MENILIK KEPERCAYAAN Masyarakat Sunda Zaman Prasejarah Sebelum Kenal Agama

28 Oktober 2022, 15:33 WIB
TAMAN Sriwedari atau Situs Jami Paciing yang berusia ratusan tahun di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini menjadi tempat ziarah. Bahkan, situs yang berada di kompleks situs prasejarah punden berunduk Arca Domas, Tenjolaya, Kabupaten Bogor itu pun sekaligus menjadi tujuan wisata religi.*/ANTARA /

 

PORTAL MAJALENGKA - Jauh sebelum mengenal agama baik Hindu, Budha, Islam dan Kristen seperti sekarang ini, pada masa prasejarah masyarakat Sunda atau Jawa Barat ini sudah menganut sistem kepercayaan.

Jadi sebelum raja-raja Sunda memeluk agama Hindu, kehidupan masyarakat saat itu sudah memegang suatu sistem kepercayaan.

Hal tersebut diketahui dengan adanya beberapa bukti situs yang ada di Jawa Barat dan Banten seperti situs Cipari, Sagarahiang dan Arca Domas.

Secara arkeologis, dari bukti situs-situs tersebut ditemukan isyarat bahwa pada zaman prasejarah kehidupan masyarakat Sunda atau Jawa Barat sudah terdapat kepercayaan nilai-nilai religi.

Baca Juga: Menilik Kepercayaan Orang Jawa Terhadap Makhluk Halus, Ketahui Bagaimana Keberadaannya

Beberapa kepercayaan nilai-nilai religi yang telah ada dan dianut masyarakat Sunda tersebut diantaranya Menhir, Lingga dan Yoni.

Dijelaskan Menhir merupakan lambang atau simbol pemujaan masyarakat saat itu terhadap roh –roh leluhur atau pada Yang Maha Kuasa.

Sementara Lingga dan Yoni adalah lambang atau simbol dari kesuburan, kesadaran dan kepercayaan mengenai adanya ketentuan.

Kepercayaan mengenai adanya ketentuan disini adalah kepercayaan akan hukum alam yang merupakan satu kesatuan yang berpasang-pasangan. 

Baca Juga: Ajengan Ilyas Ruhiyat, Wali dari Tanah Sunda yang Selalu Diminta Pendapatnya Oleh Gus Dur

Dari sini dapat diketahui bahwa masyarakat Sunda dulu sebelum memeluk agama hindu sudah mempunyai sistem kepercayaan sendiri.

Kepercayaan-kepercayaan tersebut tentu berasal dari nenek moyang terdahulu mereka. Diantara kepercayan tersebut adalah Hiang atau Hyang seperti: Hyang Tunggal, Batara Tunggal, Nu Ngersakeun, Gusti Pangeran Sikang sawijiwiji, dan sebagainya.

Berbagai aliran-aliran yang menganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam istilah hyang tersebut kemudian dikenal dengan aliran kebatinan.

Seiring waktu perjalanan aliran kebatinan tersebut kemudian mengalami pergeseran dan pertentangan dengan berbagai agama samawi, hingga banyak yang hilang karena terjadi pelarangan semisal upacara adat seren taun.

Baca Juga: Mengenal Ajaran Kepercayaan Sunda Wiwitan yang Dianut Suku Baduy Banten, Ada 20 Syahadat

Meski demikian masih banyak beberapa warisan budaya leluhur lain yang dianggap sesuai dan tetap lestarai berkembang sampai sekarang.

Selain kepercayaan, para leluhur Sunda juga mewariskan berbagai filosofi hidup yang sangat tinggi nilai maknanya. Beberapa filosofi hidup tersebut terangkum dalam kata cageur, bageur, bener, pinter tur singer.

Kendati tampak sangat sederhana sejatinya lima kata tersebut memiliki makna mendalam. Lima kata ini satu sama lainnya memiliki pertaliaan erat yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu kebanyakan masyarakat sunda dari dulu sampai sekarang menjadikan kelima kata tersebut sebagai pandangan hidup.

Baca Juga: RESMI KPU Naikkan Honor PPK, PPS, dan KPPS, Berapa Honor PPK, PPS dan KPPSdi Pemilu 2024?

Secara ringkas kelima kata yang jadi pandangan hidup tersebut memiliki arti bahwa hidup harus sehat secara jasmani dan rohani, dengan begitu akan tumbuh perilaku yang beretika , jujur dan amanah serta bertanggungjawab, didukung dengan pikiran cerdas dan kreatif dalam menghadapi berbagai kondisi yang selalu mengalami perubahan. *

Editor: Ayi Abdullah

Tags

Terkini

Terpopuler