KEBERHASILAN Sunan Gunung Jati Bertemu Nabi Khidir dan Menjadi Pemimpin Sukses di Kesultanan Cirebon

16 Februari 2022, 21:18 WIB
Ilustrasi. Dalam perjalanan menuju kejayaan Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati dikisahkan pernah bertemu Nabi Khidir. /Tangkapan layar kanal YouTube Viyhar

PORTAL MAJALENGKA -  Sebelum menjadi Sultan di Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung dikisahkan bertemu Nabi Khidir.

Portal Majalengka akan memberikan kisah keberhasilan Sunan Gunung Jati bertemu dengan Nabi Khidir dan Kesuksesan memimpin kesultanan Cirebon dari naskah Mertasinga.

Dalam kedudukannya sebagai penguasa Cirebon, Sunan Gunung Jati dengan nama Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Cirebon atau Susuhunan Jati atau Sinuhun Purba.

Dia tinggal di Keraton Pakungwati yang dibangun Pangeran Cakrabuana. Penobatan Syarif Hidayatullah didukung para kepala wilayah pesisir utara dan dikukuhkan dewan wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel.

Baca Juga: Rahasia Lawang Sanga Makam Sunan Gunung Jati, Pasir Malela Sesuatu yang Sangat Berharga

Para wali menetapkan Susuhunan Jati (Susuhunan Cirebon) sebagai Panetep Panatagama Sundabhumi.

Dengan demikian susuhunan Jati (kemudian terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati) merupakan “pandita ratu”, karena selain sebagai kepala pemerintahan (penguasa) dia juga berperan sebagi wali penyebar agama Islam.

Oleh karena itu oleh kalangan tradisi setempat dia disebut Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Penata Agama Awliya Allah Kutubid Zaman Kholipatur Rasulullah SAW.

Sebelum memimpin Cirebon, Sunan Gunung Jati dikisahkan berjumpa dengan Nabi Khidir. Hal itu diungkapkan dalam Naskah Mertasinga tepatnya pada pupuh IV.18-V .12.

Baca Juga: Pujian Bagi Pekerja Keras, Mendapat Posisi Berjuang di Jalan Allah: Begini Kata Gus Abdul Ghofur Maimoen

Perjumpaan keduanya terjadi selepas Sunan Gunung Jati merasa putus asa karena dalam perjalanan spiritualnya tidak juga kunjung menjumpai Nabi Muhammad.

Kemudian Sunan Gunung Jati mempelajari kitab yang membahas rupa dan watak Nabi Muhammad yang tersimpan dalam perpustakaan Istana kerajaan ayahnya.

Dia menjelma menjadi seorang pemuda yang aneh, sebab selepas membaca kitab itu kuat hatinya ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad.

Meskipun ibu dan kerabatnya telah mengingatkannya bahwa Nabi Muhamad telah lama wafat, Sunan Gunung Jati muda itu tetep memaksa ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad.

Baca Juga: Begini Reaksi H Faisal Perihal Pemakaman Vanessa Dinilai Tidak Sesuai Kaidah

Keinginan Sunan Gunung Jati untuk menjumpai Nabinya yang telah lama wafat itu kemudian mengantarkannya melakukan pengembaraan spiritual.

Namun selepas 100 hari perjalanan, dia rupanya tidak kunjung menemui Nabi yang dicari. Hingga akhirnya di tengah perjalanan, tiba-tiba keanehan menerpa jiwanya.

Dia diperlihatkan alam nyawa, dimana dalam alam itu dia diperlihatkan orang-orang yang wafat karena Syahid memperjuangkan agama Allah.

Belum juga habis rasa herannya dalam memandangi alam nyawa itu, rupanya Sunan Gunung Jati didatangi seorang gagah lagi harum dengan mengendarai Kuda Sembrani.

Orang itu kemudian memperkenalkan dirinya, dia mengaku sebagai Nabi Khidir yang akan mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub.

Baca Juga: Konsumsi Sayuran Organik Membuat Tubuh Lebih Sehat, Begini Cara Membuat Media Tanam Kompos

Tapi sebelum pengangkatan itu, Nabi Khidir memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk memakan buah hijau yang dipetik dari Surga.

Maka selepas memakan buah itu resmilah Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Walilullah di muka Bumi.

Selain mengabarkan anugerah kewalian pada Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya. Dia mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati  bertemu dengan Nabi Muhammad akan terlaksana.

Setelah menjalani perjalanan spiritual, akhirnya Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan memimpin kesultanan menggantikan pamannya Pangeran Walangsungsang.

Setelah dinobatkan menjadi pemimpin, langkah awal tindakan politik yang dilakukan Sunan Gunung Jati ialah melepaskan diri dari pengaruh dan kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran.

Cirebon menghentikan kewajiban memberi upeti tahunan berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.

Baca Juga: Timnas Myanmar U-23 Mundur dari Piala AFF U-23 2022, Media Malaysia Bilang Begini

Adapun beberapa keberhasilan Sunan Gunung Jati dalam bidang pemerintahan, ekonomi, politik dan militer diantaranya sebagai berikut :

  1. Wilayah bawahan kerajaan Cirebon hingga 1530 sudah  meliputi separuh dari Provinsi Jawa Barat sekarang termasuk Provinsi Banten dengan jumlah penduduk saat itu kurang lebih 600.000 orang yang sebagian besar beragama non-Islam.

Pelabuhan-pelabuhan penting di pantai utara Jawa Barat  seluruhnya sudah dapat dikuasai oleh kerajaan Cirebon.

  1. Masjid jami’ di ibukota, masjid-masjid di berbagai wilayah  bawahannya, (pancaniti), serta langgar-langgar di pelabuhan telah selesai dibangun.

Salah satu Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Merah Depok dan beberapa lainnya.

  1. Keraton Pakungwati –kediaman resmi Sunan Gunung Jati sudah disesuaikan dengan fungsi dan posisinya sebagai bangunan utama pusat pemerintahan kerajaan yang berdasarkan Islam.
  2. Tembok keliling keraton berikut beberapa pintu gerbang, pangkalan perahu kerajaan, pos-pos penjagaan keamanan, istal kuda kerajaan, dan pedati-pedati untuk mengangkut barang, serta sitinggil, bangunan untuk pengadilan dan alun-alun telah selesai dibangun dan diperindah.
  3. Tembok keliling ibukota meliputi areal seluas kurang lebih 50  hektar dengan beberapa pintu gerbang dan pos jagabaya telah selesai dibangun dan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun.
  4. Jalan besar utama menuju pelabuhan Muarajati dan jalan-jalan di ibukota serta jalan-jalan yang menghubungkan ibukota dengan wilayah-wilayah bawahannya telah selesai dibangun.
  5. Pasukan jagabaya jumlahnya sudah cukup banyak, organisasinya sudah ditata dengan komandan tertinnginya dipegang oleh tumenggung yang disebut Tumenggung Jagabaya.
  6. Dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun kerajaan maupun di wilayah bawahan telah diatur dalam tata aturan pemerintahan yang cukup rapi. Sunan Gunung Jati telah melakukan penyeragaman gelar-gelar jabatan.

Baca Juga: Model Novi Amelia Ditemukan Bunuh Diri di Apartemen Kalibata City

Selain penataan pemerintahan, untuk memperluas wilayah kekuasaan dan menyebarkan ajaran agama Islam, pada tahun 1552 wilayah Banten ditingkatkan dari keadipatian atau Kadipaten Banten menjadi Kesultanan Banten yang mandiri. *

Editor: Ayi Abdullah

Tags

Terkini

Terpopuler