Perjalanan Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati Memimpin Kesultanan Cirebon

- 1 Juli 2022, 14:00 WIB
KISAH Sunan Gunung Jati Memilih Tidak Jadi Sultan Mesir dan Bersama Ibunya Rara Santang Pergi ke Cirebon
KISAH Sunan Gunung Jati Memilih Tidak Jadi Sultan Mesir dan Bersama Ibunya Rara Santang Pergi ke Cirebon /YouTube Wali Songo

PORTAL MAJALENGKA- Pangeran Walangsungsang di Cirebon menjadi pengajar agama Islam dan Istrinya melahirkan seorang wanita, bernama Nyi Pakungwati.

Semenjak Ki Gedheng Alang-alang wafat, Pangeran Walangsungsang diangkat menjadi kuwu Cirebon kedua. Kemudian tak lama kakeknya, Ki Gedheng Jumajan Jati, meninggal dunia, Pangeran Walangsungsang tidak menggantikannya sebagai ratu Singapura, tapi hanyalah mewarisi harta bendanya saja.

Dengan kekayaan itu, ia membangun keraton Pakungwati dan membentuk angkatan bersenjata, lengkap dengan peralatannya.

Baca Juga: PANGERAN BRATA KELANA Pemuda Gagah Berani Putra Sunan Gunung Jati Hadapi Perompak Laut Seorang Diri

Raja Sunda, ayahnya, menyambut dengan gembira usaha Pangeran Cakrabhuwana itu. Dikirimnyalah utusan dipimpin oleh Tumenggung Jagabaya, dengan membawa anugerah perlengkapan kerajaan. Sebagai keangkatan menjadi penguasa Cirebon Ia bergelar Sri Mangan.

Pangeran Cakrabuwana telah diakui oleh ayahnya sebagai penguasa Cirebon. Selanjutnya, diriwayatkan perihal Syarif Hidayatullah telah berusia kira-kira 20 tahun, Ia menjadi orang yang saleh dan berhasrat besar untuk menjadi guru agama Islam.

Ia berguru kepada Tajuddin al-Kubri selama 2 tahun, kemudian kepada Syeh Ataullahi Sajjili, penganut Imam Safi’i, dan 2 tahun berikutnya ia berangkat ke Bagdad, belajar tasawuf Nabi, setelah itu ia kembali ke Mesir.

Baca Juga: PANGERAN BRATA KELANA Pemuda Gagah Berani Putra Sunan Gunung Jati Hadapi Perompak Laut Seorang Diri

Dari para gurunya ia mendapat berbagai nama; di antaranya Sayid Kamil dan Syeh Nuruddin Ibrahim Ibnu Maulana Sultanil al-Kibti.

Syarif Hidayatullah akhirnya berangkat menuju Pulau Jawa. Ia singgah di Gujarat, bermukim selama 6 bulan di sana. Kemudian Ia meneruskan pelayaran ke Paseh (Pasai). Ia tinggal di tempat kerabatnya, Sayid Ishak, yang menjadi guru agama Islam.

Syarif Hidayatullah tinggal di Paseh selama 2 tahun. Setelah itu ia berangkat dan singgah di Banten. Pada waktu Itu dl Banten telah banyak pemeluk agama Islam.

Baca Juga: PANGERAN JAYA KELANA Bikin Geger Kesultanan Cirebon, Putra Sunan Gunung Jati Akhirnya Diasingkan

Penduduk setempat di-Islam-kan atas usaha Sayid Rakhmat. Ia telah tiba beberapa waktu sebelumnya untuk mengembangkan agama Islam di kalangan penduduk.

Kemudian dengan menumpang perahu orang Jawa Timur, berangkatlah Syarif Hidayatullah menuju Gresik. Di Gresik telah berkumpul para guru agama Islam di bawah pimpinan Sayid Rakhmat, yang bergelar Susuhunan Ampel.

Susuhunan Ampel menetapkan tugas setiap guru agama Islam di beberapa wilayah. Syarip Hidayat mendapat tugas sebagai guru dan penyebar agama Islam di negeri Sunda, di Jawa Barat, yang berkedudukan di Cirebon tepatnya di Gunung Sembung.

Syarif Hidayatullah ditempatkan di Jawa Barat dengan alasan ibunya berasal dari negeri Sunda, dan pamannya, Pangeran Cakrabuwana, menjadi kuwu Cirebon.

Juga pamannya salah seorang guru dan penyebar agama Islam.
Syarip Hidayat berangkat ke Cirebon. Ia disertai oleh Dipati Keling beserta anak buahnya sebanyak 90 orang.

Mereka telah di-Islam-kan oleh Syarif AbdurrahmanHidayatullah. Setelah beberapa lamanya bermukim di Gunung Sembung, Syarif Hidayatullah bergelar Maulana Jati atau Sunan Gunung Jati.

Disclaimer : Portal Majalengka hanya sekadar menfinformasikan bagi pembaca dari berbagai sumber. ***

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah