PORTAL MAJALENGKA - Di usia yang masih muda, Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam humor dan berbicara di depan publik.
Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang dan tinggal di Pesantren Tambak Beras.
Saat usianya mendekati 20 tahun di pesantren milik pamannya KH Abdul Fatah, Gus Dur menjadi seorang ustadz dan menjadi ketua keamanan.
Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar.
Pertama kali sampai di Mesir, dia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk ke Universitas al-Azhar, tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah dia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia.
Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku di mana dia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.
Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasionalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup.