Hanya Pusaka Sakti Milik Sunan Gunung Jati yang Bisa untuk Menghukum Mati Syekh Siti Jenar

12 April 2022, 18:45 WIB
Misteri kematian Syekh Siti Jenar, dihukum mati oleh Sunan Giri dengan keris pusaka Kentha Naga Milik Sunan Gunung Jati. /

PORTAL MAJALENGKA - Syekh Siti Jenar hanya bisa dihukum mati dengan menggunakan pusaka sakti milik Sunan Gunung Jati.

Sunan Giri juga pada akhirnya meminjam Pusaka Sakti milik Sunan Gunung Jati berupa sebilah keris untuk menghukum mati Syekh Siti Jenar.

Keris pusaka sakti milik Sunan Gunung Jati yang dipinjam Sunan Giri ini, memiliki nama Keris Kantha Naga dan hanya keris ini yang bisa dipakai untuk menghukum mati Syekh Siti Jenar.

Sunan Giri memakai keris Pusaka Kantha Naga milik Sunan Gunung Jati untuk menghukum mati Syekh Siti Jenar.

Baca Juga: Perbedaan Dakwah Sunan Gunung Jati dengan Syekh Siti Jenar, Deretan Nama Murid Syekh Siti Jenar

Dikutip Portal Majalengka dari Atlas Walisongo Karya Agus Sunyoto, tentang Syekh Siti Jenar yang dihukum mati oleh Walisongo.

Di dalam Babad Purwaredja dan Serat Niti Mani, Syaikh Lemah Abang atau Syekh Siti Jenar dikisahkan dihukum mati. Hal ini dikarenakan Syekh Siti Jenar yang menyebarkan ajaran sasahidan atau Manunggaling Kawula Gusti.

Dalam Babad Tjerbon, dikisahkan Syaikh Lemah Abang dihukum mati oleh Sunan Kudus dengan keris Khanta Naga, yang dipinjam dari Sunan Gunung Jati.

Sementara itu, dalam Serat Siti Djenar (1922), diungkapkan bahwa Syaikh Lemah Abang dihukum mati bukan karena ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang dianggap sesat.

Baca Juga: Misteri Makam Syekh Siti Jenar, Benarkah Berada di Area Pemakaman Sunan Gunung Jati?

Syekh Siti Jenar dihukum mati lantaran kesalahannya mengajarkan ajaran yang dianggap rahasia kepada masyarakat umum secara terbuka.

Sebagaimana diungkapkan dalam dialog antara Syaikh Lemah Abang dengan Sunan Giri dalam Serat Siti Djenar sebagai berikut:

Pedah punapa ambibingung/ ngangelaken ulah ngelmi/.

njeng Sunan Giri ngandika/ bener kang kaya sireki/ nanging luwih kaluputan/ wong wadheh ambuka wadi//.

telenge bae pinulung/ pulunge tanpa aling-aling/ kurang waskitha ing cipta/ lunturing ngelmu sajati/sayekti kanthi nugraha/ tan saben wong anampani//.

Baca Juga: Ridwan Kamil Targetkan Rp1,6 Triliun dari Potensi Zakat di Jabar, Bisa Bantu Entas Kemiskinan Ekstrem

Syaikh Siti Jenar berujar “Untuk apa kita membuat bingung, mempersulit ilmu,” ucap Syekh Siti Jenar.

Sunan Giri lantas menyela, “Benar apa yang telah Anda katakan, tetapi itu merupakan kesalahan yang lebih besar, karena telah berani membuka ilmu rahasia dengan tidak sepantasnya,” ujar Sunan Giri.

“Hakikat Tuhan diajarkan langsung tanpa ditutup-tutupi. Itu tindakan kurang bijaksana. Seharusnya ilmu itu hanya diberikan kepada mereka yang telah matang ilmunya dan tidak kepada setiap orang,” sambung Sunan Giri.

Para wali tidak menemukan kesalahan teologi dalam ajaran Sasahidan atau Manunggaling Kawula Gusti yang diajarkan Syekh Siti Jenar.

Dasar ajaran sasahidan itu tampaknya berkaitan dengan ajaran tasawuf Al-Hallaj dan Ibnu Araby, didasarkan pada keyakinan bahwa di dalam diri manusia sebagai ciptaan (khalq), tersembunyi anasir Yang Ilahi (Haqq).

Baca Juga: Misteri Kematian Sunan Penggung Putra Sunan Kalijaga, Gegerkan Cirebon yang Dipimpin Sunan Gunung Jati

Ajaran itu didasarkan pada dalil yang menyatakan bahwa: “Allah telah “meniupkan” (nafakhtu) sebagian ruh-Nya (rûhi) ke dalam diri manusia pertama (Adam) yang dicipta dari tanah”. (QS. Shâd [38]: 72).

Ruh Ilahi di dalam diri Adam itulah yang dalam tasawuf, yang diajarkan Syaikh Lemah Abang disebut sebagai Rûh al-Haqq, Ruh al-Haqq inilah yang menjadi penyebab seluruh malaikat bersujud kepada Adam, Wallahu a’lam bishawab. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Atlas Walisongo

Tags

Terkini

Terpopuler