RIWAYAT GUS DUR, Memiliki Nama Lahir Addakhil Sang Penakluk, Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari

- 1 Juli 2022, 19:41 WIB
Gus Dur memiliki nama lahir Abdurrahman Ad-Dakhil atau sang penakluk, sungkem ke ibundanya.
Gus Dur memiliki nama lahir Abdurrahman Ad-Dakhil atau sang penakluk, sungkem ke ibundanya. /bangkit/

PORTAL MAJALENGKA – Siapa yang tidak kenal KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang memiliki nama lahir Abdurrahman "Addakhil". Dari mananya "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".

Sebuah nama untuk Gus Dur yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol.

Belakangan kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", Abdurrahman Wahid dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.

Baca Juga: Pengembaraan Gus Dur Menempuh Pendidikan ke Baghdad dan Rajin Berziarah Makam Wali

Gus adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati abang atau mas. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan "darah biru".

Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putra KH. Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) - organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Ibundanya, Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais 'Aam PBNU setelah KH Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh besar di Indonesia.

Baca Juga: JARANG YANG TAHU Gus Dur Miliki Keramat ROGO SUKMO, Membelah Diri Jadi Dua

Pada tahun 1949, ketika persoalan dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta.

Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamunyang terdiri dari para tokoh dengan berbagai bidang profesi yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri Agama.

Hal itu memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering “mangkal” di rumahnya.

Baca Juga: REKOMENDASI 5 Pinjol Resmi OJK Langsung Cair dengan Bunga Rendah Tahun 2022

Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU.

Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.

Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu dia juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius.

Baca Juga: MENPAN RB Tjahjo Kumolo Tutup Usia Karena Infeksi Paru-Paru

Disclaimer: Portal Majalengka hanya menyajikan data dari berbagai sumber. *

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah