Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 24 Resmi Dibuka, Siapkan KTP dan HP Android untuk Dapatkan Rp2,55 Juta
Berita kedatangan kembali Syekh Quro rupanya terdengar oleh Prabu Anggalarang yang pernah melarang penyebaran agama Islam di Muara Jati, sehingga Prabu Anggalarang mengirim utusannya.
Untuk menutup pesantren Syekh Quro dengan paksa, utusan yang datang itu adalah putra mahkota bernama Raden Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi.
Sesampainya di depan pesantren, Raden pemanah Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu yang dikumandangkan Nyai Subang Larang Saat melantunkan ayat-ayat Alquran.
Prabu Pamanah Rasa akhirnya mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu Pamanah Rasa, menaruh perhatian khususnya pada Nyai Subang Larang yang cantik dan merdu suaranya.
Baca Juga: Trofi MotoGP 2022 Mandalika Selesai Dirancang, Simak Filosofinya
Beliau menyampaikan keinginan mempersunting Nyai Subang Larang sebagai permaisurinya. Pinangan tersebut diterima, tapi dengan syarat mas kawin Lintang Kerti Jejer Seratus.
Maksudnya adalah simbol dari tasbih yang merupakan alat untuk berdzikir. Nyai Subang Larang mengajukan syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus menjadi Raja.
Apa yang menjadi permohonan Nyi Subang Larang disanggupi Raden Pamanah Rasa, dan atas petunjuk Syekh Quro, Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh seorang kakek penyamaran dari Syekh Maulana Jafar Sidik.