ASAL-USUL PRABU SILIWANGI dan Kisah Syekh Quro Menikahkan Nyai Subang Larang (3)

- 18 Maret 2022, 21:25 WIB
Objek wisata religi Karawang, Makam Syekh Quro yang semasa hidupnya pernah menikahkan Nyai Subang Larang dengan Prabu Siliwangi.
Objek wisata religi Karawang, Makam Syekh Quro yang semasa hidupnya pernah menikahkan Nyai Subang Larang dengan Prabu Siliwangi. /

PORTAL MAJALENGKA – Setelah sempat kembali ke Campa Kamboja, Syekh Quro datang kembali ke negeri Pajajaran beserta rombongan santrinya.

Menggunakan perahu dagang, turut serta di dalam rombongan Nyai Subang Larang, Syekh Abdul Rahman, Syekh Maulana Madzkur, dan Syekh Abdilah Dargom.

Rombongan Syekh Quro melewati Laut Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Sungai Citarum, yang waktu itu ramai dipakai keluar masuk para pedagang ke Pajajaran. Akhirnya rombongan singgah di pelabuhan Karawang.

Dikutip Portal Majalengka dari buku sejarah Jawa Barat yang terbitan tahun 1983 disebut Pura Dalem, mereka masuk Karawang sekitar 1416 M yang mungkin dimaksud Tangjungpura, dimana kegiatan pemerintaahan di bawah kewenangan jabatan Dalem.

Baca Juga: Asal-usul Gelar Prabu Siliwangi Sang Kakek Sunan Gunung Jati, Raja Adil Bijaksana Kerajaan Pajajaran

Rombongan tersebut sangat menjunjung tinggi peraturan kota pelabuhan, sehingga aparat setempat sangat menghormati dan memberikan izin untuk mendirikan Musala (1418 Masehi) sebagai sarana ibadah sekaligus tempat tinggal mereka.

Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Quro menyampaikan dakwah di musala yang dibangunnya (sekarang Mesjid Agung Karawang).

Dari uraiannya mudah dipahami dan mudah diamalkan, dia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Alquran yang menjadi daya tarik tersendiri di sekitar Karawang.

Ulama besar ini sering mengumandangkan suara yang merdu bersama murid-muridnya, Nyai Subang Larang, Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi Sayidina Utsman bin Affan.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 24 Resmi Dibuka, Siapkan KTP dan HP Android untuk Dapatkan Rp2,55 Juta

Berita kedatangan kembali Syekh Quro rupanya terdengar oleh Prabu Anggalarang yang pernah melarang penyebaran agama Islam di Muara Jati, sehingga Prabu Anggalarang mengirim utusannya.

Untuk menutup pesantren Syekh Quro dengan paksa, utusan yang datang itu adalah putra mahkota bernama Raden Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi.

Sesampainya di depan pesantren, Raden pemanah Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu yang dikumandangkan Nyai Subang Larang Saat melantunkan ayat-ayat Alquran.

Prabu Pamanah Rasa akhirnya mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu Pamanah Rasa, menaruh perhatian khususnya pada Nyai Subang Larang yang cantik dan merdu suaranya.

Baca Juga: Trofi MotoGP 2022 Mandalika Selesai Dirancang, Simak Filosofinya

Beliau menyampaikan keinginan mempersunting Nyai Subang Larang sebagai permaisurinya. Pinangan tersebut diterima, tapi dengan syarat mas kawin Lintang Kerti Jejer Seratus.

Maksudnya adalah simbol dari tasbih yang merupakan alat untuk berdzikir. Nyai Subang Larang mengajukan syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus menjadi Raja.

Apa yang menjadi permohonan Nyi Subang Larang disanggupi Raden Pamanah Rasa, dan atas petunjuk Syekh Quro, Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.

Di tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh seorang kakek penyamaran dari Syekh Maulana Jafar Sidik.

Baca Juga: Hasil Latihan Bebas 2 MotoGP 2022 Mandalika: Fabio Quartararo Tunjukkan Kualitas Juara Dunia

Prabu Pamanah Rasa merasa keget, ketika namanya diketahui oleh seorang kakek. Kakek itu, bersedia membantu untuk mencarikan Lintang Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan dua Kalimah Syahadat.

Sang Prabu Pamanah Rasa denga tulus dan ikhlas mengucapkan dua Kalimah Syahadat, yang makna pengakuan pada Allah SWT sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan Muhammad adalah utusannya.

Semenjak itu, Prabu Pamanah Rasa atau Prabu Silihwangi masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbih.

Mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama Islam yang sebenarnya.

Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Kerajaan Pajajaran, untuk melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang Larang.

Baca Juga: Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara, Jauh Sebelum Sunan Gunung Jati dan Walisongo Ada

Tahun 1422 M, pernikahan dilangsungkan di Pesantren Syekh Quro dan dipimpin Syekh Quro. 

Hasil dari pernikahan tersebut mereka dikarunai 3 anak yaitu:

1. Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana 1423 Masehi)

2. Nyi Mas Rara Santang (1426 Masehi)

3. Prabu Kian Santang atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci (1428 Masehi)

Kelak keturunan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang melahirkan Raja-Raja di Nusantara. *

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah