tiang Bendera Sang Saka Merah Putih Saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan 1945
2. Tujuh buah Manzhumah, kisah-kisah panjang yang judulnya sebagai berikut: "Silsilah al-Dzahab", "Yusuf wa Zulaykha", "Layla wa Majnun", "Khisrunamah Sakandari" (yang memuat diskusi antara Manzhumah yang paling terkenal Agung dengan para Filosof).***