Seni Angklung Bungko, Salah Satu Warisan Budaya Takbenda dari Cirebon

1 November 2021, 15:45 WIB
Ilustrasi teks bacaan berjudul Seni Angklung Bungko, Salah Satu Warisan Budaya Takbenda dari Cirebon /Foto: Pixabay/ Triyugowicaksono///

 

PORTAL MAJALENGKA - Cirebon merupakan salah satu kota yang menyimpan banyak budaya. Salah satunya Angklung Bungko yang kelestariannya masih terjaga hingga saat ini.

Pada Oktober 2021 lalu kesenian Angklung Bungko ini pula ditetapkan menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda Jawa Barat yang berasal dari Cirebon.

Angklung Bungko merupakan salah satu kesenian khas Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Pada pagelaran Angklung Bungko juga biasanya dilengkapi dengan tarian-tarian khas, sehingga semakin menarik untuk ditonton.

Baca Juga: Keren! 22 Kebudayaan Jawa Barat ini Menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2021

Bungko merupakan sebuah desa yang terletak di dekat pesisir pantai. Sebagaian besar masyarakat Bungko bermata pencarian nelayan.

Angklung Bungko diperkirakan lahir menjelang abad ke-17 setelah wafatnya Sunan Gunung Jati.

Lahirnya kesenian Angklung Bungko merupakan hasil luapan kegembiraan setelah memenangkan perang (tawuran) melawan pasukan Pangeran Pekik (Ki Ageng Petakan).

Baca Juga: Direktorat Perlindungan Kebudayaan Tetapkan 289 Warisan Budaya Takbenda

Tawuran sebagai akibat perbedaan pendapat mengenai prinsip ajaran Islam yang diajarkan Sunan Gunung Jati.

Oleh karena itu, gerakan-gerakan tari Angklung Bungko ini merupakan penggambaran mematahkan serangan Pangeran Pekik pada saat peperangan berlangsung.

Semua penari Angklung Bungko ini laki-laki dengan menggunakan ikat kepala, batik, baju putih, keris, kain batik, dan soder.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Buku Harian Seorang Istri 1 November 2021: Nana Minggat Tinggalkan Dewa

Tarian Angklung Bungko ini sangat halus dan statis memberi kesa tenang, namun raut wajah menunjukkan ketegangan. Sedangkan tabuhannya kadang bergemuruh sehingga memberi kesan orang yang bersiap pergi ke medan perang.

Alat musik dasar yang digunakan dalam kesenian ino adalah angklung. Bentuknya hampir sama dengan angklung Sunda masa kini.

Awalnya kesenian ini merupaka musik ritmis dengan menggunakan media kentongan yang terbuat dari potongan ruas bambu. Sehingga lambat laun berubah menjadi angklung.

Baca Juga: Pengumuman Prakerja Gelombang 22, Begini Cara Cek Kelulusan

Angklung Bungko terdiri dari tiga buah yang dipercaya sudah berumur 600 tahun, sekarang sudah tidak bernada lagi sehingga tidak dipakai. Namun dalam setiap pagelaran Angklung Bungko ini selalu dihadirkan. Sedangkan waditra lainnya pada saat pagelaran terdiri dari 3 buah ketuk, gong besar, dan kendang besar.

Terdapat 4 tarian dalam pagelaran Angklung Bungko.

1. Panji, menggambarkan sikap berzikir;
2. Benteleye, menggambarlan sikap bertindak dalam menghadapai rintangan dalam perjalanan;
3. Ayam Alas, menggambarkan kelincahan dalam mencari sasaran perang;
4. Bebek Ngloyor, menggambarkan jerih payah dalam mencapai tujuan.

Baca Juga: Chord Gitar Lagu Luka yang Kurindu Oleh Mahen, Kisah Cinta Yang Melukai Tapi Dirindukan

Sesuai pesan Syekh Bentong (Ki Gede Bungko), Angklung Bungko ini tetap dilestarikan dan dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam.

Untuk mengenang jasa-jasa Ki Ageng Bungko, masyarakat Bungko mengimplementasikannya dalam upacara ritual adat yang dikenal dengan Ngunjung.

Karena masyarakat dapat melestarikan warisan budaya tersebut, hingga pada akhirnya Angklung Bungko ini ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Disparbud Jabar

Tags

Terkini

Terpopuler